Rabu, 22 April 2015

2015

So, in less than a week, i will turn 30.. HAAHHAAHH... What a number.. Berarti sudah lama sekali saya menghirup udara bumi ini. Yang paling berubah dari diri saya adalah, saya kehilangan kemampuan berkhayal. Kalau melihat tulisan-tulisan di masa lalu.. Walopun nggak terlalu keren, tapi amazed aja dulu bisa punya khayalan seperti itu. Saya berusaha membangkitkan lagi semangat menulis dan berkhayal. Tapi rasanya setiap waktu kosong, banyak dihabiskan untuk nonton film.
Seringkali mencoba nulis lagi, tapi entah kenapa selalu jadi kemana-mana ceritanya. Mungkin semakin banyak pengalaman hidup, semakin banyak membandingkan pengalaman dengan khayalan, and when it doesn't match, I hesitate.
Dan tentu saja, pertanyaan tentang kapan mau berumah tangga akan semakin sering muncul.
Saya bertanya pada teman yang hendak menikah, "Kenapa memutuskan menikah sekarang?"
Dia jawab, "Ya karena mau nyari apa lagi?". 
Tidak berbeda dengan jawaban beberapa orang lain, "Ya biar nanti kalo sudah tua ada yang ngurusin."
Atau, "Biar kita punya penerus lah.."
Kenapa kalian menaruh beban berat di pundak anak, bahkan sebelum dia lahir?
I will always make excuses.. Haha!
So, what will I do when I get 30?

Kamis, 16 April 2015

STEREOTYPE

Bagaimana tampang preman?
Bagaimana tampang dokter?
Bagaimana tampang cewek nakal?
Bagaimana tampang guru?
Bagaimana tampang pembunuh?
Saat berpapasan dengan orang di jalan, bisakah kalian menentukan apa pekerjaannya? Bagaimana sifatnya? Mungkin psikolog bisa. Atau orang-orang yang bisa membaca ekspresi micro seperti dalam film Lie To Me.
Saat pergi ke Pulau Moyo, saya diantar tiga orang tour guide berwajah sangar. Yang satu kecil berkulit gelap dengan wajah khas Indonesia Timur, satunya lagi kurus tinggi khas junkies dan yang satu tinggi besar tampang preman berkulit gelap. Kata ibu, "Nduk, nggak takut kamu pergi sama orang-orang kaya gitu?"
Stereotype..
Saat diterima kerja di pabrik dengan gaji lebih tinggi dari pegawai bank, orang-orang rumah komentar lagi, "Nduk, mbok ya nyari kerja di bank atau di mana gitu yang dandanannya lebih bagus.."
Stereotype..
Saat melihat cowok pake baju rapi, wangi, pendidikan tinggi, nenek bilang, "Nduk, pengen punya menantu kaya gitu.."
Stereotype..
Ngapain sih ngomongin stereotype? 
Karena akhir-akhir ini mengikuti perkembangan berita pembunuhan Tata Chubby. Syukur deh pembunuhnya sudah ketangkep. Sudah pada tahu kan? Guru matematika, cing! Nggak nyangka kan? Siapa juga yang nyangka kalo Rian - cowok metroseksual rapi guru ngaji itu sudah bunuh 11 orang?
Jeffrey Dahmer yang pendiam, atau Phillip Markoff - mahasiswa berprestasi fakultas kedokteran. 
Who knows? Siapa yang tahu kalau orang-orang berpenampilan perlente ini punya otak psycho?
 
 

Rabu, 15 April 2015

DON'T TELL MY MOM 2

Entah kenapa di sini insting plesir saya semakin menjadi-jadi. Saya jadi bolang. Dan pulau ini jauh lebih sepi daripada Jawa, maka tentu saja tempat wisata alamnya kebanyakan tidak dijamah manusia. Mungkin sama dengan saat saya di Kendari, hanya saja di sana tidak ada teman main. Pulang kampus masak, belajar, tidur dan besok diulangi lagi. Teman saya di sana anak rumahan yang bahkan nggak tahu jalan ke tempat lain. Kebetulan di sini ada salah satu teman yang ikut grup Adventurous Sumbawa, jadi dia tahu tempat-tempat keren. Walaupun ternyata, tempat yang dimaksud memang masih perawan.
Kali ini kami pergi ke Gili Keramat atau Pulau Keramat. Saat melewati jalan menuju ke sana, kami langsung mengerti kenapa tempat itu dinamakan pulau keramat. Ya.. banyak kuburan tua di sana. Bahkan ada kuburan di pinggir aspal. Gili ini berada di daerah Utan. Kalau naik motor dari Sumbawa besar, mungkin sekitar 1,5jam dengan kecepatan rata-rata 70 km/jam ke arah Poto Tano (pelabuhan penghubung SUmbawa-Lombok). Di Utan ada jalan berbelok agak sempit (cukup 2 mobil) menuju ke Labu PAdi. Dari Labu Padi inilah kita menyeberang ke Gili Keramat dengan sewa perahu nelayan kira-kira 200ribuan. Kebetulan ada teman yang punya saudara di sana, dan punya kapal, jadilah penyebrangan gratis. Hehe..
Penyebrangan cuma sekitar 20 menit, dan kita akan disambut oleh keindahan pantai ini..
Pantai tenang tanpa penghuni, airnya jernih yang tergradasi warna hijau biru memantulkan cahaya matahari. Tidak ada sampah.. dan tidak ada orang lain. Sama sekali. Berbeda dengan saat saya ke gili di Probolinggo dimana ombaknya membawa kembali sampah yang pernah dibuang penduduk sekitar.
Hanya ada satu makam tua di tengah pulau. Mungkin masih ada yang lainnya, hanya saja I was too coward to find out.

It was heaven. Kami bisa melihat luas dan birunya langit sambil berenang bebas. Tidak ada suara anak kecil menangis, tidak ada suara ibu-ibu memarahi anaknya, tidak ada orang lain yang berlari-lari kesana kemari atau pasangan-pasangan ababil yang mojok mencari suasana sepi. Hanya ada kami, suara debur ombak yang lembut dan cicit burung-burung laut. Orang-orang berbondong-bondong mencari kolam renang pinggir pantai untuk merasakan sensasi berenang sambil melihat garis horison. Kami sudah menemukannya, yang alami and it was truly heaven.
Don't tell my mom, karena jalannya lumayan jauh, sepi dan kami hanya berempat cewek-cewek.
But believe me, it was heaven on earth.. You won't even mind the sunburn.. =)

DON'T TELL MY MOM

Beberapa saat lalu saya pergi main ke salah satu gunung di Sumbawa - Nusa Tenggara Barat dengan 5 air terjun (katanya). Gunung Merente.. Entah itu namanya atau bukan. Yang jelas gunung ini ada di daerah Merente. Tentu saja saya hanya mngunjungi satu air terjun. Tidak sama dengan tempat-tempat wisata alam di Jawa yang sudah dilengkapi fasilitas jalan, toilet, musholla dan lain-lain, yang membikin harga masuknya keterlaluan mahal, di sana sama sekali tidak ada fasilitas. Kita bahkan harus menyeberang sebuah sungai besar tanpa jembatan. Bagi kalian yang biasa berkegiatan ekstrem, yang seperti ini mungkin biasa saja, tapi bagi saya yang terbiasa ke alam dengan berbagai fasilitas, ini menjadi horor tersendiri.
Foto di atas diambil pas berangkat, air sungai cuma setinggi lutut. Tidak ada yang berani mengambil foto saat pulangnya karena hujan dan air sungai setinggi perut dengan arus sangat kuat. I tell you, guys.. Tausiah itu kadang tidak perlu mimbar. Tuhan punya mimbar sendiri untuk membuat kita sadar betapa pentingnya bersyukur dan menghargai kehidupan. Saya belum makan sejak pagi dan tidak bisa renang, melihat sungai sebesar dengan arusnya yang deras seperti itu, hanya satu yang ada di dalam kepala saya, "semoga mereka menemukan mayat saya dengan baju lengkap di laut sana.."
Perjalanan berlanjut, hari cerah, matahari bersinar terang di atas kepala. Siapa sangka, beberapa menit kemudian, turunlah hujan.. Alhamdulillah. Semua harus disyukuri kan? So, tidak ada jalan buatan manusia seperti di Coban Rondo atau Coban Mbaung di Malang, dengan tipe tanah liat yang jadi super licin saat kena air dan kemiringan gunung yang mengerikan, kami struggle berjalan lebih dari 1 jam. I present to you.. Agal Waterfall..

Pemandangan yang sangat menyegarkan mata, udara sejuk, suara serangga dan burung memenuhi udara, hempasan air terjun dan hujan jadi satu. Tuhan Maha Besar. Horor tadi terbayar dengan indahnya air terjun dan kebersamaan kami.
Bisa dibayangkan jalan pulangnya.. Sujud syukur saat sudah selamat sampai di atas kasur kos. Tanpa sengaja kami menemukan blackhole di belakang air terjun. Blackhole seperti dalam Interstellar, sehingga bisa membuat salah satu dari kami membatalkan perjalanan ini, dan akhirnya kami langsung ke masa depan, sedang bersantai di sabtu malam, di atas kasur empuk dan nonton premiere di fox.
Just.. Don't tell my mom..

Kamis, 09 April 2015

SOMETHING IS WRONG

We all getting older every second. We have to be wiser.. Atau paling tidak, mengetahui dan belajar lebih banyak daripada yang lebih muda. Tapi, seiring dengan itu.. beberapa hal berubah. Bisa jadi perubahan itu menuju ke arah yang kita suka. Tapi bisa juga ke arah sebaliknya. 
Kita adalah tokoh utama dalam kehidupan kita sendiri, maka jadikanlah dirimu pusat kehidupanmu. Jangan biarkan orang lain mempengaruhi perasaanmu. Jangan membuang waktu memikirkan orang yang tidak mau repot untukmu. Bukan karena saya menjelang 30 tahun, sehingga harus jadi sok bijak.
Perubahan.. Ada yang berubah dari kehidupan kami. Membangun sebuah dinding tak kasat mata di sekeliling kami. Mungkin karena saya introvert? Mungkin karena saya seolah menjauh? Mungkin karena saya tidak peduli? 
Saya rindu, tapi tidak tahu apa maksud rindu itu sendiri. Mungkin rindu kami yang tanpa batas. Bukan rindu fisik. Tapi entah kenapa, ada yang berubah.. Saat yang maya tidak lagi bisa memenuhi yang nyata. Saat yang saya rasakan semakin jauh berbeda. Saat ada tuntutan yang tidak bisa dipenuhi. Saat semua itu dianggap menjadi sebuah ketidakpedulian. Maka pemikiran akan berubah jalur. 
Maaf.. mungkin saya salah, but you can't read my mind..

LITTLE WOMEN (HOW'S LIFE GOING?)

Akhir-akhir ini saya baca Little Women karya Louisa May Alcott. Bukan karena apa, tapi karena serial favorit saya, Friends menyebutkan buku ...