Senin, 31 Agustus 2015

ONE WISH, GRANTED.. (6)

28 Mei 2015, hari inilah misi utama kami. Memperkenalkan kampus baru ke salah satu kampus internasional di Thailand. Setelah tengah malam sendiri menikmati yum yum, dan tidur lewat tengah malam, untungnya saya tidak bangun kesiangan. Sudah dibilang sebelumnya kalau tur ini temanya backpacker. So, jangan membayangkan kami menginap di hotel berbintang 1. Harga penginapan ini hanya 200 baht semalam, alias 80ribu rupiah. Hotel kecil di dekat rumah saya saja semalam 150ribu! Pertama kali menginjakkan kaki di penginapan itu, seperti masuk ke set film Freedomland, apartemen orang-orang perbatasan. Pinggir jalan yang super rame. Di malam pertama, mbak Winda dan Miss Winda sudah jadi saksi orang mabok ribut di jalan.

Kamarnya sempit, nggak ada tempat sholat, jadi sholatnya di atas kasur. Kasurnya keras seperti tumpukan kardus diberi sprei, untungnya ber-AC dan air lancar. Kalau ibu saya tahu, pasti sudah nangis beliaunya. Hehe.. So, don't tell my mom.. =)
Karena super capek, kasur keras pun tidak terasa. Saya tidur nyenyak dan bangun tepat waktu dengan badan segar dan mata terbuka lebar. Benar-benar kondisi tubuh yang saya harapkan untuk hari itu. Orang-orang yang masih trauma dengan sate semalam, pagi itu mencoba paket sarapan makanan instan yang dijual di 7-11 depan penginapan. Saya yang tidak biasa sarapan berat, hanya mengambil roti isi kacang merah dan air putih. Herannya, ada yang bertanya, "Eh, halal nggak tuh?". Memang nggak ada logo halalnya sih.. tapii.. selama nggak ada daging, saya rasa aman. Hehe..
Setelah marahin 2 wartawan yang seenaknya mau pake sandal jepit dan celana pendek, kami pun berangkat menuju kampus, naik bus umum. Kami harus jalan dulu sekitar 300 meter ke halte bus. Naik bus cuma 9-15baht/orang, alias 3000-6000an/orang. Ternyata orang sono juga rajin-rajin. Jam setengah 8 sudah pada buka lapak. 45 menit naik bus, sampailah di kampus.
Kampus yang kami kunjungi bernama King Mongkut's University of Technology North Bangkok atau disingkat KMUTNB.
Dan yang menyambut kami adalah Fakultas Teknik Kimia dan Proses TGGS (Thai-German Graduate School). TGGS sebenarnya adalah sekolah pasca sarjana berbasis industri yang sudah bekerja sama dengan Jerman. Sekolah hebat dan keren lah pokoknya, kampus kami jelas tidak ada apa-apanya dibanding kampus ini. Tapi alhamdulillah mereka menerima kami dengan sangat baik. Bahkan dekannya tertarik untuk pergi ke Sumbawa suatu saat nanti. Di kampus ini kami presentasi memperkenalkan kampus, begitu juga dengan mereka. Setelah itu kami dibawa keliling F.Teknik Kimia tersebut.
Tidak usahlah saya ceritakan terlalu banyak tentang apa yang kami bicarakan dengan para pejabat kampus ini. Saat diajak keliling kampus, masuk laboratoriumnya, perlu saya ingatkan kalau ini adalah University of Technology. Jadi, mereka ini semua adalah anak-anak teknik, yang stereotype-nya di Indonesia tuh yang lusuh-lusuh, jarang mandi, cuek. Di sana, wheee.. jauuuuhhh dari kata lusuh. Dan mereka ini bukan anak-anak sembarangan. Masing-masing punya tugas sendiri dalam proyek industri besar.. Keren-keren dah pokoknya mereka.. =)
Anyway, walaupun sekolah internasional, ternyata nggak semua mahasiswanya bisa berbahasa Inggris. Mahasiswa diberi tugas melakukan interview dengan beberapa mahasiswa. Sayangnya mereka lagi sibuk ujian, dan itu tadi, tidak semua bisa berbahasa Inggris. Berjalan-jalan di dalam kampus ini seperti masuk dalam film Shutter, semua mahasiswa diwajibkan berseragam atasan putih, bawahan hitam. Celana panjang untuk cowok dan rok untuk cewek. Kata mbak Wawat, ini adalah kebijakan raja. Mungkin supaya semua setara.
Ada satu tragedi yang kalau diingat jadi terasa lucu dan nyebelin. Melibatkan beberapa orang dan kartu telepon yang tidak mau dibeli. Haha! MAksud saya, kami sama-sama sayang duit kalau mau beli kartu telepon, dan akhirnya, benda itu tidak ada saat dibutuhkan. Jadilah kami ber- running man ria, mencari "sesuatu" yang hilang. Lucunya, saya pergi ke satpam, siapa tahu dia melihat "sesuatu" yang kami cari itu. Eee.. bukannya dijawab, dia malah mengajak saya masuk ke dalam gedung. Entah gedung apa, karena semua keterangan ditulis dalam huruf Thai. Kami diajak ke lantai atas gedung tersebut. Berbeda dengan gedung TGGS yang kami kunjungi pagi tadi, dimana ruang-ruangnya sudah didesign modern dan minimalis. Gedung kali ini mempunyai design interior yang unik. Berbau kerajaan Thailand, banyak patung-patung dan lukisan.
Orang yang mengajak kami tadi berhenti di depan sebuah ruangan. Saya dan satu orang mahasiswa masih terbingung-bingung. Kantor siapa ini?? Baru saya sadar setelah baca tulisan kecil di kaca depan. Ternyata itu adalah kantor wakil rektor urusan kerjasama luar negeri! DHAANGG!! Gila! Bisa malu-maluin ini! Tapi terlambat, saat kami sudah hendak lari kembali ke teman-teman, sang satpam sudah mempersilahkan kami masuk ke dalam ruangan. Berusaha untuk tidak cengengesan, saya meminta maaf sejadi-jadinya, kalau ini hanya salah paham, dan sebenarnya bisa kami selesaikan sendiri..
Untung ibu itu super baik, beliau malah mengantar kami kembali ke teman-teman.. huhu.. Malunya itu loh..
 
 
Bersambung lagi yah.. =) 

LITTLE WOMEN (HOW'S LIFE GOING?)

Akhir-akhir ini saya baca Little Women karya Louisa May Alcott. Bukan karena apa, tapi karena serial favorit saya, Friends menyebutkan buku ...