Kamis, 15 Januari 2015

WHERE ARE YOU NOW?

To my favourite teacher, told me never give up
To my eleven grade crush, who i tought i really love
To my best friends, don't know how we grew apart
To my favourite boybands, and sing along in my room
To the faces I see in my memories
Where are you now?
Secuplik lirik Honor of Society - "Where are You Now?" yang sudah dimodifikasi.. Hehe..
Nggak tahu ini band mana, kebetulan saja muncul di list youtube saat ketik search "Boyband songs". 
So definitely true. Sometimes.. Many times.. I missed them.. Kecuali yang pertama. FAvourite teacher.. Saya tidak punya guru favorit seperti Bu Muslimah dalam Laskar Pelangi, dan tidak ada satupun guru yang told me never give up. Mana mungkin? Mereka tahu orang tua saya guru, jadi mungkin mereka takut melangkahi bapak dan ibu di rumah.
Orang yang saya taksir pas SMA, sahabat-sahabat masa kecil, boyband yang sudah pada bubar. Kemana mereka semua? Hanya berhubungan lewat Facebook, whatsapp atau BBM. Melihat mereka sudah berkeluarga. People change, society change.. i don't know why I still feel the same, I guess that's why sometimes I missed them a lot..
Ada kakak kelas yang saya kecengin jaman SMA. Tidak ada teman yang tahu. Di mata saya jaman itu, he's the coolest boy ever. Tampangnya cool, anak band, suka nulis, baik (kaya'nya sii...). Beberapa saat lalu iseng keinget dia. Coba-coba ketik namanya di search engine FB. Honestly, it ruined the sweet memories.. Dia sudah berkeluarga, jadi gendut, tampang bapak-bapak. Pelajaran yang bisa diambil adalah, leave the past behind, take only the ones that affect how you become today. You will not regret anything. Because you can't..
Miss you all guys.. wherever you are.

Selasa, 13 Januari 2015

SOMETIMES MY EXPECTATION IS TOO HIGH

Pernah saya bilang di post sebelum-sebelum ini kalau saya nggak suka nonton film berbau drama cinta religi - religi Islam maksudnya.. Seperti Ayat-ayat cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Kupinang Kau dengan Bismillah, dll. Alasan pertama mugkin suda pernah saya jelaskan. Alasan kedua, film-film seperti ini membuat harapan yang keterlaluan. Misalnya, dalam film Ketika Cinta Bertasbih (maaf kalau saya pakai contoh film ini, karena untuk film model begini, hanya film ini dan ayat-ayat cinta yang pernah saya tonton). 
Dalam film itu diberikan tokoh-tokoh super baik, berakhlak mulia. Yang cowok alim, pinter, baik, ganteng, kaya, pekerja keras. Yang cewek berjilbab syar'i, lemah lembut, baik tutur katanya, pinter, idaman banyak lelaki baik-baik. My God, what a perfect world.. 
Untuk orang yang berasal dari keluarga tidak alim seperti saya, kehadiran tokoh-tokoh dari dunia pergaulan yang asing (bagi saya), menumbuhkan sebuah gambaran tentang orang alim. Maksud pergaulan asing di sini adalah pergaulan di dunia keagamaan, punya pondok pesantren, pergaulan yang setiap saat mengingat Tuhan. Gambaran apa? Mungkin ini juga terjadi pada beberapa kalian yang sejenis dengan saya..
Ya, gambaran bahwa mereka setengah malaikat.. Sepertinya susah sekali bagi mereka untuk diajak berbuat dosa. Dan memang seharusnya begitu kan?
Dan  yang terjadi saat bertemu salah satu dari orang model  begitu.. Yang berjenggot, yang bajunya rapi, yang jilbabnya syar'i, yang wajahnya bersinat-sinar karena selalu terkena air wudhu. Saya tidak akan mengeneralisasi, tapi memang akhirnya saya mengambil kesimpulan, "Mereka hanya manusia biasa yang bisa berbuat dosa, sama juga seperti saya.."
Ada yang masih suka gibah, ada yang masih banyak perhitungan kalo mau tolong orang, ada yang suka kerja nggak ikhlas, ada yang suka sirik, pacaran. Belum pernah saya temui yang separo malaikat seperti dalam film-film itu. Film garapan Dedi Mizwar semacam Hikayat Pengembara dan Para Pencari Tuhan memberikan gambaran lebih manusiawi tentang tokoh-tokoh yang tingkat keimanannya lebih tinggi. 
Maaf kalau bikin tersinggung kalangan tertentu. Saya nggak sedang mencela cara berpakaian kalian, karena saya sendiri malah jauh lebih nggak jelas. Jilbab nggak jelas, baju agak seksi, suka nonton gosip, suka doain orang kena musibah, suka iri, suka bohong. Sekali lagi, mari kita sama-sama melihat ke cermin, jangan cuma nonton film. Jadikan film itu sebagai cermin untuk introspeksi diri.

Minggu, 11 Januari 2015

JUST REALIZE THIS

Bersyukurlah kalau kalian masih memiliki keluarga lengkap. Ayah, ibu, kakak, adik, kakek, nenek, paman, tante, sepupu. Karena sebagian dari kita kurang beruntung tidak memiliki mereka. Bahkan ada yang terlahir tidak mengenal ayah ibunya karena langsung dibuang di selokan. 
Beberapa saat lalu, saya dan teman serumah saling bertukar cerita tentang heboh dan repotnya kehidupan keluarga yang tinggal berdekatan. Kami berdua sama-sama berasal dari keluarga yang hidup di daerah pedesaan, dimana biasanya keluarga hidup berumah tangga dalam satu lingkungan kampung. Bukan hal yang mudah. Sungguh bukan hal mudah. SAma saja dengan hidup bertetangga, pasti ada ketidakcocokan. Yang jadi masalah adalah, tetangga ini juga saudara sedarah. Konflik yang terjadi semakin rumit. Mulai dari gibah saat ada cowok ngapel di rumah sepupu sampai pembagian harta warisan. Kami berdua setuju kalau hubungan keluarga seperti itu sangat tidak sehat karena tidak memberikan kenangan manis dalam hidup dan hanya menumbuhkan akar kebencian antar saudara. Seperti gelas yang sudah pernah pecah, bisa disatukan kembali, tapi bekas keretakannya akan selalu ada di sana.
Alhamdulillah, Tuhan langsung mengingatkan. Dari update status BB seseorang yang menyatakan betapa dia sangat ingin pergi traveling bersama keluarga. Just FYI, orang ini sejak bayi, tidak hidup bersama orang tua dan saudara-saudaranya. Dia masih punya ayah, ibu, adik dan kakak. Semua lengkap dan masih ada di dunia ini. HAnya saja, keadaan ekonomi saat itu tidak memungkinkan ayah dan ibunya untuk membesarkan banyak anak, sehingga dia harus hidup bersama keluarga lain. Pernah dijanjikan, saat umur 3tahun nanti, ayah dan ibu akan datang menjemputnya. Tapi apa mau dikata, anak ini sudah terlanjur sayang dengan keluarga yang merawat sejak bayi. 
Sekarang dia sudah 22 tahun dan baru saja berani mengungkapkan kalau mendambakan kehidupan keluarga normal seperti teman-temannya. Pernyataan ini seperti menampar saya. Selama ini kami melihatnya sebagai anak yang beruntung karena hidup di keluarga berkecukupan dibanding saudara-saudaranya yang hidup tidak terawat. Kami lupa kalau dia juga bergaul dengan teman-temannya. Melihat mereka berpamitan dengan kedua orang tua setiap hendak berangkat sekolah, pulang sekolah bermain dengan adik dan kakaknya, membantu ibu membereskan rumah, makan bersama keluarga di meja makan, pergi traveling bareng. Saya merasakan semua kesenangan bersama keluarga itu dan baru ingat kalau anak ini tidak pernah tahu bagaimana rasanya mencium tangan kedua orang tua saat berangkat sekolah.
Percayalah, keluarga adalah segalanya, karena mereka menerimamu tanpa syarat. Mereka tidak meminta IPK tinggi, score TOEFL ITP di atas 550 dan penampilan menarik untuk menyambutmu dalam pelukan. Bersyukurlah karena masih memiliki mereka..

OCULUS (2013)

Kebetulan dalam weekend ini nonton film horor yang menarik. Ternyata holywood sekarang sudah mulai getol produksi film horor berbau hantu tipe Asia. Tahu kan hantu tipe Asia? Yang bajunya putih ato hitam compang camping, tampang nggak ancur tapi ekspresi mengintimidasi, gerak gerik bikin merinding, kemunculannya ngagetin.. Film horor holywood sekarang sudah menjauh dari tokoh-tokoh mistis barat macam drakula, vampir, werewolf, monster, yang menurut konsumen Asia, nggak ada ngeri-ngerinya sama sekali. Creature macam itu sekarang masuk film drama.
Salah satunya adalah dalam film Oculus ini. Release tahun 2013, dibintangi Karen Gillan (Guardians Of The Galaxy) dan Brenton Thwaites (Maleficent). Menceritakan tentang seorang cewek yang membuat video untuk membuktikan kalau adik dan ayahnya melakukan pembunuhan 10 tahun lalu di bawah pengaruh sebuah cermin kuno. Setiap berganti pemilik, cermin itu memakan korban. Pemiliknya selalu mati mengenaskan.

Saat dua bersaudara ini masih kecil, orang tuanya membeli sebuah cermin kuno yang mengubah hidup mereka. Ayah dan ibunya jadi sering bertengkar dan berubah psycho. Alur cerita dibikin maju mundur untuk memperlihatkan apa yang terjadi saat mereka masih anak-anak dan yang terjadi saat ini. Bagaimana cermin itu membuat trik-trik dan mengecoh kelabilan jiwa dua anak ini, membuat penonton (saya) jadi ikutan bertanya, "Apakah yang saya rasakan saat ini benar-benar terjadi?"
Karen Gillan berpostur tinggi atletis, sampe-sampe kepikir, "Orang ini harus maen film action..", eee.. ternyata dia Nebula di Guardians of The Galaxy.. =D
Anyway.. jalan ceritanya OK, nggak ngebosenin, nggak bikin ngantuk dan bikin penasaran. Selamat menonton.. =)

Sabtu, 10 Januari 2015

INTROVERT

Nggak tahu kenapa, walaupun sudah mencoba bersosialisasi, dan bisa dibilang agak sukses bersosialisasi, tetap saja ada rasa ingin menjauh, ingin sendiri. Berkecimpung dengan pikiran sendiri. So, this is what happen to me.. like, all the time..
  • suka ngobrol dan kumpul dengan banyak orang, tapi itu seperti kegiatan yang sangat menguras tenaga, sehingga selanjutnya selalu ingin menarik diri dari keramaian.
  • Keramaian bikin pusing dan mual
  • Banyak yang ingin diungkapkan, tapi setelah keluar dari mulut, ternyata merasa bahwa semua bisa diringkas, dan berharap orang lain mengerti dengan ringkasan itu
  • saat nonton konser, orang biasanya mencari spot yang bisa dengan jelas melihat member band favoritnya. Saya mencari tempat aman yang bisa berdiri tenang, nggak didorong-dorong, yang penting sound jelas
  • Lebih suka mengungkapkan isi hati dengan tulisan
  • Nggak suka angkat telepon. Dengan banyak alasan, akhirnya saya balas dengan sms. I hate a 5seconds mute in a small talk. 
Ternyata, tanda-tanda ini menurut huffingtonpost.com, menunjukkan tipe introvert. Tipe extrovert akan merasa semakin bersemangat saat dikelilingi orang. Berbalik dengan introvert, mereka akan kehilangan banyak energi saat dikelilingi orang.
Entah bagaimana mengatasinya. Saya sudah berusaha berubah dari orang yang menunggu diajak bicara, menjadi orang yang lebih dulu memulai pembicaraan. Menambah koleksi kata-kata. Berusaha memperpanjang pembicaraan, mencari topik baru. Tapi akhirnya saat orang lain mulai terpancing ngobrol, saya yang diam, dan semakin menjauh.. 
Sebagai pengajar dan pembimbing, tidak seharusnya memiliki sifat seperti ini kan?? =(

Jumat, 09 Januari 2015

THE SWIMMERS (2014)

Film produksi GTH tahun 2014. Just FYI, GTH adalah produser film Thailand yang terkenal produknya selalu laris di pasaran. Sekitar akhir tahun 2014 kemarin, produser ini memproduksi film berjudul The Swimmers, dengan poster yang menurut saya lumayan seronok.
Tapi sekali lagi saya terkecoh dengan poster. Poster Laddaland beberapa tahun lalu sangat bikin penasaran untuk nonton tapi dikecewakan dengan cerita dan penampakan hantunya yang kurang ngeri. 
The Swimmers menceritakan kisah cinta segitiga satu cewek (Ai) dan dua cowok (Perth dan Tan). Cerita diawali dengan adegan bunuh diri Ai, lompat dari palang loncat indah tingkat paling atas. Jatuh ke dasar kolam yang sedang dikeringkan. Ai adalah pacar Tan, walaupun ada benih-benih cinta tumbuh saat Tan memperkenalkan Ai pada Perth. Sampai akhirnya setelah perjuangan rayuan Perth, Ai akhirnya menyerah juga. Dia memutuskan hubungan dengan Tan. Karena hubungan yang berlebihan, Ai hamil. Dan mungkin cerita mulai bisa ditebak mulai dari sini.
Jangan salah. Di sinilah menariknya cerita ini. Karakter antagonis dan protagonis dibalik. Tokoh antagonis di cerita ini adalah Perth, tapi dengan penggambaran karakter yang lembut pada wanita, rapuh, banci, buaya darat. Sedangkan protagonisnya adalah Tan, dengan karakter kuat, keras, psycho.  Kemunculan hantunya bikin kaget dan kenampakannya ngeri.
Memang bukan cerita yang memberi contoh bagus pada anak muda jaman sekarang. Tapi memberi contoh menarik dalam penulisan cerita dan inovasi permainan karakter. Warning, ini film tentang kehidupan anak sekolah, tapi ada adegan 21++. Rating dari saya 7,5/10 lah..

Kamis, 08 Januari 2015

HORNS (2014)

Selalu.. kalo ada film berkesan.. Selalu pengen berbagi..
Seandainya saja keinginan menulis ini lebih ke bidang akademik.. Mungkin saya sudah jadi profesor. hehe..
Film baru tahun kemarin. Judulnya simple.. HORNS. Dan filmnya literally sesuai dengan judulnya. Diambil dari novel karya Joe Hill yang dipublikasikan tahun 2010. Novelnya hanya mendapat rating 4,2/10, dan filmnya hanya 6,5/10 di IMDB. Tapi di hati saya, film ini ber-rating 8,5/10.
Menceritakan tentang Ignatius Perrish yang dituduh membunuh pacarnya sendiri - Merrin Williams. Ignatius diperankan oleh the boy who lived - Daniel Radcliffe, dan Merrin diperankan Juno Temple (Maleficent, Atonement, The Other Boleyn Girl). Ignatius yang selama ini rajin pergi ke Gereja, mulai kehilangan kepercayaan pada Tuhan semenjak kematian Merrin. Merrin juga seorang Kristen taat yang tidak pernah absen ke Gereja, tapi menemui ajal dengan cara yang tragis. Karena itu Ignatius marah pada Tuhan. Dan entah bagaimana, pada suatu pagi, sepasang tanduk muncul di kepalanya.
Tidak hanya itu, Ignatius tiba-tiba memiliki kemampuan membuat orang berkata jujur dan mengeluarkan keinginan terdalam hati untuk berbuat menuruti nafsu. Simplenya, dia punya kemampuan setan yang suka menggoda manusia dan menghasut untuk berbuat jahat. 
Walaupun sangat tidak masuk akal dan akhir cerita bisa ditebak, I mean.. pelaku pembunuhan sebenarnya sangat jelas. Jalan ceritanya bagus, menunjukkan kalau orang yang kelihatan di depan sangat baik sekalipun, pasti punya pikiran jahat dan nafsu yang mengerikan. Akting Daniel OK banget, bener-bener lepas dari Harry Potter yang digambarkan sebagai superhero dan cowok baik-baik. Semua pake aksen Amerika walopun sebagian besar pemeran dari UK.
Warning, banyak adegan 21++
Sebenernya mau saya pasang foto make up keren di film ini. Tapi ntar jadi spoiler gimana akhirnya.. hehe..

LITTLE WOMEN (HOW'S LIFE GOING?)

Akhir-akhir ini saya baca Little Women karya Louisa May Alcott. Bukan karena apa, tapi karena serial favorit saya, Friends menyebutkan buku ...