Sabtu, 28 April 2018

33

Why me, God? Why me? 
itu yang dibilang Joey dalam serial Friends atau Danny Tanner dalam serial Full House saat mereka masuk ke usia 30 tahun. And as you can see, dua serial di atas adalah serial khas tontonan anak 90's. Kecilnya nonton Full House, pas abegenya nonton Friends. Yah, walopun saya nonton Friends-nya baru-baru saja, karena waktu itu serial ini memang berkonten dewasa sehingga tayang larut malam. Rasanya cuma 2 serial itu yang bener saya ikuti, karena setelah itu gak pernah lagi. Oh, 8 season Supernatural dan 1 season 13 Reasons Why. Karena di usia 30, I have too many things to do. I need to do this, to do that. I need to make money! Money to pay the rent! Hahah.. udah berasa orang paling sibuk sedunia. Bukan itu juga sebenernya, tapi mungkin karena serial-serial sekarang sudah tidak menarik di mata saya. Banyak orang rela bayar warnet beberapa jam untuk nonton Game of Thrones. Nontonin bhhoooobbbsss...
Menginjak usia 30 saja sudah bikin berasa tua, apalagi 33? Haha.. Ya, that's me.. Why God? Whaayyyy??? Seringkali saya tidak menyadari kalau sudah setua ini. Hanya saja, saat berkumpul dengan kolega-kolega yang hampir semua berusia di bawah saya, barulah saya sadar kalau memang sudah tua. Film-film masa kecil yang mereka bicarakan adalah film zaman saya sudah masa akhir SMA atau bahkan sudah lulus kuliah. Pernah suatu hari, teman-teman sedang heboh mendiskusikan koruptor Indonesia yang dapat kehidupan enak di penjara, bahkan bisa jalan-jalan. Saya langsung sahut, "Jangankan jaman sudah canggih begini, bayangkan dulu tahun 90an yang hp aja masih segede sandal jepit, ada orang namanya Eddy Tansil, itu lari dari penjara sampai sekarang belum ketangkap..". And they were like.. have no idea who I was talking about.. God, I feel really old. Haha.. 
So, I made it to 33.. Alhamdulillah.. tidak pernah terbayang saya akan hidup selama ini, diberi kesempatan menikmati indahnya dunia. Dan sepertinya Tuhan segera mengabulkan isi tulisan saya tahun lalu, walaupun itu sebenarnya bukan doa, tapi semacam peratapan diri. Tapi Tuhan selalu tahu yang terbaik untuk kita, kan? Amiinn..

Senin, 23 April 2018

HOROR YANG TERLEWATKAN

Berasa bosan dengan horor yang beredar akhir-akhir ini. Termasuk pada horor-horor Indo yang sebenarnya semakin kembali ke jalan yang benar, tapi ternyata tidak terlalu twisty. Termasuk (maaf) Jailangkung (2017). Saya fans berat Jelangkung (2001), dan dengan keluarnya Jailangkung (2017), membuat saya mengharapkan pengobat rindu. Bukannya saya tidak menghargai film dalam negeri, tapi kalian butuh kritik, bukan cuma dukungan. Sudah banyak yang mendukung film ini di laman IG Jefri Nichol, maka saya merasa tidak perlu jadi salah satunya. Hehe.. Dan maaf, IMDB pun menghargai film ini dengan rating 3,3/10, sedangkan Jelangkung (2001) dinilai 6,4/10. Pertama, hantunya bermuka terlalu internasional untuk film yang mengusung legenda lokal, apa yang terjadi pada tokoh yang diperankan oleh Hannah Al Rasyid, saya tidak mendapat jawabannya sampai akhir film, dan buku Betaljemur Adammakna, seingat saya buku itu tentang petunjuk hidup, bukan untuk memanggil setan.
Bukan mau nulis tentang film ini sebenarnya. Tapi tentang film-film horor yang terlewatkan. Just in case kalian yang tiba-tiba gede udah nonton Jailangkung (2017), maka saya sarankan untuk tidak melewatkan Jelangkung (2001).
Sekarang saya mau ulas tentang dua film horor yang weekend kemarin saya tonton. The House of The Devil (2009) dan Lake Mungo (2008). Keduanya bukan film yang dipromosikan besar-besaran macam Conjuring atau Insidious.
The House of The Devil (2009) adalah film berlatar tahun 1980an. Masa itu adalah heboh-hebohnya isu pemuja setan. Sampai sekarang sih.. Cuma sekarang isunya teori konspirasi. Menceritakan tentang Samantha (Jocelin Donahue), mahasiswi tingkat 2 yang mati-matian berusaha hidup mandiri. Sam mencari pekerjaan sekenanya untuk membayar sewa rumah. Dan kebetulan ada flyer di papan pengumuman kampusnya untuk menjadi baby sitter di malam gerhana bulan. Bersama Megan (Greta Gerwig), Sam pergi ke rumah yang membutuhkan baby sitter itu. Dan seperti film horor pada umumnya, rumah tersebut megah, berada jauh di luar kota dengan jalanan sepi. Ternyata, bukan bayi yang harus dijaga oleh Sam, melainkan sosok "ibu" yang tidak menampakkan diri sampai 20 menit film akan berakhir.
pic from: IMDB
Bukan hantunya, bukan acara pemujaan setannya. Tetapi ketegangan dan tanda tanya yang dipancing oleh penulis dan sutradara sejak awal film, yang membuat saya bertahan menonton mulai awal sampai akhir. Sosok-sosok pemilik rumah yang seperti tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, suara-suara dari dalam rumah, pemaksaan memesan pizza, mobil sederhana untuk rumah yang mewah dan gemas melihat Sam yang berkeliaran di rumah orang. Membuatmu ingin berteriak menyuruhnya diam dan nonton TV saja sampai tengah malam. Film ini dinilai 6,4/10 dalam IMDB

Lake Mungo (2008), film horor Australia dengan budget murah, tapi mendapat penilaian tinggi (6,1/10). Untuk saya, anything above 6/10 is good. Film ini dibuat seolah dokumentasi tentang kematian tragis seorang cewek remaja (Alice Palmer). Sepanjang film berisi interview dengan orang-orang dalam kehidupan Alice. Ayah, ibu, adik, kakek, nenek, pacar, teman. Tentang bagaimana sifat Alice, bagaimana dia hilang, bagaimana mayatnya ditemukan, dan keanehan-keanehan yang terjadi di rumah Alice setelah Alice meninggal. Alice diceritakan sebagai gadis baik dan ceria dari keluarga baik-baik, punya banyak teman dan pacar yang ganteng. Sayangnya, dia harus meninggal tragis dan entah kenapa arwahnya muncul di foto-foto yang dibuat di sekitar rumah. Keluarganya jadi bertanya-tanya, apakah dia tidak bahagia semasa hidup? Sementara sang Ibu merasa bahwa Alice selama ini baik-baik saja. Kenapa dia melihat Alice bersedih dalam mimpi?
Selama setengah film kita dibuat percaya bahwa pada penampakan dalam foto hantu, dimana sebenarnya ada fakta lain di balik foto-foto itu. Mengungkapkan bagaimana si gadis baik-baik ini menyimpan rahasia besar dalam hidupnya dan dihantui oleh rahasia itu. Walaupun pada akhirnya benar-benar muncul hantu, but that was a heart breaking moment.. Membuatmu berpikir, bagaimana kalau itu terjadi pada kita? Menghadapi kematian, face to face..
 
 

Jumat, 13 April 2018

BLACK PANTHER

Penting saya bilang, kalau ini adalah film yang paling saya tunggu sejak keluar trailer-nya tahun 2017. The trailer was the best! Menurut saya adalah trailer terbaik, tentu saja setelah trailer Avengers: Age of Ultron yang sangat dramatis itu. Haha.. But still, trailer Black Panther inilah yang membuat saya sangat ingin mengorbankan uang untuk terbang ke tempat yang ada bioskop. Dan sepertinya begitu juga dengan jutaan orang lain di dunia. Untungnya, saat film ini release, saya sedang berada di Jember.. Yaaayyyy!!! Sekali lagi, Tuhan mengabulkan doa cemen saya..

Pict from: marvel.com
I love Winter Soldier.. Bucky.. and this panther kicked his ass in "Civil War". Tapi entahlah, ada sesuatu yang membuat King T'Challa ini sangat menarik untuk ditonton. So, saya yang rutin membuka aplikasi IMDB (haha.. what kind of teacher am I?), mendapatkan info bahwa film ini akan tayang sekitar tanggal 16 Februari 2018. Dan tanggal itu adalah tanggal dimana saya harus segera kembali ke tempat yang tidak memiliki bioskop.. huhuu.. Tapi ternyata.. ternyata.. film ini tayang lebih dulu di Indonesia, atau Asia mungkin.. Yaayyy!! Jadilah saya mengantri di bioskop yang ternyata masih penuh dengan Dilan-ers.. Kalau di kota besar, mungkin saya harus mengantri seharian untuk film ini, tapi tidak di Jember.. Abege-abege itu masih terjebak gombalan Dilan. Syukurlah..
So, film ini menceritakan tentang kehidupan T'Challa di negara asalnya - Wakanda. Sebuah "negeri dongeng" tersembunyi, seperti El Dorado yang menyimpan banyak harta terpendam, termasuk vibranium, yang menjadikan rakyat di negara ini sangat makmur. Setelah kematian ayahnya, T'Chaka, dilakukan pemilihan raja baru di Wakanda. Ternyata ada beberapa suku di Wakanda, dan untuk memilih raja baru, calon raja harus bertarung dengan calon raja dari suku lain untuk menentukan siapa yang terkuat. Dan tentu saja, pada akhirnya, T'Challa yang menjadi raja. 
Hanya saja, di sisi lain dunia, tepatnya di Oakland California, ada keturunan Wakanda lain yang menyimpan dendam karena ayahnya dibunuh oleh T'Chaka di masa lalu. Erik Killmonger. Dengan segala cara, dia akhirnya berhasil menemukan Wakanda dan mengambil alih kekuasaan.
Itu tadi inti ceritanya. Hal-hal khas Stan Lee masih bisa dilihat dalam film ini. Seperti misalnya, pasti ada sosok jenius seperti Rocket atau Tony Stark, sosok pemimpin berani seperti Capt. America dan Starlord, atau sosok pahlawan wanita seperti Black Widow dan Gamora, sosok kuat tapi lugu seperti Thor atau Drax. Kereeeennn dah film ini. Yah, walaupun di adegan-adegan awal menurut saya terlalu gelap, bukan bermaksud rasis, tapi memang setting yang gelap dan bioskop di kota saya tidak terlalu bagus pengaturan ruangnya, termasuk lampu di tangga yang tidak dimatikan selama film.

MARATHON SABTU

Ya ampuunn.. udah menjelang 39 tahun bukannya buat sesuatu yang berguna, malah marathon drakor.. haha.. Emang lebih oke nonton review di You...