Senin, 29 Oktober 2018

THE WITCH IN THE WINDOW (2018)

What if the ghosts just stand there unnoticed? What if there's no thrilling scores that lead to an apparition? Hantunya tiba-tiba ada di sana aja.. tanpa basa basi, tanpa musik mencekam tanpa gerakan kamera pelan untuk menunjukkan bahwa dia ada. She's just.. stand.. there..with that face.. 
The Witch in The Window mungkin adalah film yang berani berinovasi dengan kemunculan hantunya. Di semua film hantu, hantu akan muncul dengan diiringi musik mencekam. Tapi tidak dengan film ini. Kalau kalian jeli, kalian akan melihatnya, kalau tidak, maka ini hanya akan menjadi sebuah film keluarga yang membosankan, tentang seorang ayah yang memperbaiki rumah ditemani oleh anak lelakinya.
pic from: IMDB

Simon, seorang ayah yang ingin keluarganya utuh kembali, membeli sebuah rumah indah di pedesaan. Ini karena istrinya mengingnkan tempat tinggal yang damai, jauh dari keramaian. Sayangnya, ternyata rumah indah yang biasa saja itu memiliki sejarah yang cukup mengerikan dimana seorang anak dan ayahnya dibunuh (katanya) oleh ibu/istrinya sendiri (Lydia). Setelah itu Lydia duduk di depan jendela sampai ajal menjemputnya. Other ghosts will want you to leave their house, but this one wants you to stay.. Kata tetangga, semakin rumah itu diperbaiki, maka hantu itu akan semakin kuat. Dan benar juga, semakin Simon memperbaiki rumah, hantu Lydia semakin sering muncul. Si anak - Finn tanpa takut-takut malah berusaha mengambil fotonya dengan hp.
Apa yang diinginkan Lydia dan kenapa dia membunuh keluarrganya tidak pernah terjawab, it's just a good horror.. =)

KUNTILANAK (2018)

Pembaca post Look Away saya lebih banyak daripada Searching.. hehe.. Mungkin orang-orang takut buang waktu karena terjebak oleh poster yang lumayan menarik itu..
Anyway, saat saya balik Jember tahun lalu, kebetulan sedang release film Jailangkung, dengan sutradara yang sama dengan Jelangkung (2001), entah mereka merayakan 17 tahun film itu atau bagaimana.. Jelangkung (2001) was the best, the made up horror characters was great. I mean that evil boy, suster ngesot dan boneka jelangkungnya. Dan nama-nama tempatnya.. So great, setelah itu film-film lain ikutan pake creature berwujud anak kecil atau suster ngesot sebagai pendongkrak kelarisan film mereka. But Jailangkung (2017) menurut saya gagal, gagal ngeri untuk kita yang pernah nonton Jelangkung (2001). Aktor aktris berwajah bule tidak bisa menutupi kekecewaan saya terhadap film ini. Bahkan hantunya yang dalam film itu diceritakan bisa dipanggil dengan Primbon Adammakna (just FYI, ini adalah kitab untuk pedoman hidup orang Jawa dulu, bukan untuk panggil jailangkung), hantunya muka BULE! Panggilnya pake kitab Jawa, yg keluar bule..
So, setelah kekecewaan itu, ternyata mereka membuat Jailangkung 2 (2018), bersama dengan Kuntilanak (2018). Kuntilanak juga sudah perrnah dibuat tahun 2006, bahkan sampai 3 film dengan pemain yang sama - si cantik Julie Estelle. Kuntilanak (2006) sebenarnya biasa saja, tentang folklore makhluk mistis Indonesia yang bernama Kuntilanak yang bisa dipelihara orang untuk membantu menyelesaikan masalah, menghilangkan musuh dengan gampang. Film baru inipun diproduksi oleh Rizal Mantovani.
pic from: IMDB
 
Karena film ini gratis sudah dibajak online, maka, jelekpun saya hanya akan rugi waktu dan kuota. But believe me, this one is good. Even better than the first Kuntilanak. Tapi tergantung kalian sih.. This movie gave me chill.. Ya.. setelah sekian lama nonton film hantu, film ini bikin saya merinding, bukan karena udara dingin. Saya tinggal di Sumbawa yang suhunya lebih ekstrem daripada Jawa. Entah kenapa, saya merinding. Mungkin karena ini film mengingatkan saya pada cerita-cerita masa kecil, dimana dulu orang-orang tua tidak memperbolehkan anaknya main malam-malam karena nanti diculik kuntilanak, disembunyikan di atas pohon..
Menceritakan tentang sekelompok anak yatim piatu berwajah bule (what is it with Rizal dan orang-orang indo bermuka bule?). Ibu asuh anak-anak ini orang kejawen (walopun mukanya bule juga) yang punya cermin kuntilanak seperti yang ada di Kuntilanak (2006). Hanya saja cermin ini sudah retak-retak. Si keponakan ibu ini lantas meminta pacarnya mencarikan cermin pengganti. Kebetulan, si cowok ini baru ambil gambar di sebuah rumah hantu dan menemukan sebuah cermin antik yang persis dengan cermin tantenya. WTF man.. you shouldn't take anything from a haunted house.
Dan tentu saja akhirnya cermin ini membawa kuntilanak di dalamnya yang akhirnya menghantui anak-anak itu, berusaha membawa mereka masuk ke dalam dunianya. Itulah yang menarik dari film ini. Pemain utamanya anak-anak, mereka diteror kuntilanak, tetapi tidak gentar, malah berusaha melawan. Dan salah satu dari mereka ternyata memiliki wangsit untuk mengendalikan kuntilanak.
It's good.. percayalah.. nggak akan bosen.. karena ada unsur komedi, petualangan, drama dan horor.

Minggu, 14 Oktober 2018

LOOK AWAY (2018) - kecelakaan nontonnya

Tadi karena kurang kerjaan (walopun sebenarnya banyak kerjaan), setelah nonton Searching, ada satu film yang agak menarik posternya dan ratingnya juga tinggi 6,8/10. Sayangnya saya lupa lihat rating apa yang mereka cantumkan disana. Berjudul Look Away, diperankan oleh India Eisley dan aktor-aktor lain yang tidak pernah saya kenal. Saat saya lihat trailernya, ini film semacam Carrie, Spiderman 3 atau Venom dan Panggil Namaku 3 Kali.. Tentang seorang remaja yang dibully dan mendapatkan kekuatan dari balik cermin. Tidak terlalu istimewa. Tapi kenapa ratingnya tinggi sekali? Karena penasaran itulah akhirnya saya nonton.

pic from IMDB
Saya lupa untuk cek di IMDB karena akhir-akhir ini web penyedia film itu ratingnya sama dengan IMDB. Dan benar saja, sudah setengah film saya sadar, ini film bakal ga jelas. Ternyata di IMDB hanya 5,8/10.
Anyway, ini menceritakan tentang seorang cewek yang dibully dengan cara 90an, alias secara fisik. Dan lucunya, yang membully adalah cowok, atlit pula. Kalau film jaman 90an, school jocks pasti akan membully cowok lemah, dan ketua cheerleader membully cewek culun. Di film ini, udah atlit, yang dibully cewek kurus. Ini cowok cemen banget yak? So, Maria yang diperankan oleh India Eisley sudah tidak tahan dengan perlakuan temannya. Dia akhirnya memberi izin pada Airam (come on.. Airam? That's Maria..Now we all know that Maria has DID..) untuk keluar membalaskan dendam. Airam ini yang membuat Maria jadi lebih berani dan percaya diri. Dia membalas perlakuan teman-temannya, bahkan membunuh mereka, dan tidak ada keributan karena itu. Tidak ada yang menemukan mayat atlit itu di kamar mandi sekolah, polisi hanya melirik-lirik Maria saat pemakaman temannya. Kenapa Airam jadi membenci orang tuanya? Kenapa dia membunuh semua orang dan kenapa tidak ada keributan di kota dengan mayat-mayat ini? Siapa Airam? Apakah dia saudara kembar Maria yang meninggal duluan? Atau dia hanya kepribadian lain Maria? Apa maksud ayahnya dengan anak cacat? Maria tampak normal, so, apakah Maria bukan anaknya? Bagaimana dengan Sean? Orang tuanya bahkan menelepon hanya karena tahu anaknya bolos di jam pertama sekolah, tidak adakah yang mencarinya? Tidak satupun pertanyaan itu terjawab karena film sudah habis.
India Eisley cantik, sangat cantik.. Sampai kita heran kenapa orang-orang membully cewek secantik itu. Dan too many nudity untuk film yang menceritakan gadis belum 18 tahun. Tapi India memang sudah berusia 25 tahun walaupun mukanya masih 15 tahun, jadi film ini mungkin tidak akan dituntut.

SEARCHING (2018)

Thriller terbaru tahun ini, dibintangi aktor berdarah Korea (John Cho), disutradarai India Amerika (Aneesh Chaganty) dan diproduseri Rusia - kalau nggak salah, karena namanya nama-nama Rusia gitu.. haha.. sok banget saya.. Tapi bersetting di Amerika, tepatnya San Jose California dan mendapat ratting 7,9/10 di IMDB. Yah.. karena sepertinya semua yang berbau Amerika akan mendapat perhatian lebih, walaupun semua kreatornya non-Amerika. 
Berbeda dengan Unsane yang pengambilan gambarnya menggunakan kamera iPhone, film ini dibuat full nampak dari kamera online. Mulai dari kamera hp, cctv, kamera laptop dan kamera PC. Awalnya saya kira ayah dan anak ini tidak tinggal satu rumah karena terus berhubungan online. Ternyata memang ini inovasi baru pembuatan film.. haha..
Anyway, film ini menceritakan sebuah keluarga yang tampaknya baik-baik saja. Sepasang suami istri Asia - David dan Pamela Kim dan seorang anak perempuan - Margot Kim. Di saat sang anak beranjak remaja, sang Ibu - Pamela Kim meninggal karena kanker, sehingga David harus membesarkan Margot sendiri. Suatu hari, tepatnya hari Kamis, Margot pergi belajar kelompok di rumah temannya dan hari Jumat pagi dia tidak pulang dan tidak bisa dihubungi. David mencari Margot di rumah teman-temannya dan tidak mendapatkan jawaban. Hanya saja David menemukan satu fakta baru, yaitu bahwa Margot ternyata tidak memiliki teman di sekolah, dan David tidak mengetahui satupun nomor telepon temannya. Di akhir hari Jumat David bisa menghubungi Isaac, satu teman Margot sejak kecil yang ternyata juga sudah tidak terlalu dekat lagi. Orang tua Isaac mengatakan kalau Margot akan ikut camping bersama anaknya pada hari Jumat. 

pic from: wikipedia
Setelah Isaac pulang, David menemukan bahwa Margot tidak ikut camping. Mulailah kepanikan David melanda. Dia melapor pada polisi dan akhirnya dibantu oleh detektif Rosemary Vick. Det. Vick membantu dengan mencari informasi fisik, sementara David terus mencari informasi online. Mulai teman FB, instagram, twitter, tumbler, dan YouCast (entah apa ini). Dari informasi-informasi itu dia mendapatkan fakta bahwa ternyata dia sendiri tidak benar-benar memahami anaknya. Dia tidak tahu apapun tentang anaknya. Dan dia mendapatkan percakapan aneh antara Margot dengan pamannya - Peter. Apakah Margot terlibat pencucian uang? Atau dia melarikan diri dari rumah? Atau mungkin dia terlibat hubungan terlarang dengan pamannya?
Silahkan nonton sendiri.. karena the twist is too good to be shared as spoilers.. 
Pesan moral dari film ini adalah komunikasi yang baik. Mungkin dalam hati kita merasa hubungan kita baik-baik saja dengan keluarga atau teman. Kita tidak tahu apakah mereka merasakan yang sama..

Jumat, 12 Oktober 2018

MEMORIES OF MURDER (2003)

Film lama yang dapat rating 8,1/10. Sepertinya rating film foreign banyak yang lebih tinggi daripada film holywood. Kalau mau bilang mungkin karena jumlah orang Asia lebih banyak, nggak juga, karena di Youtube, film ini banyak direview oleh Youtubers barat. Film ini dan The Wailing. Karena penasaran, akhirnya nonton juga.
Dibintangi oleh Kang Ho Song sebagai Det. Park Doo Man dan Kim Sang Kyung sebagai Det. Seo Tae Yoon. Masih banyak lagi sih aktornya, tapi intinya ada di dua detektif ini. Cerita bersetting di kota kecil di Korea Selatan tahun 1986, dimana terjadi pembunuhan sadis dan pemerkosaan wanita cantik, Wanita tersebut diikat tangannya dengan bra dan matanya ditutup dengan celana dalam. Dan film ini terinspirasi oleh kasus yang memang pernah terjadi. Dua orang polisi (Park Doo dan Cho Yong) berusaha menyelidiki kasus ini. Sayangnya mereka hanya polisi desa yang tidak terlalu pintar, hanya memiliki insting yang bagus, cara interogasi yang mengerikan dan tanpa teknologi. Setelah ditemukan mayat satu wanita itu, terjadilah pembunuhan-pembunuhan berikutnya.

pict from wikipedia
 
Det. Park dan temannya Det. Cho Yong Koo (Kim Roi Ha) menangkap seorang pemuda idiot (Kwang Ho) yang suka mengikuti gadis-gadis. Mereka berdua menginterogasinya sampai babak belur, memaksa Kwang Ho untuk mengaku walaupun semua orang tahu bukan Kwang Ho pelakunya. Anehnya, Kwang Ho bisa menggambarkan hari pembunuhan itu dengan sangat jelas. Dianggap sebagai pahlawan karena bisa menangkap pembunuh sadis, Det Park dan Det Cho hampir diliput di berbagai media. Sayangnya datanglah Det. Seo dari Seoul yang membuktikan bahwa Kwang Ho tidak bersalah. Gagal dimuat sebagai pahlawan, Det Park dan Cho malah diliput sebagai polisi brutal.
Det Seo digambarkan sebagai sosok cool dan pintar, dia yang menemukan pola pembunuhan berantai itu. Semua bukti membawa pada tersangka yang salah, bahkan saksi-saksi kunci pun mati atau jadi gila.
Bagaimanapun, persaingan antara detektif kota dan detektif desa ini menjadi cerita tersendiri. Yang menarik dari film ini adalah film tidak 100% disetting thriller, ada komedi, kekonyolan dua detektif desa, drama percintaan, drama persahabatan dan tentunya horor. Emosi kita dibuat naik turun dan pasti kesal pada akhir ceritanya. I won't give any spoilers tentang akhir ceritanya. Harus nonton sendiri 131 menit film ini..

MARATHON SABTU

Ya ampuunn.. udah menjelang 39 tahun bukannya buat sesuatu yang berguna, malah marathon drakor.. haha.. Emang lebih oke nonton review di You...