Kamis, 27 Februari 2014

OOOO...

Menanggapi sendiri post saya sebelumnya tentang film "Valentine's Day". Waktu itu saya heran kenapa di IMDB film ini cuma dapat 5.8/10 bintang dan di forum banyak yang mencela film ini. Banyak juga yang bilang kalo "Valentine's Day" adalah "Love Actually" versi LA. Atau.. Valentine's Day memplagiat Love Actually. Karena memang secara konsep sama, bahkan sampai cerita first love anak 7 tahun. Dan Love Actually dapat 7.7/10 bintang. WOW..
Jadi penasaran.. seperti apa sih sebenernya Love Actually ini? Akhirnya di malam jum'at ini.. Saya nonton juga. 
Sebenernya sudah lama pengen nonton, karena banyak yang merekomendasikan film ini. Kakak saya fans berat, sampe beli DVD ori-nya. Setelah nonton...mmm... Menurut saya...
Valentine's Day mungkin terlalu naif, cheesy, too sweet.. too.. me.. That's why i still love this movie, better than Love Actually. Saya suka melihat Ashton Kutcher sesekali jadi cowok sweet, atau cinta sejati pasangan tua, cinta yang tidak dibatasi profesi maupun gender, cinta orang tua pada anak, accidental love, and the most wonderful is how that girl finally say "wait" for her first sex experience. It's an amazing example for today's life. Naif.. tentu saja. Anak jaman sekarang menjual keperawanan untuk upgrade tokoh game online-nya. 
But that's just me.. Seperti yang sudah pernah saya bilang di post sebelum-sebelum ini.. Bahwa saya punya bayangan indah tentang kehidupan cinta, hanya saja semua bayangan itu disensor. I love the cute, sweet and romantic part but really hate the sex part.
Dan karena itu juga saya akhirnya nggak begitu suka Love Actually. Yang ternyata memang terlalu "actually". Cowok jatuh cinta pada istri sahabatnya (hate it.. would've been better if he fell in love to his friend), laki-laki paruh baya yang mulai tergoda wanita muda, bintang film porno saling jatuh cinta, penulis jatuh cinta pada pelayannya, teman kantor saling jatuh cinta tapi nggak jadi karena si cewek punya saudara gila. No magical things.. What's so good about a guy wrote, "for me, you are perfect" to his bestfriend's wife?? No sweet ending, too much nude scene. Boobs n nipples alert..
Sepertinya bener kata Anne Hathway, "When you get naked, you'll get the award"
Anyway, mungkin hanya saya yang tidak terlalu bisa menikmati film ini.. =)


Senin, 17 Februari 2014

I MISS EVERYTHING

Homesick datang melanda. Tiba-tiba saya kangen semua hal.
Kangen Ibuk, Bapak, Dodo, Mas Dim, Mbak Vivi, Rino, Peyek, Reta, Wulan, Piping, Elly, Kiki', mb Mul, mb Ina, Bejo, Deni, Huda, Ardian
Kangen teman-teman kuliah, SMA, SMP, SD.
Kangen rumah, kangen ladang di depan rumah, kangen penjual sayur dekat rumah, penjual sayur yang lewat di depan rumah, kangen jalan-jalan di alun-alun, kangen pasar minggu, kangen temen kantor, kangen Roxy, kangen kali Bedadung
Kangen kamar, kangen nonton DVD sambil tiduran di sofa, kangen gado-gado Pak Ndut di depan SMA 1 Jember, kangen bubur sayur di sebelah alfamart tembakan, kangen tahu lontong lamongan dekat Giant Dinoyo
kangen Dodo
kangen Dodo
kangen Dodo
kangen Dodo
kangen Dodo
Kangen Dodo
kangen Dodo
kangen Dodo
I miss her so much that my eyes burst everytime I write her name
kill me
let me just die so I dont have to miss everything..

Jumat, 14 Februari 2014

I (MIGHT NOT) HATE VALENTINE'S DAY

Kalau menurut agama saya, katanya haram ikutan Valentine's Day karena dianggap mendukung kejadian maksiat yang terjadi entah berapa ratus tahun lalu. Dalam sejarahnya menurut Wikipedia.org, Valentine's Day diambil dari nama St. Valentine di Roma. Beliau dihukum mati karena menikahkan prajurit-prajurit Roma yang seharusnya tidak boleh menikah. Ternyata mereka tidak boleh menikah karena kata kaisar Roma saat itu, pernikahan hanya akan membawa kekalahan saat perang, karena prajurit jadi tidak fokus. Yahh.. alasan yang cukup masuk akal untuk melarang orang menikah.. Maksiat yang dimaksud adalah sex masal setelah pernikahan yang dilarang itu. Well, call me murtad, karena saya tidak melihat dimana "maksiat"nya sex setelah pernikahan. Apakah karena dilakukan secara massal?
Bersama teman-teman Kliwon, saya pernah bisnis kecil-kecilan jual coklat waktu valentine. Hasilnya lumayan lah untuk anak sekolahan.. Setelah itu baru saya dengar kalau ternyata merayakan dan mendukung hari valentine haram hukumnya. Waduh, saya jadi dosa dong? Kira-kira seberapa besar dosa saya ya? Dosa karena menyampaikan perasaan orang pada orang yang disayanginya. Apakah sama dengan dosa kalau saya mencuri uang rakyat bermilyar-milyar? Tunggu..tunggu.. Yang diharamkan dalam Islam setahu saya adalah berzina, mencuri, makan daging hewan yang diharamkan (bertaring, hidup di dua alam, babi, dll), mabok, berjudi, menyembah selain Allah.. apa lagi ya? Waahh.. jadi dosa saya sama dengan yang berzina atau menyembah selain Allah, dong? Tiiiddaaakkkk.... Semoga Tuhan mengampuni saya dan teman-teman..
Atau mungkin yang dianggap haram adalah ritual yang dilakukan pada hari Valentine tersebut. Karena di banyak film Holywood memang Valentine selalu dirayakan dengan party-party dan make out massal. Beberapa orang juga menyatakan haram karena mereka single. HAHA! Di hari-hari romantis seperti ini mereka selalu meneriakkan slogan-slogan, "I'm single and happy.", mungkin untuk menguatkan diri. Saya juga single selama 29 tahun and i'm fine with that, it doesn't make me hate Valentine's day..
Valentine atau tidak valentine sama saja untuk saya. Kecuali mungkin beberapa tahun lalu karena mempengaruhi pendapatan tahunan.
I mean, what's to hate about Valentine's Day? Everyone's in a romantic state, being nice to anyone, share some chocolates or brownies, teddy bears. It's a very nice day. Kalau melihat dari sisi itu, saya jadi agak ragu kenapa hari itu diharamkan. Well, once again, call me murtad or whatsoever.. Kalau orang merayakan hari itu dengan berbuat baik, bukannya maksiat seperti yang ditakutkan, apakah masih haram? Don't have a clue bout it..

Anyway, tiba-tiba saya teringat film Valentine's Day yang dibintangi Ashton Kutcher, Jessica Biel, Jennifer Garner, Hector Elizondo, Taylor Lautner, Taylor Swift and many more.. I can't believe it got 5,8 out of 10 stars.. Bahkan ada yang hanya memberi 1 bintang karena mereka membandingkan film ini dengan Love Actually. Menurut saya, ini film cheesy but very nice. Briliant bahkan. Mungkin karena saya jarang nonton film drama, jadi kekurangan referensi. Tapi kalau kalian nggak sengaja baca blog ini untuk resensi film, perkenalkan, saya adalah pecinta film, suka berbagai genre film asalkan ceritanya menarik dan nggak murahan, kecuali mungkin film Boly - bukan karena ceritanya cheesy, nggak suka lihat orang joget dan nyanyi di segala suasana, tapi karena terlalu lama. Kalau ingin menjudge masalah selera film saya:
Menurut saya, Titanic keren dari segi cerita dan efek, tapi tentu saja Lord of The Rings The Return of The King jauh lebih keren. Seharusnya LOTR dapat lebih banyak Oscar. I love Adam Sandler's movie walaupun dia sering masuk Razzie Award. Dead Silence is better than Insidious in so many ways. Kalau orang-orang ngantri bermeter-meter untuk dapat tiket Perahu Kertas, saya tidak tertarik sama sekali, bahkan saat film itu bisa ditonton gratis di TV. Tak Biasa dan AADC masih film drama Indonesia terbaik.
So, Valentine's Day is a.. ma.. zing.. Saya sudah nonton berkali-kali dan masih terpesona dengan kejeniusan pembuat cerita yang menghubungkan tokoh-tokohnya.

Rabu, 05 Februari 2014

WHEN HELL IS FULL

"Hell is overflowing. And Satan is sending his dead to us. Why? Because you have sex out of wedlock. You kill unborn children. You have man-on-man relations. Same-sex marriage. How do you think your god will judge you? Well, friends, now we know. When there is no more room in hell, the dead will walk the earth."

Itu tadi cuplikan quotes dalam film DAWN OF THE DEAD, salah satu film zombie favorit saya. Emang sih kalo film zombie ceritanya gitu-gitu aja. Surviving from the walking dead. Satu orang kena bakal langsung nyamber satu kota. One bite that will change your life. Kalau dalam 28 Days Later dan I Am Legend gak perlu digigit, virus menyebar lewat cairan tubuh atau malah airborne.HHiiii...ngeri kalo bener kejadian. Dalam Zombieland sih, katanya harus kuat lari dan punya senjata. Yaahh.. kalo kejadian di Indonesia, yang slamet ya cuma polisi n tentara dong? 

Anyway, sebenernya nggak lagi pengen ngomongin zombie, cz sudah pernah. Tapi ingin menulis tentang fenomena yang sedang in akhir-akhir ini. Karena semakin banyak dan sudah mulai jadi gaya hidup. Ya, saya ingin sedikit menyinggung tentang quote film tadi - same sex marriage alias homo, maho, faggot, queer atau apalah istilahnya.. 
pict from: wikipedia.org
Gambar di atas adalah Rainbow Flag yang dalam sejarah menggambarkan persatuan perbedaan, harapan kebersamaan. Artinya berbeda-beda dalam banyak sejarah (bisa dicari sendiri di wikipedia). Salah satunya menggunakan bendera ini karena mengambil dari Injil yang mengatakan bahwa Tuhan menunjukkan pelangi pada Nabi Nuh untuk memberi tanda bahwa banjir sudah tidak akan datang lagi. Tapi ternyata bendera ini juga digunakan oleh kaum LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender). - Aje gilleee.. sampe ada benderanya jek! 
So, hak-hak mereka di dunia ini sudah pasti terlindungi. Saya adalah salah satu diantara sekian banyak orang yang tidak peduli. Saat nonton Chuck And Larry, saya malah bersimpati karena saya belum pernah merasakan menjadi kaum minoritas. Pasti akan susah sekali. Mendapat pandangan aneh dari teman, tetangga, bahkan bisa saja tidak diakui keluarga.. 
Kaum homo sudah ada bahkan sejak jaman Nabi Luth, which is sudah ribuan tahun lalu. Now we know, serangan hujan batu yang dikirim Tuhan ternyata tidak menghabiskan mereka semua.. hehe.. Kata "gay" berarti joyful, carefree, bright and showy. Sama sekali tidak ada arti yang menunjukkan homoseksualitas. Saya tidak ingin tahu bagaimana sejarahnya kaum ini. Yang jelas, dalam banyak interview, mereka selalu menjawab dengan "perang batin" atau "tidak bisa membohongi diri sendiri". Mungkin itu benar, karena saya tidak pernah merasakan hal yang sama, karena itu saya tidak bisa memahami apa yang mereka maksud.
Gay akhir-akhir ini seperti menjadi sebuah gaya hidup. Bagaimana tidak? Lihat berapa orang yang dibunuh Ryan "Jagal"? Keluarganya tidak percaya kalau para almarhum adalah gay.. Tapi tidak menurut pengakuan Ryan. Siapa yang bisa dipercaya?
Elton John, Freddy Mercury, George Michael, Lance Bass - anggota NSync akhirnya mengakui kalau dia gay. Ricky Martin - the super hottie melakukan hal yang sama, yang terakhir, yang sangat membuat saya kecewa - Nate Berkus - my favourite decorator.. Belum ada artis Indonesia yang melakukan pengakuan besar seperti itu, kecuali mungkin Dena Rahman atau Renaldi Denada.
Butuh keberanian dan kekuatan mental super tinggi untuk mengakui hal seperti itu.
Beberapa teman juga sering berbagi cerita di medsos tentang pengalaman mereka digoda sesama cowok atau sesama cewek. Banyak orang mencela, apalagi sekarang medsos begitu bebasnya. 
Itu adalah sebuah dosa besar - kata setiap agama. Tapi kita bukan Tuhan. Kalau beruntung, mungkin kita bisa membuka hati mereka untuk menjadi normal. Hanya saja, saat mereka mengatakan, "Tidak ingin membohongi diri sendiri", yang mana itu juga yang kita rasakan selama ini. Saya tidak mendukung kehidupan LGBT, tapi saya juga tidak menentangnya. Kalau mereka bahagia, kenapa saya harus mengganggu kebahagiaan itu? Kebahagiaan juga yang saya cari di dunia ini.
Maka dari itu, janganlah kalian mencerca LGBT, karena mungkin saja salah satu anggota keluarga kalian salah satunya.. =)

Senin, 03 Februari 2014

FORMALITAS PERSAHABATAN

Kalau dalam sinetron-sinetron, sahabat ditemukan dalam sebuah adegan dramatis. Ketemu dalam perjalanan, ketemu dalam penderitaan bersama, terjebak di lift, pendakian gunung, atau bahkan menyukai cowok/cewek yang sama. Bukannya jadi rival, malah jadi sahabat.
Tapi tidak untuk kami. Sekitar tahun 2000an, walaupun saat itu komputer belum terlalu "in" di pergaulan kami, but believe it or not, it was a computer that brought us together. Saya tidak akan menceritakan tentang ini lagi, karena sepertinya sudah sering saya cerita soal geng.
Sekarang saya ingin membicarakan tentang pertemanan, persahabatan. Dalam film Gentleman Dignity, 4 orang laki-laki bersahabat sejak SMA sampai sama-sama sukses. Indah sekali karena bisa saling mengerti bahkan saat tidak mengatakan masalah apa yang dihadapi. Tapi.. tentu saja itu film. Sutradara yang mengarahkan mereka untuk mengerti satu sama lain. 
Apa itu persahabatan? Saat masih sekolah dulu (bahkan sampai sekarang), dalam hati saya bertekad untuk tidak pacaran, bahkan tidak akan menikah, hanya karena saya tidak ingin mengurangi waktu berpetualang bersama sahabat-sahabat. Apa yang terjadi? Sahabat-sahabat saya pacaran, membelikan kado-kado yang lebih bagus dan mahal untuk cowok yang mereka sukai, mereka menikah, bahkan punya anak. Meninggalkan saya. 
Apakah saya sakit hati karena sudah mengorbankan pengalaman pacaran untuk menghabiskan waktu bersama orang yang akhirnya meninggalkan saya untuk seorang laki-laki? Saat pertama kali mereka memperkenalkan pacar, tentu saja saya cemburu. Bukan cemburu karena mereka lebih laku daripada saya. Tapi karena saya tahu kalau itu berarti suatu saat mereka akan meninggalkan saya untuk bersama laki-laki itu.

Dalam sebuah pertanyaan, 
"Apabila ada orang tua terjatuh di depan kita, apa yang akan anda lakukan? Menolongnya atau langsung pergi pura-pura tidak tahu?"
Apa jawabannya? Pergi dan pura-pura tidak tahu? Walaupun terpaksa, karena mungkin orang tua itu sangat gemuk, kita pasti menolongnya, atau memanggil orang lain untuk membantu.

Itu disebut formalitas, saat kita sebenarnya tidak terlalu ingin melakukannya, tetapi itu adalah hal yang harus dilakukan. Bukannya tidak tulus, tetapi memang HARUS. Begitu juga dengan perasaan saya pada teman-teman. Mereka menikah dan meninggalkan saya. Itu bukan kejahatan, mereka tidak berniat menyakiti saya. Hanya ego yang membuat saya sakit hati. Saya tidak terlalu ingin mendoakan kebahagiaan mereka, tidak terlalu ingin datang ke pernikahan mereka, tidak terlalu ingin mengunjungi mereka saat mereka melahirkan. Tapi itu HARUS. Apakah sesuatu yang HARUS itu salah untuk dilakukan?
Saya HARUS shalat walaupun kaki terasa ngilu karena baru jatuh, walaupun capek karena baru perjalanan jauh. Apakah melaksanakan sesuatu yang HARUS itu salah? Tulus atau tidak? Apakah orang yang kita tolong harus tahu? Tulus atau tidak, hanya Tuhan yang tahu. 
Saya datang membawa kado saat mereka ulang tahun. Tuluskah saya mendoakan mereka panjang umur dan sukses selalu? Tuluskah saya memberikan kado saat mereka sedang tidak menyakiti saya? Atau sebaliknya, tuluskah mereka mendoakan saya seandainya saya tidak mentraktir makan-makan? Apakah ketulusan harus diperlihatkan? Seandainya itu diperlihatkan, dapatkah orang lain merasakannya?
Itulah formalitas. Saya bahagia saat mereka datang di ulang tahun saya, saat saya sedang sakit, saat saya lulus atau saat saya akan pergi jauh. Kebahagiaan saya tulus dan saya tidak peduli apakah mereka tulus atau tidak. Karena saya tidak tahu. Saya bukan Tuhan. Mereka datang DI SAAT saya ulang tahun. Itu adalah formalitas, keharusan, karena mereka sahabat saya sejak kecil. Apakah ada yang salah dengan formalitas? Haruskah saya menanyakan ketulusan mereka. Bukankah itu akan sangat menyakiti mereka?
Saya lahir dari rahim ibu, tapi bahkan sampai sekarangpun kami kadang tidak bisa membaca perasaan satu sama lain. Maka bagaimana saya akan mengerti perasaan mereka yang bahkan tidak pernah berbagi nadi dan otak?
Kalo nulis gini serasa berteman dengan mereka berisi keterpaksaan karena keharusan melakukan ini itu. Tapi sebenarnya kalau dirasakan dengan hati yang paling dalam, mereka yang selalu ada untuk berbagi kebahagiaan, kesedihan, penderitaan dan kesakitan - tentu saja setelah keluarga saya. Tulus atau tidak, mereka sudah bersedia meluangkan waktu untuk saya yang seringkali tidak perhatian. Pernah saya tulis dalam cerpen, bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan tidak bisa diulang. Dan mereka menyisihkan waktu itu untuk saya. Saya sangat bersyukur memiliki sahabat-sahabat sebaik dan sehebat orang-orang itu. Ketulusan melakukan sesuatu bukanlah ukuran, adalah sebuah keHARUSan saya bisa membuat mereka bahagia, walau tidak lama. 

LITTLE WOMEN (HOW'S LIFE GOING?)

Akhir-akhir ini saya baca Little Women karya Louisa May Alcott. Bukan karena apa, tapi karena serial favorit saya, Friends menyebutkan buku ...