Selasa, 01 Januari 2019

BUKU YANG AGAK DISESALI

Mungkin belum pernah saya bilang kalau saya juga hobi baca. Tidak bisakah kalian lihat dari sangat benarnya saya mengeja kata di setiap post? Haha.. songong.. Karena selama 33 tahun hidup di Indonesia, baru saya sadar bahwa orang Indonesia masih banyak yang salah dalam mengeja kata dalam bahasanya sendiri, bukan dalam bahasa Inggris.. Misal, kata "sungguh" hanya ditulis "sunggu", atau menambah akhiran "h" di tempat yang tidak seharusnya, "tanpa" jadi "tampa" dan masih buaaaaanyaaaaakkk lagi.. Bukannya salah tulis, tapi memang karena tidak tahu ejaan yang benar.
Anyway, mari tidak membicarakan kekurangan orang, karena saya sendiri juga bukan ahli bahasa. Maka tidak ada kompetensi saya dalam mengomentari bahasa orang lain. So, ada beberapa buku yang saya menyesal membacanya. Hanya karena orang lain memberi review bahwa itu buku yang hebat, penuh makna, ditranslate dalam bahasa asing, membawa kita ke masa lalu. Apapun lah.. sekarang saya hanya akan membeli buku yang genre-nya dan penulisnya sesuai keinginan saya saja..
I love books, tapi saat saya tidak yakin dengan isinya, maka saya akan beli bajakannya, sama seperti film. Saat saya tidak yakin, maka saya download saja, kalau yakin, maka saya perrgi cari bioskop (kalau ada uang). Tapi komentar dan yang saya sesali ini jelas tidak disesali orang lain, karena buktinya dua buku ini sangat laris dan ada yang sudah dibuat film. Ini saya sesali karena bukan genre yang biasa saya baca dan saat dibaca ternyata saya nggak paham, menebak-nebak apakah ada sesuatu di balik cerita. Makna terpendam yang tidak bisa dipahami oleh manusia berotak cetek macam saya.

gambar punya www.medium.com

Yang pertama, Dilan 1990. Dengan menulis ini, mungkin saya jadi musuh para pecinta Dilan Milea. Tapi maaf Bang Pidi, ini adalah salah satu yang saya sesali. Mungkin untuk anak jaman sekarang, kalimat-kalimat rayuan Dilan ini bikin termehek-mehek. Apalagi digambarkan Dilan tipe yang cool, berani mati demi Milea, sopan sama orang tua dan yang paling penting.. nggak playboy. Jelas tokoh ini bakal digilai cewek. Dan sebagai anak 90an akhir yang emang cinta banget dengan masa itu, buku ini memang membawa kita ke masa 90an, yang tanpa hp, telfonan gak berfaeedah, atau deketin cewek langsung, bukan lewat chat-chatan di medsos. Yang saya sesali adalah, tiba-tiba buku itu habis begitu saja. Mohon maaf.. maaaafff banget, saya tidak mendapat ilmu apapun dari buku ini. Cuma dapat rayuan Dilan aja. Mungkin karena saya tidak terlalu suka baca novel-novel cinta. Sebenarnya Harry Potter juga bukan cerita berfaedah sih, kan nggak mungkin juga kita belajar sihir, tapi cerita itu membawa saya berimajinasi gila. Entah kenapa saya lebih suka sesuatu yang tidak nyata daripada Dilan yang benar-benar baik dan ada di kehidupan nyata.

gambar punya www.althesia.blogspot.com

Yang kedua adalah Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan. Orang-orang mencintai buku ini. Sudah direview dimana-mana dan bahkan sepertinya sudah diterjemahkan menjadi beberapa bahasa asing. Tapi maaf..maaffff lagi.. Saya harus berjuang membaca buku ini. Bertanya-tanya, apa makna dibalik kevulgaran ini? Apakah cerita ini sedang menggambarkan ibu pertiwi yang sedang diperkosa dengan sukarela oleh negara lain? Bentuk perjuangan lain saya adalah, menyembunyikan buku saat sampai di bagian yang vulgar, karena takut kelihatan orang yang lewat di belakang, yang mana bagian vulgar itu muncul hampir di semua bab. Karena tidak tahan, saya akhirnya membaca beberapa review, mencari tahu makna sebenarnya cerita ini. Dan memang ini kisah tentang karakter masa penjajahan yang berani menggunakan pesonanya untuk menaklukkan lawan dan menjadi dihormati. By pesona, i mean sexually. Memang di masa itu, "comfort women" adalah isu besar di semua negara jajahan Jepang. Berbeda dengan tokoh utama cerita ini yang sangat cantik, dia yang menyerahkan diri pada Jepang. Bukannya saya tidak mau mengingat isu comfort women, tapi saya memang tidak terlalu nyaman membaca sesuatu yang terlalu vulgar. Maaf sekali lagi.
Dan selamat kepada kedua buku atas segala prestasinya. Saya bukanlah penulis profesional, saya hanya orang yang suka berkomentar. Saya yakin ada jutaan orang yang mencintai kisah-kisah ini, dibandingkan saya, satu orang yang menyesal setelah membacanya.

MARATHON SABTU

Ya ampuunn.. udah menjelang 39 tahun bukannya buat sesuatu yang berguna, malah marathon drakor.. haha.. Emang lebih oke nonton review di You...