Kamis, 22 Oktober 2020

SOCIAL LIFE

Waktu saya masih remaja dulu, orang tua saya tidak mau melepas saya pergi sekolah ke luar kota. Mungkin karena menurut mereka saya terlalu polos dan pendiam. Berpotensi menjadi bahan bully-an. Tidak suka bergaul seperti ibu dan kakak yang suka bawa banyak teman ke rumah. Teman yang saya bawa ke rumah paling itu-itu aja. Anak-anak KLIWON. Tapi kalo kata Hanson, "You have so many relationships in this life. Only one or two will last. You go through all the pain and strife. Then you turn your back and they're gone so fast..". Alhamdulillah teman-teman yang saya bawa ke rumah itu masih terikat erat sampai sekarang. Sejak zaman SMA tahun 2000. Sudah 20 tahun, ges.. 

So, di mata orang tua saya di masa itu. Tahun 2003. Saya adalah anak cupu. Mereka khawatir kalau di luar sana, saya tidak bisa bicara dengan orang. Kemampuan komunikasi saya nol besar. Bahasa utama saya adalah bahasa Jawa, baru setelah itu bahasa Indonesia. Hahah.. maka berbicara dengan bahasa Indonesia pun saya sebenarnya tidak lancar. Saya tidak pernah mengajukan diri sebagai anggota organisasi apapun atau mengikuti UKM apapun, karena memang tidak suka berkumpul dengan orang banyak dan mendengarkan mereka eyel-eyelan. Bagi kalian yang mungkin kesasar di blog ini, jangan tiru saya. Kehidupan saya di masa itu flat sekali. Saya juga tidak pernah punya pacar atau bawa teman cowok ke rumah. Ikut ekskul Pramuka saja waktu itu tidak boleh, karena ekskul itu suka menjelajah tempat-tempat berbahaya. Paling jauh saya maen ke bioskop bareng anak KLIWON atau cobain cafe-cafe baru yang waktu itu sedang booming di kota kecil saya. Dengan maen ke cafe tidak membuat saya merasa jadi anak gaul. Because I didn't hang out with "cool people".. You know lah.. orang-orang keren pada masanya. Anak band, anak basket, anak orang kaya.. haha.. KLIWON adalah satu-satunya pergaulan saya. They are my "cool people"

I don't regret any of that

Saya bahagia berkumpul dengan teman-teman yang setia sampai sekarang

Lulus kuliah, sekitar 1 tahun saya tidak berhasil mendapatkan "pekerjaan", karena yah mungkin kemampuan komunikasi saya dan muka flat saya yang beberapa kali dikomentari oleh HRD seperti tidak bersemangat. Tetapi kemudian dosen mengajak saya bekerja untuk sebuah proyek. Dan saya merasa sangat bersalah karena setelah satu tahun, tiba-tiba saya pergi kerja di tempat lain tanpa pamitan. Bodoh sekali. Ya.. memang kemampuan komunikasi dan etika saya jelek sekali.

Kerja kantoran membuat saya bertemu lebih banyak orang dari seluruh Indonesia. Sekali lagi, orang tua saya masih tidak percaya kalau saya bakal bisa bergaul dan berkomunikasi dengan manusia. hahah.. Anyway, saya tidak bertahan lama di kantor itu. Karena sekali lagi, saya tidak tahan persaingan. Orang-orang yang sudah terlanjur saya suka, dan tiba-tiba kami harus bersaing. I'm out, guys..

Let's say.. I'm an introvert.. I don't like being around too many people, but when I have to, I will try my best to fit in. 

Setelah berkumpul orang, saya selalu merasa lelah dan jarang mau diajak berkumpul banyak orang. Mungkin karena itu orang tua saya khawatir. Mereka khawatir muka flat saya membuat orang tidak nyaman dan menyakiti hati saya. 

Anyway.. Sekarang saya sudah 35 tahun. Saya sudah bertemu banyak orang. Saya tidak yakin semua orang yang saya temui menyukai saya. But I've tried my best. It's up to them to decide whether to like me or not.

I'm so proud of my braveness to travel to some extreme places. Maaf jadi agak sombong. haha.. Saya memang bukan Nadine Chandrawinata yang sudah sampai ke puncak Himalaya. But hey.. gak semua orang pernah merasakan apa yang saya rasakan. Bahkan seorang cowok tidak jadi melanjutkan proses perjodohan dengan saya karena saya cerita pernah kesana kemari. Keluarga calon suami dulu juga heran saat mendengar saya sudah pernah ke tempat-tempat itu. Mereka tidak percaya kalau saya berani pergi dengan orang asing, melalui ombak besar, atau naik ke gunung perawan untuk lihat air terjun. For some people, my life is too extreme. Saya juga tidak menyangka saya berani. That's why I'm so proud of my own braveness.. 

Kemarin saya ikut Hazard Material Training di National Yunlin University of Science and Technology, berkumpul dengan orang-orang dari Indonesia, Taiwan, Thailand, Vietnam, Pakistan, India dan Philippine. Di situ saya juga tidak percaya kalau saya bisa bergaul dengan orang-orang ini. But hey.. I made it. Saya kirim foto-foto saat berkegiatan dengan orang-orang itu ke orang tua di rumah. Supaya mereka tidak khawatir lagi apakah anaknya bisa bergaul berkumpul dengan orang lain yang tidak pernah ditemui sebelumnya. Hehe..

Saya berbagi cerita ini karena memang entah kenapa saya tiba-tiba sadar bahwa Tuhan ternyata memberikan keberanian. Keberanian dan kemampuan untuk melangkah, untuk berbicara, untuk mengenal orang lain. Saya sangat bersyukur untuk itu. Banyak teman yang tiba-tiba mengatakan kalau mereka juga menginginkan jadi seperti saya. Pergi kesana kemari dan bertemu banyak orang baru, bukan tinggal di rumah mengurus anak. Hey guys, it's always greener on the other side. Your life is your own adventure. Membesarkan manusia adalah pekerjaan yang jauh lebih berat daripada sekolah tingkat apapun. Saya mungkin berani pergi ke tempat baru dan extreme, tapi saya mungkin tidak akan pernah berani untuk memiliki tanggung jawab membesarkan seorang manusia.

Jumat, 25 September 2020

SPREE (2020)

Is social media really that fake? Apakah media sosial sepalsu itu? You can call me naive, but when I have social media account (once upon a time), I put all the truly me. I mean not all.. I only put good photos, without any filter, because there wasn't any filter app back then. I mean.. I never put my sad photos, or when I'm angry, or when I feel disappointed. So.. OK.. Yah.. I was faking it, to make it looked like I'm a happy traveler, a happy single woman who spent her weekend by enjoying nature. 
This movie kinda show you that. The fake life of social media. How fake people are and how toxic a social media could be..
Ada yang bilang, kalau kalian ingin tahu tentang seseorang, maka kalian cek sosial medianya. Dan saya juga pernah dengar bahwa ada HRD yang memang sengaja cek sosial media pelamar kerja, sebagai referensi. Itu cuma saya dengar-dengar saja. Kebenarannya, entahlah.. Kenapa orang ini suka sekali pasang foto saat dia ibadah? Kenapa dia tidak pernah pasang foto mukanya? Kenapa yang itu suka posting makanan? Kenapa dalam sehari dia bisa buat story sebanyak itu? People really do think about their social media a lot. Terutama untuk mendapat millions followers yang beneran mendatangkan duit. Was it the attention, the message or the money? What's your concern? Do you want to get the attention? or do you want to spread the good message? Or maybe it's all about the money?
Anyway, back to Spree (2020).. 


pic from: https://www.imdb.com/title/tt11394332/

Honestly, saya sedang tergila-gila nonton Stranger Things. Serial yang booming sekitar empat tahun lalu. Hehe.. Aktor aktrisnya juga sudah pada gede-gede sekarang. I found this interesting character, Steve Harrington a.k.a. King Steve.. School jock, the popular boy who date the smart girl. Cowok yang awalnya menyebalkan, bahkan saya pikir dia akan berbuat seperti Justin Foley dalam 13 Reasons Why. Tapi ternyata dia cowok baik-baik, bahkan dia berteman dengan anak-anak aneh itu. And I guess we all love Steve Harrington. He's such a good mom.. Anyway, karakter Steve diperankan oleh Joe Keery, dan ternyata setelah saya GOOGLE, dia juga maen di film berjudul "SPREE" yang trailernya sudah direkom di beranda Youtube saya sejak bulan lalu. Dan karena beberapa reviewer bilang film ini lumayan. Walopun di IMDB cuma dapat rating 5.9/10, I give it a try. 
Kurt Kunkle, dengan akun sosial media @kurtsworld96 adalah driver aplikasi layanan antar atau layanan tebengan bernama Spree. Kurt terobsesi untuk menjadi influencer viral. Film ini dibuat seperti Searching (2018) atau Host (2020), dimana sepanjang film menggunakan sudut pandang kamera-kamera para pemain dan CCTV.  Hebatnya, dari kamera seperti itu, penonton bisa melihat orang seperti apa Kurt. Keluarganya berantakan, dan walaupun cute, dilihat dari postingan sosial medianya, dia tidak punya teman. satu-satunya teman Kurt adalah Bobby. Kurt dulu adalah babysitter Bobby, dan Bobby sekarang adalah influencer yang cukup viral. Bisa dilihat bahwa Bobby tidak terlalu suka pada Kurt. So yah.. Kurt is a miserable teenager. Dengan keluarga yang tidak jelas, dan teman yang tidak menginginkannya. Dia butuh perhatian. Dan setelah sekian lama mencoba menjadi viral, dia tidak berhasil. Maka pada hari itu, dia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. #thelesson
Kurt tetap berkeliling sebagai Spree driver, dia menyediakan air mineral yang sudah diberi racun untuk membunuh penumpang-penumpangnya. But, some people think that it was lame.. Metode air itu tidak menambah sedikitpun viewersnya. Kurt mulai berimprovisasi sampai akhirnya menjadi viral. Anyway, that's not the point. 
Di balik pembunuhan-pembunuhan itu.. Betapa pun psycho-nya si Kurt, kita bisa melihat bahwa dia punya alasan untuk membunuh. Bagaimana dengan mereka yang menonton dan menyemangati Kurt? Bukankah berarti mereka lebih psycho? 
Dan orang-orang yang nampak menyenangkan di medsos, orang-orang yang punya banyak followers, mereka semua jutek saat benar-benar ditemui. Not friendly at all. Bahkan terkesan memandang rendah orang lain. For the first time in my life, I want the psycho killer wins..
Se-toxic itukah medsos? Social media makes you think too much about the comments. Comments from people you don't even know. Sosial media membuat kita memikirkan komen orang lain. Orang-orang yang bahkan tidak pernah kita temui atau lihat mukanya. Foto yang mereka jadikan profil pun belum tentu foto mereka sendiri. Kita berubah jadi orang yang mengikuti apa kata orang lain. Dan ini yang membuat orang-orang berlomba-lomba membuat konten, mulai yang religius sampe yang sensasional, asal dapat viewers.  

Sabtu, 12 September 2020

I'M THINKING OF ENDING THINGS (2020)

 Ya, that's also comes in my mind like.. almost everyday..

Anyway, kembali lagi ke film.. haha.. I'm Thinking of Ending Things. Sebuah horor thriller metafora yang sebenarnya tidak pernah saya dengar gadang-gadangnya. Atau saya yang kurang gaul sekarang? Itu yang lebih mungkin. Hehe.. Baru dengar tentang film ini setelah direview bagus oleh Cine Crib dan ternyata ratingnya bagus di IMDB, sekitar 6,9-7/10, berubah beberapa kali saat dibuka.

Berdasarkan novel karya Iain Reid, Charlie Kaufman menyutradarai film ini. Tony Collette dan David Thewilis adalah dua aktor yang familiar di mata saya. Sedangkan Jesie Buckley dan Jesse Plemons, saya belum pernah nonton film-film mereka. Ini adalah film semacam Bleak Night (South Korea, 2011). Kita tidak akan mengantuk sepanjang film walaupun kurang paham maksudnya dan bertanya-tanya sampai akhir apa yang sebenarnya terjadi. Dan setelah menyadari apa maksud film itu, it will leave you dumbfounded. Itu yang saya rasakan, membuat saya terdiam seharian. Film ini menyodok hati saya sangat dalam, dan saya tidak yakin bisa mengungkapkan bagaimana dalamnya di tulisan ini. Saran saya, tonton saja. Bahkan tanpa membaca review dari saya. 

 pic from: https://financerewind.com/entertainment/netflixs-im-thinking-of-ending-things-what-characters-are-being-played-by-which-actors-when-will-it-air/

Seorang wanita diajak pacarnya - Jake, pergi mengunjungi orang tua si cowok di pedesaan. Film diawali dengan monolog dari wanita ini - Lucy. Lucy baru sekitar sebulan berkencan dengan Jake, dan ini adalah pertemuan pertama dengan orang tuanya. Antara nervous dan excited, dia mengenakan setelan berwarna cerah, menyambut Jake yang datang dari ujung jalan. Ada lelaki tua yang mengawasi mereka dari balik jendela, menggumamkan kalimat-kalimat tidak jelas. Mereka pun berangkat, road trip.

Seringkali Lucy hilang dalam pikirannya, tentang segala hal. Tentang bagaimana kehidupannya bersama Jake. Bagaimana Jake adalah laki-laki baik, pintar dan bertanggung jawab, tetapi dia ingin mengakhiri semuanya. Entah kenapa. Selama sekitar 20 menit pertama, kita disuguhi percakapan antara Jake dan Lucy di dalam mobil. Bahkan tidak ada pemandangan di luar mobil selain salju turun. Mereka mengomentari buku, film, musik, aktor. Lucy bahkan me-recite karyanya yang belum dipublikasikan, "Bonedog" dengan sangat indah. Beberapa kali telepon Lucy berdering, dan tampak nama "Lucy" di layar hp-nya. Kalau belum pernah membaca novelnya, maka di titik ini kita akan mulai bertanya-tanya, siapakah Lucy ini? Kenapa dia menggantikan "Lucy"? Dan apabila wanita dalam mobil itu bukan Lucy, kenapa Jake tidak menyadarinya?

Sampailah mereka berdua di rumah orang tua Jake. Walaupun ibu Jake sudah menyapa dengan ramah dari jendela lantai dua, Jake tidak ingin segera masuk ke dalam rumah. Malah mengajak Lucy ke peternakan milik keluarganya. Bahkan setelah masuk ke rumah, orang tua Jake tidak segera menemui mereka. Lamaaa sekali. Lucy melihat sekeliling rumah dan menemukan foto masa kecilnya dipajang di dinding rumah Jake bersama foto keluarga. Bagaimana bisa?

Ayah dan Ibu Jake akhirnya menemui mereka. Jake nampak tidak nyaman Lucy bertemu dengan kedua orang tuanya. Walaupun ayah dan ibu Jake nampak aneh, tetapi percakapan mereka dengan Lucy tidak awkward sama sekali. Ayah dan ibunya sangat bangga terhadap Jake yang diceritakan adalah seorang fisikawan sukses. Mereka juga senang Jake bersama Lucy, karena Lucy adalah seorang seniman cerdas. Setelah itu banyak hal aneh terjadi. Waktu seolah bukan sesuatu yang pasti. Orang tua Jake kadang nampak muda, kadang tua. Lucy juga masih berkali-kali ditelepon oleh "Lucy". Profesinya juga berubah-ubah. Dan Lucy menemukan buku karyanya, "Bonedog" di kamar Jake. Bagaimana bisa?

Ada satu tempat di rumah itu yang sangat dibenci Jake. Ruang bawah tanah. Saat ibu Jake yang nampak muda meminta Lucy untuk mencuci sehelai pakaian, mau tidak mau Lucy turun ke ruang bawah tanah itu. Jake marah, memintanya segera naik. Di tempat cuci itu Lucy menemukan banyak sekali seragam kerja. Entah milik siapa. 

Dan setelah berkali-kali memaksa Jake untuk pulang, akhirnya mereka pulang. Dan sekali lagi, kita akan disuguhi percakapan-percakapan panjang dalam mobil di tengah salju. Scene-scene semakin aneh. Dimana mereka mampir di kedai es krim pinggir jalan yang pegawainya juga aneh-aneh. Lalu mereka mampir ke sekolah Jake dulu, lalu Jake menghilang di sana. Sederetan adegan Jake dan Lucy ini diselingi-selingi scene lelaki tua yang mengintip mereka di awal film. Lelaki tua penjaga sekolah yang pada akhir film dia mengakhiri hidupnya sendiri.

Sampai akhir tidak diceritakan siapa Lucy, "Lucy" atau "Louisa". Kenapa orang tua, rumah, kedai es krim dan sekolah Jake nampak begitu magic. Saat lelaki tua penjaga sekolah itu meninggal, berakhirlah film.

Ini adalah sebuah penggambaran dari.. mm.. kalau kalian pernah dengar sebuah quote, "banyak orang meninggal di usia sangat tua, tetapi beberapa dari mereka sebenarnya sudah meninggal jauh sebelum itu". Tentang matinya mimpi dan ambisi di usia muda yang akan menyiksa seumur hidup.

So, I feel the need to edit this post.. hehe.. karena saya baru baca novelnya. Buat kalian yang belum nonton dan tertarik dengan dunia psikologi, mental illness, dan semacamnya, mungkin baca novelnya bisa mempermudah pemahaman terhadap film ini. Karena walaupun diambil dari novel berjudul sama, tetapi Charlie Kaufman sang sutradara sendiri yang menulis naskah filmnya, sehingga walaupun konteks filmnya sama, tetapi agak berbeda secara detail. Mungkin karena dalam film semua harus divisualisasikan, sedangkan dalam novel, segala sesuatu tergantung pada imajinasi dan pemikiran pembaca. SPOILER ALERT!! Inti cerita sebenarnya ada pada Jake yang tiba-tiba mengalami mental breakdown yang tidak disembuhkan, tidak dijelaskan kenapa dan bagaimana. Depresi berkepanjangan ini yang membuatnya menunda, membatalkan, membiarkan, meninggalkan segala sesuatu dalam hidupnya, hidup sendiri dan menciptakan karakter-karakter lain dalam kepalanya. Yah, setelah baca novelnya akhirnya saya paham dan semakin dumbfounded. Profesi Lucy atau Louisa berubah-ubah karena di kehidupan nyata, Jake tidak sempat mengenalnya lebih jauh. Mereka pernah bertemu di sebuah acara dan Jake menyukainya tetapi tidak berusaha untuk berbicara pada wanita itu.

Haha.. I mean, I feel like, this Jake person could be me! Saya yang kadang kurang nyaman berkomunikasi atau bertemu orang. Dari novel ini saya jadi tahu, kebiasaan seperti itu ternyata berakibat buruk kalau dibiarkan berlarut-larut.   

Kamis, 10 September 2020

TENTANG COMING OUT

Baru-baru ini saya lihat di berita, Oscar Lawalata menyatakan diri sebagai transgender. Berbeda dengan banyak orang lain di dunia ini, Oscar baru menyatakan diri di usianya yang sudah matang. Yang berarti proses menuju ke sana pastilah sangat sulit. Walaupun yah bisa kita lihat Reggy Lawalata dan Mario Lawalata selama ini sangat suportif pada Oscar. Tapi.. mungkin memang buanyak pertimbangan yang harus dihitung-hitung lagi.  Dan di usia segitu, saya yakin Oscar sudah benar-benar matang memikirkan segala macam konsekuensi untuk keputusannya. Ini bukan masalah ganti mata kuliah yang beberapa minggu lagi bisa dibatalin, gaes.. 

Anyway, sepertinya sudah sering saya utarakan pendapat saya tentang LGBT. I know, my religion against it. And so does other religion. Karena agama saya juga berasal mula dari agama yang lain, maka seharusnya isinya sama. Dan saya tahu bahwa seharusnya, apabila saya religius dan mau masuk surga, maka saya harus bertindak seperti yang tertulis dalam agama saya. Bukannya mau murtad atau membangkang, tapi menurut perasaan saya, saya mendukung orang yang ingin bahagia. Apapun yang membuat orang bahagia. Kita mau jadi atheis, mau ikutan cult, mau bungee jumping dari burj khalifa, mau buat video mesum, mau mendonasikan seluruh harta untuk anak yatim. Terserah. Selama itu benar-benar membuatmu bahagia. Bukan sekedar untuk dapat likes. Tapi kalau dengan mendapat likes kalian jadi bahagia, maka lanjutkanlah. Intinya, setiap manusia diciptakan berbeda. Kita tidak bisa tahu apa yang dirasakan orang. Itu pribadi masing-masing, tanggung jawab masing-masing. 

Apakah kita tidak wajib mengingatkan? Ada yang bilang bahwa, the worst thing you can do about a situation is nothing. Itu sebuah quote. The thing is..  I love to see people happy.

I'm not against it, tetapi tidak lantas saya suruh orang lain jadi LGBT juga. Do anything you want, anything that pleased you. As long as you are happy. Mungkin karena saya pernah berada di situasi serupa. Orang tua saya membesarkan saya sebagai wanita. Tapi tubuh saya nampak seperti laki-laki. Saat saya tidak memakai seragam sekolah, bahkan saat rambut saya sepunggung, orang masih mengira saya laki-laki. Karena saya suka memakai baju ayah atau kakak. Ditambah lagi saya tidak segera menikah, bahkan tidak punya cowok. Seperti tertulis di jidat saya bahwa saya lesbian. Just FYI, itu bukan perasaan saya saja. Karena memang ada yang berpendapat demikian. True story. You see.. saya tidak mengalami pertarungan batin seperti para transgender dimana mereka merasa berada dalam tubuh yang salah. But I know how it felt like, saat orang asing menganggapmu sebagai gender yang berbeda. Was I not pretty enough? Was I different than any other girl? Apakah saya tidak pantas dicintai? Maka bayangkan perasaan itu, ditambah dengan perasaan berada dalam tubuh yang salah. Berbeda dengan cewek maskulin, cowok yang feminin biasanya mendapat bully-an lebih keras. In their whole life. 

43 tahun. Bayangkan, 43 tahun Oscar menghadapi itu semua. Tapi dia sukses menjadi designer top kebanggaan Indonesia. Bukan pengejar likes atau pengejar popularitas dunia maya. Dia sukses menjadi dirinya sendiri. 

Saat pertama kali masuk kampus ini, kami tiba-tiba diundang ke sebuah kelas edukasi LGBT, karena ini adalah negara yang melegalkan LGBT. Pengajar adalah seorang pengacara kaum LGBT. Dia menyatakan bahwa kita tidak boleh mengkotak-kotakkan orang hanya laki-laki dan perempuan. Bahwa selama ini gender itu ditentukan sejak lahir oleh orang tua kita, sementara kita tidak diberi kesempatan untuk memilih sendiri mau bergender apa. Kenapa laki-laki tidak boleh masuk toilet wanita atau sebaliknya? Maka selama di negara ini kita tidak boleh menertawakan apabila ada laki-laki atau perempuan yang kesasar masuk toilet. It's an all gender toilet.

Ini yang belum bisa saya terima. Why? Bukannya saya tegakan mereka dibully saat masuk toilet yang "salah". Bukan juga karena mungkin saya akan risih berada di toilet cowok karena kadang ada mereka  yang jorok. Emangnya cowok juga gak bakal risih masuk toilet cewek? Emang cowok-cowok siap kalo tiba-tiba masuk toilet all gender terus liat ada pembalut kotor? 

Dan pawai LGBT. LGBT parade. Why? Why? Kenapa mereka pakai kostum seperti itu? Bukankah dengan kostum seperti itu mereka semakin ingin dianggap sebagai badut? You guys want people to think that you are clowns? We.. human, we use normal dress. If you are dying to show that much of your skin or body parts, then you probably not any of the LGBT. You might be an exhibisionist.

Minggu, 12 Juli 2020

A MUSE - EUNGYO (2012)

Mana fans Kim Go Eun?? Ini adalah film debut Kim Go Eun tahun 2012. Jujur, saya kaget berat setelah nonton film ini, apalagi dengan muka Kim Go Eun yang super innocent. Walaupun saat itu dia sudah berusia sekitar 21 tahun, tetapi mukanya super cute. Kalau di Indonesia, satu peran seperti itu bakal diingat seumur hidup jadi bom sex macam aktris-aktris tahun 80an. Tapi beda juga konteks filmnya sih.. Film ini memang indah, bukan film erotis yang terfokus pada adegan-adegan 18++. Mendapat rating 6.7/10 di IMDB, yang berarti yaa.. lumayan lah, hampir 7.
Mohon maaf karena saya jadi sering bahas film yang ada adegan nudity dan sex scenes. Setelah Daniel isn't Real, Madeo, lalu The Treacherous dan sekarang ini. Pertama, karena saya suka pemainnya, kedua, direkomendasikan teman dan kalau ditanya kenapa gak berhenti nonton padahal tahu ada adegan "porno"nya? Saya dengan yakin akan menjawab, karena ceritanya sangat bagus.

Pic from: https://www.imdb.com/title/tt2390253/

Menceritakan tentang seorang penulis senior Lee Juk Yo (diperankan Park Hae Il) yang sudah mulai kehilangan semangat hidup. Bergelimang ketenaran dan harta sebagai penulis legendaris membuatnya semakin jauh dari dunia. Dia suka menyendiri di rumah, diurus oleh muridnya - Seo Ji Woo (diperankan Kim Moo Yeol) yang baru memulai debut sebagai penulis. Entah bagaimana, suatu hari, sepulang dari jalan-jalan, ada seorang remaja cantik tertidur di kursi teras rumahnya. Dialah Eun Gyo (Kim Go Eun). Lucu juga sih bertemunya orang-orang ini. Eun Gyo ini jadi seperti kucing nyasar tidur di rumah orang. Kucing cantik yang bikin empunya rumah jatuh cinta. Lee Juk Yo kaget melihat ada orang asing tiba-tiba tidur di terasnya. Lebih kaget lagi karena orang itu berwujud gadis muda dengan kulit putih mulus cantik.
Eun Gyo melamar kerja part time di rumah itu, selain Seo Ji Woo sudah mulai sibuk tour buku, Eun Gyo juga suka pada puisi. Dan Juk Yo lebih percaya bahwa Eun Gyo lebih mengerti karyanya daripada muridnya sendiri.
Dengan sikapnya yang terbuka, lugu dan semangat menggebu, Eun Gyo berhasil membangkitkan semangat hidup Juk Yo. Hal ini bahkan sampai membuat Seo Ji Woo cemburu. Karena selama ini, setelah Ji Woo "mbabu" di rumah itu pun. Juk Yo tidak pernah sedekat dan seterbuka itu dengannya.
Seo Ji Woo adalah lulusan Fakultas Teknik yang berguru pada Juk Yo. Dia tidak terlalu berbakat menjadi penulis dan melihat dunia hanya sebagai hitam dan putih, tidak ada sisi sentimentil atau simpati berlebih dalam dirinya. Tapi demi nama baik Juk Yo, Seo Ji Woo diizinkan menerbitkan karya Juk Yo sebagai buku pertamanya. Buku itu laris sampai berkali-kali cetak ulang. Walaupun Ji Woo sendiri menganggap buku itu tidak lebih dari novel komersil erotis.
Saya sebenarnya bingung dengan tujuan Eun Gyo. Dengan sengaja dia datang ke rumah itu malam-malam dalam keadaan berseragam putih basah kuyup yang semakin menunjukkan lekuk indah tubuhnya. Dengan sengaja dia ke penjahit untuk mengecilkan baju. Dengan sengaja dia masuk ke dalam selimut Juk Yo di tengah malam. Apakah dia memang menyukai Pak Lee Juk Yo atau itu hanya bagian dari keluguan anak 17 tahun? Entahlah.. Yang jelas, karena sikapnya itu, Juk Yo semakin menggila, perasaannya berbunga bunga, jiwa mudanya seolah merayap kembali muncul ke permukaan. Sehingga dia menulis sebuah cerita pendek yang sangat indah tentang Eun Gyo, berjudul "Eun Gyo". Naskah cerpen itu disembunyikannya dalam laci meja tua yang sudah tidak pernah dibuka. Mungkin karena dia malu kalau sampai Ji Woo membacanya.
SPOILER ALERT!!
Karena ini film juga sudah 8 tahun lalu, sepertinya tidak apa kalau diceritakan semua. Tapi stoplah membaca kalau mau tonton sendiri.
Secara tidak sengaja, Ji Woo menemukan naskah cerpen itu. Dan karena sudah terlalu lama tidak menerbitkan karya baru setelah debutnya, dia memutuskan untuk mencuri naskah itu dan mengirimnya ke sebuah majalah sastra atas namanya, bukan atas nama Lee Juk Yo. Tidak disangka, cerpen itu membawa Ji Woo memenangkan penghargaan sastra tahunan. Juk Yo marah besar, tapi dengan entengnya Ji Woo mengatakan, tidak mungkin cerpen itu diterbitkan atas nama Juk Yo karena akan menjadi skandal yang mungkin menghancurkan namanya sebagai penulis legendaris. Ji Woo tidak paham kalau cerpen itu bernilai lebih dari sekedar penghargaan.
Eungyo membaca cerpen itu, dia tidak menyangka kalau orang sedingin Ji Woo memandangnya sebagai makhluk yang begitu indah. Karena itu, dengan lugunya dia menyerahkan diri pada Ji Woo, dan kejadian ini dilihat langsung oleh Lee Juk Yo. Bayangkan hancurnya perasaan Lee Juk Yo.. Tulisannya dicuri begitu juga dengan subjek karyanya. Dia sangat marah dan berniat mencelakai Seo Ji Woo. Hanya saja, niatnya itu tidak berjalan mulus, tetapi Ji Woo celaka oleh kecerobohannya sendiri. Lee Juk Yo tetap merasa itu adalah ulahnya sehingga dia merasa bersalah dan mengurung diri setelah mengirim pesan pada Eun Gyo.

Senin, 06 Juli 2020

FANs - FANATIC

Kalau kata Pandji Pragiwaksono dalam salah satu stand up-nya,

"Fans are demanding, friends are understanding"

Saya suka materi-materi stand up Pandji, walopun cuma nonton di Youtube, Haha.. dan walopun pada akhirnya kadang dia jadi ngomongin yang 17++ tapi ada aja pesan mendalam yang dia sampaikan ke penonton. Yang saya tonton kemarin memang acara stand up yang sudah lama. Tapi memang materi-materinya visioner. Misal, yang temanya "Indonesia Bangsa Pencitraan", dari situ saya baru tahu istilah pencitraan ternyata sudah lama ada di Indonesia. hehe..
Dan quote yang saya besarkan dan garis bawahi di atas sepertinya cocok sekali dengan keadaan para fanatic jaman sekarang. Seperti kita semua dengar dan baca di sosmed, beberapa waktu lalu netijen Indonesia bikin masalah dengan seorang artis TikTok Philippines, yang mana dari masalah itu jadi kemana-mana, bahkan sampai bawa-bawa nama BTS yang segede itu. Kekuatan dunia maya, gaes.. Sampe nama boyband besar kebawa gara-gara ada cewek cemburu karena cowoknya suka nontonin si artis TikTok Philippines.
Kasus kedua, lagi-lagi netijen Indonesia menyerbu akun medsos seorang aktris Korea karena sakit hati nonton perannya sebagai perebut suami orang. Saya gak nonton drakor itu. Tapi katanya ratingnya tertinggi sepanjang masa. Memang orang suka nonton orang menderita kali ya? Entahlah.. 
Ada juga serangan netijen Indonesia di akun Park Joo Hyun, pemeran Bae Gyu Ri di serial Extracurricular. Sebelum di serial itu, Joo Hyun sempat muncul di serial A Piece of Your Mind, jadi istri Kang In Wook (Kim Seong Gyu). Si mbak Joo Hyun ini hobi foto bareng lawan main di filmnya. Bisa dilihat sendiri di akun IG-nya. Dan di beberapa postingan, dia foto mesra bareng Seong Gyu, dan kebetulan nih dua orang menurut saya chemistrynya ada.. Beda dengan foto-foto Joo Hyun dengan aktor lain. haha.. Jadi kaya beneran istrinya. Diseranglah pula itu postingan. Memang tidak seheboh yang pelakor sih.. cuma nyaris aja. Untung gak ditanggapi.
Dan yang baru-baru ini mbak Via Vallen yang mobilnya dibakar orang gak dikenal. Mana orang itu bawa-bawa jenglot dan jimat pula. Mau apaaa?? Ngeri sekali..
Seperti dibilang Pandji, fans are demanding. Saya dulu juga begitu pas masih muda. Fans banget sama boyband 5ive dari UK. Kalo ditanya kenapa, ya jelas karena ganteng-ganteng. Alasan kedua, karena lagunya sesuai selera saya.

Pic from: https://heatworld.com/entertainment/music/five-boy-band-where-now/

Di masa itu, ngefans adalah hal yang susah. Mau dengar lagunya harus tunggu diputar di radio. Atau nabung buat beli kaset, atau tunggu dibelikan teman pas ulang tahun. Mau koleksi gambar mesti tunggu diulas majalah. Sekarang sih mau donlod semua videonya juga bisa. Hehe.. Saya akui, di masa itu saya juga demanding. Berharapnya mereka ini anak-anak baik yang hidupnya baik-baik dan lurus-lurus saja. Dan betapa sakit hatinya saat tidak sengaja baca majalah luar yang menceritakan perjalanan konser mereka di Australia. Ada party-party, kissing-kissing, segala macam lah.. Sakit hatiii banget. Tapi kalau masa itu kan gak ada tempat untuk menumpahkan kekecewaan ya? Internet saya belum kenal, Friendster belum ada, kalaupun ada, artis-artis jaman itu gak mungkin pakai nama asli, mIRC? Palsu semua.. Mau kirim surat, mahal.. hahah.. Jadi ya udahlah disimpen saja sampai akhirnya mereka bubar, dan itu adalah sakit hati terdalam. Dimana saya baru kenal internet, dan tiba-tiba mereka bubar, dan official website-nya tiba-tiba tutup. Lalu 10 tahun kemudian, muncullah acara yang menceritakan kenapa mereka bubar. Mereka dimana dan jadi apa. Jadi manusia biasa, gaes.. Kaga jadi miliuner juga. Kali dia jadi tetangga temen saya yang berumah tangga di Inggris sana.
Pertama, orang-orang yang kita suka ini adalah manusia biasa. Mereka punya keinginan, punya nafsu, punya kebiasaan yang mungkin berbeda dengan kita. Mereka mungkin berwajah seindah malaikat, tetapi mereka bukan malaikat. Begitu juga dengan kita. Kita bukan Tuhan, kita tidak bisa mengatur hidup mereka. Beberapa saat lalu saya join Twitter juga karena ngefans dengan Kim Seong Gyu, pemeran Yeong Shin di serial Netflix - Kingdom. Dari situ saya lihat, fans are crazy. Mungkin sama seperti saya dulu, tapi karena sekarang ada media untuk menumpahkan isi hati, jadinya semua bisa dibaca dan dilihat orang. Fantasi fans itu gila dan mengerikan. Fantasi mulai dari kehidupan sehari-hari misal aktor ini kira-kira makan apa, pakai baju apa, minum alkohol merk apa, mendengarkan lagu apa, nonton film apa, bahkan sampai fantasi seksual. WOW.. Kenapa saya kaget dengan ini? Karena saya tidak pernah membayangkan fans akan berfantasi tentang itu semua. Saat ngefans berat dengan 5ive, saya hanya membayangkan ketemu, nonton konsernya dari dekat, bawain mereka kenang-kenangan, minta foto, minta tanda tangan, udah.. 
Bagaimana kalau aktor favoritmu tidak berlaku seperti yang kamu inginkan? Bagaimana kalau dia ternyata tidak suka kimchi? Bagaimana kalau dia suka minum susu kambing? Kalau dia tidak suka kucing? Bagaimana kalau ternyata dia merokok? Tukang nyimeng? Suka makan daging kelelawar? Gay? Atheis? Illuminati? Atau mungkin pemrakarsa NTH room? Kita tidak ada tangan untuk mengatur hidup mereka. 
Ada agen-agen yang mungkin.. Ini hanya mungkin ya? Hanya sebatas hipotesa. Ada agen artis yang memang "mendandani" akun artisnya. Membuatnya seolah adalah seorang yang menarik, baik-baik dan cute. Saya tidak bilang ini hal yang buruk, karena mungkin tujuannya juga untuk promosi si aktor atau aktris. Hanya saja, fans yang "gila" akan semakin menuntut aktor atau aktris idolanya bertingkah seperti yang ada dalam akun itu. Dia harus senyum setiap saat, harus berwajah mulus setiap saat, orang yang hanya diam di rumah saat tidak ada kerjaan dan sadar setiap saat. Sekali lagi, kita semua hanya manusia biasa, kita punya nafsu, sifat dan kebiasaan yang mungkin berbeda. Kalaupun mereka ternyata jadi pemrakarsa kegiatan-kegiatan yang menurut kita buruk, maka kita mau apa? Mau serang akun IGnya? Mau lempar mobilnya pakai molotov? Kehidupan mereka dan kehidupan kita itu, TIDAK ADA KONEKSINYA. Kalau sampai kita bertindak kriminal demi mereka, maka bertobatlah.. hehe..
Kalian serius pengen nikah sama Lee Min Ho? Atau Kim Soo Hyun? Atau Gong Yoo? Kalian pengen seperti fans Rich Brian yang tiba-tiba dipacarin?
Semakin dewasa, suatu saat nanti, seperti saya, akhirnya kalian akan menyadari bahwa itu semua tidak menarik lagi, dan lucu.. Lucu kalau tidak sampai ekstrem seperti bakar mobil orang ya? Sampai setua ini saya juga masih suka fangirling kok.. Tapi marilah menjadi fans yang beradab. Kalau ingin diperhatikan oleh mereka, mari membuat karya yang menarik. OKAAYYY?? =)

Jumat, 19 Juni 2020

APAKAH ITU SURGA?

Biasanya saya hanya cerita tentang mimpi buruk. Kalaupun mimpi indah, pada akhirnya ada hantu yang datang untuk kejar saya. Haha.. Dan biasanya juga, mimpi indah tidak bisa kita ingat detailnya. Entahlah.. mimpi tentang zombie lebih melekat di memori daripada mimpi tentang cowok ganteng.
Anyway, mungkin mimpi saya tadi malam dipengaruhi salah satu channel Youtube yang baru saya temukan. Channel punya Clint dan Bob Moffatts bernama "Music Travel Love". Konsepnya sangat keren. Mereka mengcover lagu-lagu lama, ada lagu mereka sendiri juga, dengan video klip pemandangan alam yang diambil dengan kamera super. Hehe.. saya ndak paham kamera, jadi daripada salah, mending saya bilang aja kamera super, karena hasil gambarnya yang super bening. Ditambah suara mereka yang "ternyata" so sweet dan juga bening. Jadilah terbawa mimpi.
So, dalam mimpi itu, saya sedang di Indonesia. Mengajak ibu pergi ke kampus, karena saya sudah lama tidak ke kampus. Tadinya jalan menuju kampus biasa saja, sampai kami tiba di titik di mana Olat Maras mulai nampak. Udara tiba-tiba berubah sejuk, langit biru cerah, tetapi tidak panas. Di hadapan kami bukan lagi Olat Maras, melainkan gunung yang lebih besar membentang. Puncaknya tertutup pepohonan, dan sebagian bawahnya terkikis oleh sumber air yang keluar dari dalam gunung, membuat air terjun yang tidak terlalu keras alirannya. Mengalir pelan ke sungai di bawahnya, dengan air yang sangat bening, dingin, dan tentunya tidak ada sampah. Yang ada di dalam otak saya jauh lebih indah daripada yang saya ceritakan dalam tulisan ini.
Entah di mana kampus saya. Apakah sudah dipindah? Hanya pegunungan itu saja yang nampak sepanjang jalan sampai saya terbangun. Saya tidak bisa menaruh gambar apa-apa di sini karena setelah saya cari di google, tidak ada pemandangan seindah yang saya lihat dalam mimpi tadi malam.
Maka, apakah saya baru saja mengintip surga? Setelah segala macam kejahatan yang saya lakukan, apakah Allah ingin saya melihat beberapa detik pemandangan surga supaya saya bertaubat?

Minggu, 31 Mei 2020

TAKUT MAU BAHAS INI

Ini memang blog ndak penting di the amazing World Wide Web. Yang cuma dibaca beberapa orang kesasar saja. Orang-orang yang pengen baca review film-film kurang populer, yang gak tersedia reviewnya di youtube. Hehe.. karena saya lihat di statistik, kebanyakan pembaca saya di post-post film-film seperti itu. 
So, sebenernya saya takut mau bahas ini. Karena sepertinya setelah saya lihat-lihat di dunia per-reviewan film, tidak ada yang membahas film satu ini sebagai film yang "biasa saja". Semua bahas luar biasa, karena berbeda dari film-film horor lain. Semacam penyegar di dunia per-horor-an. Bagaimana tidak, dibuat oleh Joko Anwar yang sudah tidak diragukan lagi, dengan aktor dan aktris yang juga tidak main-main. 
Adalah film yang sudah saya tunggu-tunggu sepanjang 2018 sampai akhir 2019 karena promonya yang luar biasa. Anyway, saya sama sekali tidak ada maksud apa-apa, ini hanya yang saya rasakan saat nonton film ini. Saya fans berat film-film Joko Anwar. Karena horornya memang selalu out of the box. Maka mana mungkin saya menantangnya. Kalo setelah postingan ini terus saya ditantang bikin film horor, maka mungkin saat itu saya sudah ke Korea ganti muka dan identitas. Bye.. hehe.. Sungguh, karena tidak ada ulasan jelek tentang film ini, maka saya takut posting. Tapi yah, saya tidak tahan untuk tidak bahas film yang baru ditonton, soo..


Setelah akhirnya mendapat kesempatan untuk nonton film ini, saya pribadi menyatakan, bahwa menurut saya, film ini biasa saja. Saya tidak ada background sekolah film. Hanya orang yang suka nonton film horor sejak kecil. So, bahasa yang saya pakai di sini memang sangat awam, tidak profesional sehingga tidak usah didengarkan pendapat saya ini. Hahah... Secara kenampakan, sebagai film horor, semua scene-nya sangat menarik. Setting dan tempat ambil gambar, efek, segala macam, luar biasa. Akting pemain-pemainnya, luar biasa. Bahkan akting orang-orang yang tidak pernah saya lihat di layar pun, bagus sekali. Semua luar biasa, hanya saja, entah kenapa perasaan saya biasa-biasa saja. Bahkan adegan gore-nya pun biasa saja. Btw, akting Asmara Abigail bagus banget di sini. Keren, dia makin bagus di tiap film (kalau yang ini saya yakin semua orang setuju).
Mungkinkah karena kurang twist ala Joko Anwar yang saya nikmati di film-filmnya dulu? Macam Pintu Terlarang, Kala atau Modus Anomali. Twist Modus Anomali was the best. Butuh beberapa menit setelah film berakhir baru saya sadar apa yang terjadi. You know, Joko Anwar juga jadi penulis di Ratu Ilmu Hitam (2019). Sekali lagi, "menurut saya", twist di Ratu Ilmu Hitam lebih terasa "Joko Anwar"nya daripada Perempuan Tanah Jahanam.
Mungkin kalian sudah banyak yang nonton, dimana twist Perempuan Tanah Jahanam adalah bahwa Maya adalah anak.., dan Nyi Misni adalah... hehe.. gak jadi, takut ada yang belum nonton. 
But who?? Who in the world?? walaupun tahu itu rumah peninggalan keluarganya, dengan keadaan rumah sudah seperti itu, akan tinggal dan tidur di sana? Siapa? 
Maaf kalau ada yang tidak setuju, yang mana saya yakin banyak sekali. Mungkin 99,9% penikmat horor tidak setuju dengan pendapat saya. Ini hanyalah pendapat tidak penting dari satu orang tidak penting di dunia. hehe.. piisss..

Minggu, 24 Mei 2020

LEBARAN 2020

Sebenarnya bukan pertama kali merasakan puasa di tempat asing. Sejak tahun 2011, tiap tahun juga di tempat asing. Sholat tarawih di masid Malang, Kendari, Surabaya, Sumbawa. Sekarang? Taiwan.. g ada.. haha.. Ya, karena belajar dari negara lain dimana beberapa outbreak corona parah di tempat ibadah, maka beribadah rame-rame tidak disarankan. Karena saya juga tidak terlalu idealis dalam menjalankan sunnah, maka ya sudahlah. Lagian ini di negara orang, kalau sampai dengan idealisme atau kecerobohan kita terus terjadi apa-apa sampai mengorbankan manusia di negara lain, kan ya bagaimana.. Tarawih di kamar saja, seperti biasa. Sebelum ada corona juga saya gak pernah safari tarawih seperti orang lain kok.  Palingan nyari masjid paling dekat yang suratnya paling pendek.  Hehe..
Sudah telponan dengan keluarga tadi pagi. Ibu nangis ingat dulu shalat ied di masjid jami', saya belum bisa baca. Tahu-tahu sekarang, 32 tahun kemudian udah gede-gede kesana kemari gak jelas. 
Sebelum berangkat ke sini. Ini adalah hal yang sangat saya takutkan. Bagaimana kalau tiba-tiba ada sesuatu sehingga kami sekeluarga terpisah begitu jauh dan tidak bisa bertemu? Bahkan di tahun pertama ini, saat suami telpon dan dia bilang akan pulang kampung bulan Mei, I was like, so jealous. Kenapa? Kenapa orang lain punya libur di saat idul fitri? Kenapa di tempat ini tidak ada libur idul fitri sehingga kami juga bisa pulang? Kenapa?
And there comes the corona rising. Tidak ada orang boleh mudik kesana kemari. Kalaupun pergi, harus karantina pulang pergiYou know what? If I'm going down, i'm taking everybody with me! Haha.. g deng.. bercanda..  
Anyway, maaf lahir batin semua.. 

Sabtu, 09 Mei 2020

ONE OF THE OUTLAWS

So, setelah pergantian umur, saya kembali lagi pada film. Haha.. Padahal sumber penghasilan saya gak ada sama sekali dari film. Entah kenapa suka banget bahas film.
Anyway.. Suami saya suka sekali nonton film mafia Korea. Yang mana, film-film mafia pasti dipenuhi adegan sadis. Macam potong tangan orang, cabut gigi, congkel mata. Udah dekat dokter bedah mafia-mafia ini. Itulah kenapa saya dan suami jarang nonton bareng di rumah. Karena saya suka hantu, dia suka mafia. Cuma zombie yang menyatukan kami. Hahah..
So, one day, dia nonton film Ma Dong-Seok, judulya The Outlaws. Saya taunya Ma Dong Seok cuma dari Train to Busan dan Along With The God 2. Si bapak yang gemuknya jadi otot semua. Kali kalo ditampar orang itu, kepala bisa muter. Hehe.. kok jadi body shaming? Bukan body shaming lah ya? Tapi ketakjuban dalam kalimat yang kurang tepat. Nanti saya cari kalimat yang lebih bagus.

  (pic from wikipedia)

Baru berapa menit film, tau-tau ada adegan bos mafia dan dua anak buahnya yang gila, tagih hutang sambil potong-potong jari orang pake palu godam. Kan edun.. Langsung saja saya lari ke alam mimpi. hahah.. 

When will I ever stop fangirling? Ternyata fangirling ke Ju Ji Hoon gak bertahan terlalu lama. Gak jadi masalah buat dia juga sih. Namanya aja hati manusia bisa berubah dalam satu detik. Apalagi cuma sama orang yang dilihat di layar. Misal besok saya fangirling ke John Lennon lagi kan siapa yang mempermasalahkan. Haha.. Sudah berapa kali ke-fangirling-an saya bahas di blog ini. Mulai Jeremy Renner, Sebastian Stan, Phillip Phillips, Kantapat Permpoonpatcharasuk, Masahiro Higashide, Ju Ji Hoon.. But I still adore them anyway, kecuali dua orang. Masih suka nonton film-film mereka. Because I adore their acting, not just their beautiful faces. Hehe.. pret lah..
Apa sih hubungannya The Outlaws, sama gak suka film mafia, sama fangirling? Karena ternyata, aktor yang sedang saya fangirling-i adalah salah satu dari mafia gila di The Outlaws..
Si scene stealer. The annoying (at first) tiger hunter yang kasih sup mayat bekas digigit zombie ke orang sakit. Kim Seong Kyu alias Yeong Shin di Kingdom 1 dan 2. Yang lincahnya kaya tupai dikasih kopi. Seong Kyu sepertinya baru debut di layar lebar tahun 2017. Sebelumnya dia maen teater. Kalo gak salah sii.. Bisa lihat aktingnya di "The Outlaws", "The Gangster, The Cop and The Devil", "Kingdom" dan yang baru-baru saja tamat, "A Piece of Your Mind". Ada lagi film yang lain, cuma malas saya sebutkan, dia cuma lewat-lewat aja.


Hebatnya, The Gangster, The Cop and The Devil membawanya mencicip Cannes bareng Parasite. 
Resting face-nya annoying, bahkan kaya psikopat.. haha.. sorry.. Mungkin karena itu dia dijadikan psikopat di dua film awal.  Dan lincahnya di film-film action itu ternyata tidak menutup pintu Seong Kyu untuk menjajal drama sedrama dramanya di Piece of Your Mind jadi pianis galau.
Dua kali dihajar habis sama Ma Dong-Seok, di Outlaws dan The Devil, sekarang mukanya jadi begini, hehe..

Fighting, Kim Seong Kyu! Hope your career keep growing up and up.. You know what? Don't ever change anything. You are naturally precious.. =)

Sabtu, 02 Mei 2020

35

Alhamdulillah sudah sampai juga di tanggal ini jam 12 siang, yang berarti umur saya pas 35 tahun. Tidak pernah terbayang akan hidup selama ini. Kalau mimpinya sih dulu pengen jadi orang pinter, kerja di laboratorium, temuin sesuatu yang baru. Taunya masih belajar cara cuci tangan dan salaman syar'i. Alhamdulillah masih diberi kesempatan belajar beginian. Kalo nggak, bakal makin parah kebiasaan saya makan gak pake cuci tangan.
Tidak berhenti saya bersyukur diungsikan oleh Tuhan ke negara yang katanya aman ini. Tapi siapa yang tahu? Dalam hitungan detik, menit, jam, segala sesuatu bisa terjadi. Virus corona model termutakhir yang sedang mengancam hidup semua manusia itu bisa saja terbang, nempel, pindah atau bagaimana cara yang Tuhan mau untuk menghabiskan manusia. 
So yah.. ini adalah catatan tahun 2020 saya. Seandainya tiba-tiba saya mati atau umat manusia habis dan kumpulan data blogger ini suatu saat nanti ditemukan oleh generasi makhluk hidup baru. Pada akhir tahun 2019, sebuah virus memakan sebagian besar Cina, dan mulai menyebar ke seluruh dunia. Dengan ciri awal seperti flu biasa, tetapi kelamaan ditambah dengan sesak nafas. New corona virus 2019 atau biasa disebut covid 19, menyebar melalui droplets atau muncratan cairan dari mulut. Bisa jadi saat orang bersin, batuk, atau karena bicara terlalu bersemangat. This is not airborne, tetapi terbukti dia menyebar begitu cepat. Membuat kita sadar bahwa selama ini kita sembrono, pegang sana sini tanpa peduli siapa yang memegang barang itu sebelumnya. Atau apakah ada jejak droplets orang lain di tempat atau barang itu, sehingga kita jadi jarang cuci tangan, pegang-pegang muka dan akhirnya ketularan. Dan inilah, tahun dimana semua umat manusia akhirnya belajar cuci tangan..
Tidak pernah mengira bahwa dalam hidup ini akan benar-benar mengalami masa wabah seperti yang diceritakan dalam kitab suci dan sejarah masa lalu, atau seperti dalam film-film. Kalau dalam algoritma Zola.. saya sudah pasti selamat. Karena algoritma itu hanya menghabisi orang-orang pintar, penting dan potensial memimpin masa depan. And i'm not in any of those category.

So, empat hari setelah ulang tahun saya ini.. hahahh, gara-gara kebanyakan acara yang kurang jelas awal dan ujungnya, nulis satu post aja gak jadi-jadi. Sekarang malah bingung mau nulis apa. Bersyukur sekali karena diberikan kecukupan hidup, ketenangan hati, dan dikelilingi keluarga serta teman yang selalu mendukung segala sesuatu. Selain sudah menikah, sebenarnya saya masih ingin jadi PNS, supaya orang tua senang dan tenang hatinya. Semoga saya bisa lulus kuliah lebih cepat dan segera daftar PNS lagi sebelum umur 40 tahun. hehe.. Entah kalo sudah umur segitu, masih bisakah kerjakan soal TIU? Haha.. diamini saja..

Yang jelas, doa saya untuk waktu dekat adalah agar wabah ini segera berlalu. Saya suka bermimpi bangun pagi dan tidak takut pergi keluar, tidak takut mengkhayal-khayal pulang ke Indonesia atau pesan tiket pesawat. Semoga kita semua dilindungi Allah SWT. 

Senin, 20 April 2020

THE TREACHEROUS (2015)

Maap kali ini review film dewasa.. boleh lah ya.. Toh beberapa hari lagi saya sudah 35 tahun hidup di dunia. hahah.. Dan sekali lagi karena saya lagi mabok Ju Ji Hoon, tapi gak mau nonton film-film drama macam Mask, Marriage Blue, Five Fingers atau Hyena. Berakhirlah perjalanan Ju Ji Hoon saya di film ini. Sudah pernah dengar tentang film ini sebelumnya. Kalau tidak salah dari sebuah artikel tentang film sadis atau film dengan adegan dewasa yang legendaris. Tadinya denial lagi kalo Ji Hoon maen di film begitu. Tapi yah.. sudahlah. Ini film tahun 2015. And it is a good movie. Seriously.. And this make me adore him even more. Not because of his physical performance on "doing it", but he looks like.. totally different person in this movie. Evil yet confused by his own evilness. Orang ini sudah coba bermacam-macam karakter, and did a totally great job dan setelah Kingdom, lalu kembali pada karakter drama macam film yang baru tamat kemarin-kemarin ini sebenarnya agak bikin saya kecewa. But hey, this is not the end.. Semoga Ji Hoon dapat peran-peran yang lebih aneh-aneh lagi.. hehe..
Katanya ini adalah film berdasar kisah nyata Raja Yeonsan (Kim Kang Woo), raja ke-10 jaman Dinasti Joseon. Kalau baca di wikipedia sih, dia semacam Caligula-nya Korea. Raja terburuk sepanjang Dinasti Joseon yang membantai orang yang dianggap pembangkang dan ikut mencelakai ibunya. Dia juga merekrut wanita-wanita muda untuk menjadi "comfort lady", bahkan mengubah sebuah institusi belajar bernama Seonggyungwan menjadi tempat pelatihan erotis para comfort lady ini. 



Ternyata di balik tirani jahatnya, ada dua menteri gila, bapak dan anak Im Sa-Hong (Cheon Ho Jin) dan Im Soong-Jae (Ju Ji Hoon). Mereka berdua yang suka menghasut sang raja yang memang berperangai buruk ini untuk menghabiskan orang-orang yang menentang mereka. Sepasang Im ini adalah penjilat bermuka dua kelas kakap. Di sisi lain, keluarga Im berebut kepercayaan dengan permaisuri raja - Jang Nok Soo (Cha Ji Yeon). Siapa yang kalah akan disingkirkan atau dibantai. Melalui perekrutan comfort lady ini mereka bersaing mendapatkan wanita terbaik untuk menyenangkan raja. 
Di tengah proses perekrutan wanita ini, Im Soong-Jae bertemu dengan Dan Hee (Lim Ji Yeon), seorang penari pedang, anak tukang daging yang sangat cantik. Dia memaksa Soong Jae untuk membawanya ke istana, tetapi itu tidak mungkin karena status sosial keluarga Dan Hee dianggap terlalu hina untuk diserahkan pada raja. Tapi ayah Dan Hee berhutang banyak pada keluarga pejabat, sehingga pejabat itu meminta Dan Hee menggantikan anaknya untuk diserahkan pada raja. Im Soong Jae akhirnya melatih Dan Hee untuk menjadi wanita yang diinginkan raja. Bersaing dengan Seol  Joong Mae (Lee Yoo Young) - wanita rekrutan permaisuri. Perasaan Im Soong Jae pada Dan Hee yang membuatnya bingung memilih antara kekuasaan dan cinta.  Dan Hee ternyata juga memiliki tujuan lain. Dia memaksa untuk direkrut karena ingin membalas dendam keluarganya. 
SPOILER ALERT!! Akhirnya Im Soong Jae sampai pada akal sehatnya untuk memilih Dan Hee, walaupun itu membahayakan jabatan dan nyawanya sendiri. Dia tidak tahan melihat cinta pertamanya melayani raja yang sangat kejam. 
Itu adalah inti ceritanya. Memang terlihat receh, cuma cerita tentang seorang raja yang dikhianati menteri kesayangannya, gak ada twist-twistnya. But this movie is something else. Menurut saya ini adalah film mewah yang sangat artistik. Mata dan telinga kita akan dimanjakan musik dan nyanyian yang enchanting, tarian-tarian menawan, setting kerajaan yang sangat mewah dan pengambilan gambar yang luar biasa. Belum lagi emosi kita yang dibuat naik turun oleh sikap Soong Jae dan tingkah Raja Yeon San.
Ini totally film dewasa. Adegan sadis, nudity dan sex dimana-mana. So, kalo ada anak-anak kalian tiba-tiba bilang nonton drakor yang judulnya Ganshin, cabut aja listriknya.

Sabtu, 11 April 2020

ASURA: THE CITY OF MADNESS (2016)

Maap ya kalo akhir-akhir ini isinya review film Korea terus. Mana film udah lama-lama yang dibahas. OK.. udah gak bisa ngelak lagi. I am fangirling over Ju Ji Hoon. Siapa Ju Ji Hoon? Kalian penggemar drakor? Pernah nonton Princess Hours? Mask? Antique Bakery? The Naked Kitchen? Hyena? Ya.. he's that pretty prince in Princess Hours. Dan saya tidak pernah nonton film-film itu. Along With The God adalah film pertama Ji Hoon yang saya tonton. And amazed, walaupun gak sampai fangirling. But then, Kingdom showed up and now I can't get enough of him. Mungkin kagum karena dia berani mencoba berbagai peran. Mungkin juga kagum dengan perjalanan kariernya yang naik turun karena narkoba. Atau mungkin kagum sama senyumnya yang kalo semakin lebar, muka coolnya berubah jadi clumsy. Tadinya gak mau nyari-nyari. Tapi entah kenapa di akun Youtube saya muncul video-video lama Ju Ji Hoon. Video dia masak, main sama kucing, main piano.. Gosh! Why Youtubee?? Whaayyyy???? 
Saya punya satu akun IG yang dipakai nonton acara live kampus. Biasanya setelah acara langsung di-uninstall. Gara-gara Ji Hoon, saya gak uninstall. Tapi barusan akhirnya saya putuskan untuk uninstall. Haha.. Cukup Youtube saja yang meracuni saya. 
Anyway, sefangirlnya saya, masih tidak bisa dipaksa nonton film yang genrenya tidak saya suka. Setelah Dark Figure of Crime, Confession, beberapa waktu lalu nyoba nonton Item, tapi jalan ceritanya too slow and too serious (sorry). Akhirnya kemarin nontonlah Asura: The City of Madness. And what the f*ck did I just watch? Adu akting aktor-aktor kawakan macam Jung Wo Sung, Hwang Jung Min dan Kwak Do Won. Mereka-mereka yang aktingnya sudah berkarakter. Apalagi Jung Min yang suka ikhlas dibecandain Yoo Jae Suk. Wow.. just wow..



Menceritakan walikota diktator Park Sung Bae (Jung Min) yang menjalankan pemerintahan macam mafia. Kalau ada penentang ide-ide gilanya, maka dihilangkannya orang itu.. Han Do Kyung (Jung Wo Sung), polisi tangan kanan si walikota yang menjalankan tugas-tugas kotor itu. Sampai suatu saat, seorang polisi lain terbunuh karena mencium bisnis kotor Do Kyung dan Sung Bae.
Mau tidak mau, Do Kyung diinterogasi. Dan interogasi ini memaksanya untuk mengkhianati Park Sung Bae. Jaksa Kim Cha In (Kwak Do Won) berambisi membongkar kejahatan dan kebobrokan pemerintahan Park Sung Bae yang hanya mendukung orang-orang kaya. Untuk itu dia meminta Do Kyung merekam percakapan-percakapan mereka untuk mendapatkan kalimat dimana Sung Bae memerintahkan anak buahnya membunuh orang-orang penting.
Tidak ada posisi yang menguntungkan Do Kyung. Mengkhianati walikota akan membuatnya menderita. Mengkhianati jaksa juga dia dihajar sampai mau mati. Belum lagi istrinya yang sekarat. Dan juga dia merasa bersalah telah membawa Moon Seon Mo (Ju Ji Hoon), juniornya yang lugu di kepolisian dalam lingkar setan ini. 
Mau diceritain akhirnya gak? haha..
Yahh.. karena ini film gak ada twistnya, maka SPOILER boleh lah yaa..
Akhirnya, karena sudah putus asa, Do Kyung mempertemukan walikota dan jaksa ini bersama semua antek-anteknya. Tahu lah apa yang terjadi kemudian..
Adegan-adegan gore a la film mafia Korea sudah jelas bisa dinikmati kalian-kalian yang suka. For me.. naahh.. Akting Jung Min memang TOP dah. Bisa sebel kita dibikinnya. 

Minggu, 05 April 2020

CONFESSION (2014)

Lanjut ke acara mabok Ju Ji Hoon.. haha..
Katanya udah gak mau fangirling? Gak kok.. saya cuma nonton film yang genrenya saya suka saja. Hahah.. denial.. Kenapa sih mesti denial?? Abisnya kecewa teruuuss.. Sepertinya mending dinikmati karakter dalam filmnya saja daripada menikmati kenyataan.. Preett.. You know, seringkali kita bayangkan orang-orang ini perfect in a perfect world. Ganteng, kaya, baik hati, lucu, gak suka main cewek, hidup sehat, gak ngerokok, gak suka mabok. They are flawless in our little brain perfect world. But when you see that they are just a normal people, it will take a piece in you. Fangirling sama yang dulu, dia tinggalin anak istrinya. Sama yang satu lagi, ee tiba-tiba jadi bos prostitusi. Life.. O.. Life.. Heeyy.. tapi gak berarti orang ini juga begitu.. He's been down, udah pernah rasain penjara and now is a payback timee.. Semoga gak diulangi ya, mas?

Along With The Gods, Kingdom, Dark Figure of Crime, Running Man, dan yang terakhir kemarin, Confession, dimana Ju Ji Hoon beradu akting bersama Ji Sung dan Lee Kwang Soo. Don't know bout Ji Sung. But Kwang Soo is definitely a drama king. Pengen nonton Treacherous (2015), takut sayah.. hahah.. 
Ini film tahun 2014. Tentang persahabat tiga orang, Hyun Tae (Ji Sung), Min Soo (Kwang Soo) dan In Chul (Ji Soon). Hahh.. belum mulai nonton saja saya udah sangka ini bakal sedih macam Bleak Night. Kind of story that will break your heart.

Mereka bersahabat sejak kecil. Hyun Tae digambarkan sebagai anak baik dari keluarga berada, In Chul sebagai tipe anak nakal pemuja uang yang licik dan Min Soo adalah si konyol yang mengikuti mereka berdua. 
Saat masih remaja, karena berfoto di tebing tinggi, Min Soo terperosok jatuh dan kedua temannya harus menggotongnya turun gunung di tengah salju. Setelah menemukan sebuah pondok kosong, In Chul pergi mencari bantuan, sedangkan HyunTae tinggal menemani Min Soo. Melihat sifat In Chul, muncul ketidakpercayaan Hyun Tae pada temannya itu. Dia takut ditinggal mati di sana, maka dia membopong Min Soo sendiri sampai pingsan. Dan ternyata In Chul kembali dengan membawa tim SAR. Satu kecelakaan di gunung itulah mereka bertiga semakin dekat seperti saudara.
Saat dewasa, Hyun Tae menjadi petugas pemadam kebakaran yang hidup damai bersama anak istri, terpisah dari ayah dan ibunya yang ternyata pemilik casino. Min Soo meneruskan usaha kecil keluarganya dan hidup sederhana, sedangkan In Chul dengan akal-akalannya, tipu sana sini, entah bagaimana bisa hidup agak mewah dari kedua temannya.
Casino milik keluarga Hyun Tae sedang di ambang kebangkrutan. Untuk mendapatkan keuntungan, ibu Hyun Tae memanggil In Chul untuk mengurus asuransi yang bisa didapat kalau casino itu terbakar. Dengan senang hati In Chul memenuhi permintaan ibu Hyun Tae. Dia mengajak Min Soo untuk merusak casino dan membakarnya. Sayangnya, sesuatu yang tidak direncanakan terjadi. Mereka berhasil merusak casino, tapi ibu Hyun Tae malah celaka dan ayahnya koma.
Hyun Tae marah karena polisi tidak menyelidiki kasus ini. Belum lagi rentenir dan pihak asuransi yang tidak habis-habisnya menanyakan uang. Sementara Min Soo sudah mulai gila karena rasa bersalah telah mencelakai keluarga sahabatnya. Orang yang selalu baik padanya. Di sisi lain, In Chul malah mencari-cari cara untuk lari dari tuduhan, walaupun semua bukti mengarah padanya. Bagi In Chul, yang penting adalah asuransi yang bisa diklaim.
This is the heart breaking part. Sampai di sini kita dibuat kesal dengan In Chul yang nampak egois, gila harta. Ini juga yang dilihat oleh Hyun Tae dan Min Soo. Sampai akhir pun mereka berpikir kalau In Chul tidak bisa dipercaya. Bahkan di akhir hidupnya yang mengenaskan, In Chul tidak berusaha mengubah pandangan kedua sahabatnya.         

Kamis, 02 April 2020

KINGDOM 1 & 2 (Ini Film Zombie Serius)

Ya Allah, alhamdulillah masuk bulan April dalam keadaan sehat dan hidup. Yang kalau masih diberi umur sampai 26 hari lagi, maka saya berhasil mencapai usia 35 tahun. Yang mana tidak pernah terbayang akan hidup selama itu. Karena.. yaahh.. saya bukan orang yang optimis. Menjalani hidup apa adanya yang diberi, tidak berambisi. Dan selalu mengharapkan durian runtuh, kekayaan yang turun dari langit tanpa kerja keras. Hahah.. 
Anyway, lagi gak pengen ngomongin umur yang mendekati maut, mari bahas sesuatu yang ngeri-ngeri.. hehe.. My favourite creature from hell.. Zombies..satu-satunya makhluk ciptaan horor barat yang menarik minat saya. Yang sekarang sudah bisa dibuat bagus oleh Korea Selatan. Sorry yaa.. Zombie Asia lainnya belum masuk kriteria. Bahkan beberapa film zombie barat akhir-akhir ini tidak ada yang menarik, kecuali Little Monsters dan Zombieland 2.
   
Saya suka nonton zombie, dan saya juga suka nonton orang ganteng. Maka, kalau ada orang ganteng maen film zombie, jelas saya tonton.. haha.. 
Kingdom sudah sliweran di status teman-teman pecinta drakor. And when you heard the word "drakor", maka sudah bukan cerita drama penuh ilmu seperti Jewel in The Palace yang pernah populer pada masanya. Saya gak menyangkal menikmati cerita-cerita sweet rich boy poor girl macam coffee prince dan Boys Before Flower. Karena itu mimpi normal cewek pas-pasan macam saya. Hahah.. But ya.. I'm over it.. Dua drakor itu dan Gentleman's Dignity yang full saya ikuti dari awal sampai akhir dan tidak pernah tahan menghadapi kisah-kisah 20an episode drakor lain. Saat melihat poster Kingdom yang berisi orang-orang berkostum jaman kerajaan Korea, yah sudah lah.. lewat begitu saja.

Hey.. he's the grim reaper in Along With the Gods.. Is that the evil inside him reflected on his sword?

Dan baru beberapa hari lalu saya lihat poster ini:


Although the zombies look funny there, tapi berhasil agak membikin penasaran. Apakah ini film zombie lucu-lucuan? Dengan beberapa klik di laptop, saya pun berhasil menonton episode 1, dan tidak bisa berhenti sampai season 2.. hahah..
Mungkin ini adalah review yang paling telat. Semua reviewer drakor pasti sudah membahas film ini. Maka saya tidak akan menceritakan outline film ini lagi. 
So, in the time of corona ini, di sebuah weekend, saya menyelesaikan dua season. Not impressive at all. Karena pecinta drakor pasti menyelesaikan ini semalam saja.. hehe..
Anyway, bagi kalian yang belum nonton atau belum pernah dengar, maka saya infokan pada kalian bahwa ini adalah film zombie serius. hehe.. Dawn of The Dead, Train to Busan dan 28 Weeks (not Days) Later adalah top 3 film zombie favorit saya, Warm Bodies kinda cute but not scary. Dan saya hanya nonton episode pertama The Walking Dead. Kalau kalian setuju dengan selera zombie saya, maka Kingdom adalah film zombie yang wajib ditonton. 
Tadinya agak khawatir dengan unsur politik perebutan kekuasaan di kerajaan itu. Tapi ya.. justru politik itu yang membuat zombienya semakin merebak kemana-mana. 
Pertama, I'm amazed dengan awal cerita mereka jadi zombie. Yang mana orang pertama yang membuat penyakit ini bermutasi dan menyebar, sama sekali tidak merasa bersalah. Eh, mungkin rasa bersalah dia tumpahkan di keloyalannya mengawal prince Lee Chang habisin zombie. Haha.. Ya sudahlah.. ganteng ini.. 

pic: screenshot dari film

Kalo lihat adegan ini, pasti kalian semua berharap orang ini dimakan zombie duluan kan? Haha.. sama.. Tapi setelah itu kita semua memohon-mohon pada Kim Eun Hee dan produser supaya dia hadir di semua season sepanjang film ini ada. 
Please, biarkan Young (or Yeong?) Shin hidup sampe season selanjut-selanjutnya.. Pleaseee...
Kedua, I love penampakan zombienya, bagaimana mereka sembunyi dan perubahan karakternya dari bangkit malam jadi bangkit kapan saja. 
Ketiga, karakter peneliti dipegang seorang wanita dan pendapatnya dihargai.
Keempat, tiba-tiba jatuh hati sama Ju Ji Hoon.. hahah.. G deng, cuma suka aja liat beberapa karakter yang dia mainkan di beberapa film. You know, kadang kita membayangkan karakter orang sesuai dengan karakter yang dia perankan di sebuah film. Karakter cool, cocky but fun and caring guy. I'm done fangirling. Terakhir kali fangirl aktor dari sebuah negara. Berakhir dalam kekecewaan.. Bukannya mau menebak-nebak kalau Ju Ji Hoon juga berperangai buruk begitu sih.. Tapi, fangirling cukup lah untuk anak muda. Tidak perlu yang seumur saya ikutan..  
Kelima, tidak ada cheesy love story, and I love it! Please keep it that way. Hehe..

Jumat, 07 Februari 2020

MOTHER / MADEO (2009)

Gara-gara ditelepon pengurus asrama tengah malam, jadinya nggak bisa tidur dan malah nonton film Korea. Judulnya Mother, release tahun 2009. Dan ini film ternyata kereeeeeennnnn bangeeetttt... Keren gilaaaaaa! Dan ternyata ini karya Bong Joon Ho si Parasite. Dan baru saya sadar kalau selama ini sudah tonton sebagian besar film Bong Joon Ho. Mulai Memories of Murder, The Host, Okja dan terakhir Parasite. Semua keren, ciri khasnya adalah kehidupan rakyat Korea biasa yang berubah intense.
Menceritakan tentang seorang ibu (diperankan Kim Hye Ja) dan anaknya yang terbelakang bernama Yoon Do Joon (diperankan Won Bin). Tidak ada hal yang lebih penting di dunia si ibu ini selain anaknya - Yoon Do Joon. Saat bekerja, saat terluka, saat kesulitan uang, tidak ada yang membuatnya khawatir kecuali keselamatan Do Joon. Do Joon adalah the love of her life. She will never let anything bad happen to her son. Ibu ini membesarkan sendiri Do Joon, tanpa suami. Dan Do Joon yang mulai dewasa tapi terbelakang, semakin menyusahkan ibunya. Do Joon mulai tertarik pada wanita dan minuman keras, apalagi dia berteman dengan Jin Tae - preman pengangguran di desa itu.

pic from: https://en.wikipedia.org/wiki/Mother_(2009_film)

Jin Tae sering mengajak Do Joon berbuat onar. Untungnya polisi sudah paham dan membebaskan mereka. Tetapi tentu saja ibunya yang harus mengganti rugi semua kerusakan yang disebabkan anaknya.
Suatu malam, Do Joon setengah mabuk pulang ke rumahnya, dia melihat seorang gadis berjalan di depannya. Do Joon berusaha menggodanya, tetapi gadis ini lari dan bersembunyi di sebuah gang, bahkan melempar Do Joon dengan batu besar walaupun meleset. Do Joon pun pergi meninggalkan gadis itu, dan paginya mayat gadis itu ditemukan di lantai atas bangunan tua, dijemur seperti kasur di pinggir balkon. Ada luka oleh benda tumpul yang membunuh gadis bernama Moon Ah Jung itu.
Polisi menemukan sebuah bola golf bertuliskan nama "Do Joon" di dekat TKP dan langsung menangkap Do Joon untuk diinterogasi. Ibunya jelas tidak terima, dia percaya anaknya tidak akan melakukan pembunuhan dan berjanji akan membebaskan Do Joon dari penjara secepatnya. 
Ibu ini hanya menjalankan toko obat herbal yang tidak terlalu laku dan membuka praktek akupuntur ilegal. Dia tidak punya uang untuk membebaskan anaknya dari penjara seperti orang kaya. Dia tidak bisa menyewa pengacara. Sekalinya mendapat pengacara, ibu ini tidak terima anaknya dianggap gila, walaupun itu bisa memotong masa penahanannya.
Akhirnya sang ibu bermain detektif, mendekati orang-orang yang dekat dengan Moon Ah Jung untuk mencari informasi dan mengumpulkan nama-nama. Aneh, ternyata Moon Ah Jung yang sepertinya pendiam, terkenal sebagai "gadis arak beras", dia bersedia tidur dengan banyak lelaki dengan bayaran arak beras yang sepertinya diberikan pada neneknya. Dibantu Jintae yang meminta bayaran tinggi, sang ibu berhasil mendapat banyak informasi penting. Dia bergerak sendiri menyelediki kesana kemari dengan berjalan kaki, bahkan di tengah hujan, sang ibu pantang menyerah. Terutama karena ingatan Do Joon sendiri tidak benar. 
Ibu pun sampai pada ujung penyelidikan, dimana dia menemukan orang yang mungkin membunuh Moon Ah Jung. Dia mendatangi orang itu sendiri tanpa takut kalau orang itu akan menyakitinya juga. Di sana dia menemukan fakta mengerikan. The twisted ending was.. WOW.. It will breaks your heart. Kim Hye Ja was great. Kita bisa melihat beban yang ditanggung sang Ibu ini dari setiap ekspresinya.
Walaupun film sudah 11 tahun lalu, saya tidak akan membocorkan endingnya karena ini terlalu keren untuk dibocorkan.. hehe.. Oh ya, sebaiknya tidak nonton dengan anak di bawah umur karena ada sedikit adegan sex.

THE RITUAL (2017)

Karena banyak yang bilang film ini bagus banget dan underrated. Akhirnya pagi ini di laundry-an yang jaraknya 4 lantai dari kamar, dan saya malas naik turun, maka saya tonton saja film ini. Di tengah serangan corona, asrama ini sepinya seperti di film zombie. Ngapa-ngapain bebas tanpa saingan. Biasanya nge-laundry harus antri mesin pengering, sekarang freeee....
Lha kok malah curhat londri.. Ya sudah lah..
Yang jelas film ini mengingatkan kenapa saya mencintai film horor. Karena beberapa saat lalu saya sempat tenggelam dalam aliran film-film Academy Award yang susah dimengerti. Dan do you know the feels after experiencing good thing? That it will be so hard to find something that makes you feel that way again. So does a good horror. Setelah nonton horor yang bagus biasanya saya akan berusaha mencari yang mirip atau saya harap memberikan efek yang sama. Tapi sangat susah. Menonton The Ritual sama seperti menonton The Autopsy of Jane Doe.

pic from: https://en.wikipedia.org/wiki/The_Ritual_(2017_film)

Menceritakan tentang 5 lelaki dewasa - Luke, Hutch, Dom, Phil dan Rob. Saya harus sebutkan "lelaki dewasa" untuk menunjukkan bahwa tidak akan ada adegan party-party a la anak kuliahan yang pergi ke cabin in the wood seperti dalam film Amerika. Kelima orang ini adalah orang dewasa yang ingin berlibur untuk menghilangkan stres. Mereka merasa sudah terlalu tua untuk beberapa tempat party macam Ibiza. Maka Rob mengajak mereka untuk hiking di Swedia. 
Sayangnya, terjadi sebuah kecelakaan pada Rob dan dengan meninggalnya Rob, keempat orang ini semakin merasa wajib untuk pergi hiking ke Swedia. 
Mereka berempat berhasil pergi ke pegunungan Swedia. Setelah mencapai salah satu puncak gunung dan menaruh foto Rob di sana, kaki Dom terkilir dalam perjalanan. Luke menyarankan untuk menelepon bantuan. Tetapi Hutch tidak mau karena dia yakin Dom hanya berpura-pura sakit. Karena itu Hutch mengajak mereka mengambil jalan pintas melalui hutan yang tracknya tidak terlalu banyak menanjak. Saat kalian melihat hutan yang dimaksud Hutch, we all will be Luke. Luke terus-terusan mengatakan kalau itu ide yang buruk. Tapi teman-temannya ingin cepat sampai, jadi dia mengikuti saja. Bahkan saat melihat ada mayat rusa ditusukkan di pepohonan, mereka tetap semakin masuk ke dalam hutan.
Mereka menemukan sebuah kabin terbengkalai di tengah hutan, yang di lantai duanya terdapat satu boneka jerami aneh di tengah ruangan. Dan karena tidak ada pilihan, maka mereka menginap di sana. Di sinilah keanehan mulai terjadi. Luke bermimpi tentang malam kejadian Rob dibunuh oleh perampok. Luke memang merasa sangat bersalah karena dia ada di sana dan tidak menolong Rob. Ternyata bukan Luke saja yang mendapat mimpi buruk dan bangun dengan luka aneh di dadanya. Hutch entah mimpi apa sampai berteriak keras dan ngompol. Dom menjerit-jerit seperti kesurupan memanggil istrinya dan Phil bersimpuh telanjang berdoa di depan boneka jerami aneh di lantai dua cabin itu. 
Keluar dari kabin, Luke mengajak temannya kembali ke jalan kemarin dan mencari bantuan dengan telepon. Tapi Dom dengan gilanya malah mengambil jalan lain masuk semakin dalam ke dalam hutan. Walaupun melihat simbol-simbol cult di pepohonan, Dom terus saja mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja.
This is a horror where you will scream out, "Listen to Luke for God sake!", 
"You want to see from the hill?! What hill? You guys are in the middle of a forrest! You will see nothing but trees!"
"Oh, now you want to follow the path that obviously made by people and not suspicious at all?!"
And when you see "it" you'll go, "What the heelll was thaaattt??!!"
Banyak sekali yang tidak terjawab, seperti apa arti mimpi-mimpi mereka atau makhluk apa di lantai dua kabin itu dan banyak lagi. But it's OK..
Film berlatar belakang kekeramatan Swedia ini jelas mendahului Midsommar.
Moral of the story.. Human, monster, what's the different? Human with the heart of a monster or monster who take advantage of human. They did the same horrible thing, and we can't do anything about it. 

Senin, 27 Januari 2020

DEAD POETS SOCIETY (1989)

Saya masih umur 4 tahun mungkin saat film ini release. Hanya melihatnya di kaos atau jumper yang saya pikir hanya sebuah cool sayings.. Dan ternyata film India favorit saya - Mohabbatein mungkin.. mungkin.. terinspirasi dari film ini. Only that Mohabbatein dibuat lebih sweet instead of tragic.
Menceritakan tentang sebuah sekolah unggulan mahal yang sangat strict. Disiplin, semua lulusannya selalu menjadi orang sukses. Yang membuat anak-anak legacy tapi kurang mampu berekspresi, merasa ingin mati saja.

Di tengah kedisiplinan itu, datanglah seorang guru sastra - John Keating, yang mengajarkan anak-anak ini untuk lebih bisa mengekspresikan diri. Cara mengajarnya yang berbeda, membuat John dicintai siswanya dan ditegur atasannya. Jangan memberikan mereka mimpi untuk menjadi sastrawan, seniman. Orang tua mereka berharap anak-anaknya akan menjadi pebisnis, dokter, ilmuwan, bukan berpuisi.
Sekumpulan siswa yang sangat mengidolakan John adalah Neil Perry, Todd Anderson, Knox Overstreet, Charlie Dalton, Richard Cameron, Steven Meeks dan Gerard Pitts. 
Neil menemukan bahwa John Keating juga alumni sekolah itu, dan pernah membuat sebuah perkumpulan rahasia pecinta puisi bernama Dead Poets Society. Maka sebagai pecinta seni, Neil pun meneruskan perkumpulan tersebut. Dia membawa teman-temannya berkumpul rutin di sebuah gua dekat sekolah untuk saling berbagi puisi atau sekedar mengekspresikan diri. Anak-anak ini memiliki masalah sendiri-sendiri, karena itu mereka membutuhkan tempat untuk lepas dari semua itu walaupun hanya sesaat. Neil misalnya, yang sangat ingin menjadi aktor tapi tidak pernah diizinkan oleh ayahnya. Todd yang seorang legacy, tetapi tidak punya keberanian, merasa jadi underdog dalam keluarga, atau Knox dengan masalah cinta.
Tidak seperti Mohabbatein, John Keating tidak pernah memprovokasi siswa untuk memberontak pada aturan sekolah. Bukan John yang memberikan buku kumpulan puisinya pada Neil dan John tidak pernah datang dalam pertemuan-pertemuan rahasia mereka. The tragic thing is, kesalahan ditumpahkan pada John. Maaf buat kalian yang belum nonton, saya merasa tidak masalah menyebutkan spoilers di sini karena ini film sudah 31 tahun lalu. 
So, pada akhirnya, Todd menjadi anak yang lebih berani, lebih percaya diri, karena dukungan John dan teman-temannya. Tidak ada cerita bully di sini. Todd yang pemalu tidak pernah dibully temannya. Knox membawa pembully pada dirinya sendiri karena mendekati cewek pacar atlet sekolah lain. Dan Neil, akhirnya bisa tampil sebagai pemeran utama di sebuah pentas theater. John meminta Neil untuk membicarakan ini dengan orang tuanya yang sangat keras. Entah bagaimana, Neil akhirnya dibolehkan tampil oleh ayahnya. Ayahnya bahkan datang untuk menonton. Di sini mungkin orang berpikir bahwa kisah Neil akan berakhir bahagia, apalagi ayahnya bersedia datang. Pasti dia melihat bakat anaknya yang luar biasa dan berubah pikiran. But when you saw Neil's expression, you'd know that something was going wrong..
Turns out, Neil mengorbankan kehidupannya untuk tampil di panggung malam itu. Ayahnya memindahkan sekolah Neil ke sekolah militer, supaya dia belajar keras untuk masuk Harvard dan menjadi dokter. Pertengkaran hebat terjadi malam itu. Dan Neil mengakhiri hidupnya. 
Neil adalah anak yang sangat bersemangat, percaya diri, pintar, mudah berteman dan tipe pemimpin. No one.. literary no one would ever think that he will end up his life that way. Saya tidak pernah menangis di adegan manusia meninggal. But this was different. Dia tidak sedang dalam sebuah hubungan percintaan seperti dalam Titanic, A Walk To Remember atau The Fault in Our Stars. But a tragic death of someone who is so passionate of the world and so loved by his society, really did break my heart.
Ini film drama banget, buat kalian yang tidak tahan kedramaan, just see that anak-anak di film ini nantinya akan main film-film action. haha.. John Keating diperankan oleh Robin Williams, Todd oleh Ethan Hawke, Neil oleh Robert Sean Leonard dan Knox oleh Josh Charles. Yang lain bisa dilihat sendiri di IMDB.. hehe..

Selasa, 21 Januari 2020

2020

Baru dua puluh hari menginjak tahun 2020. Sudah berasa tua. Tahun 2020 berarti saya sudah umur 35 tahun. Tapi masih begini-begini saja, blog isinya masih seputar film dan jalan-jalan dan kegalauan. haha.. ndak jelas..
Anyway.. Ini berarti saya sudah tidak bisa mendaftar CPNS. Ya, walaupun sekarang sedang sekolah lagi dan kemungkinan untuk mendaftar saat saya lulus nanti bisa jadi terbuka lagi. Kalau lulus tepat waktu. Dan kalau otaknya masih bisa dipakai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan logika TKP yang kadang tidak masuk di logika saya. Karena hidup di Indonesia saya jadi salah satu angkatan yang percaya bahwa PNS adalah satu-satunya tolok ukur keberhasilan orang. Karena kalau ada teman jadi PNS, maka orang-orang tua akan membanggakan anaknya dengan sebutan "sudah" PNS, yang berarti sudah aman. Uang akan mengalir dengan sendirinya, masa tua terjamin, masa sakit terjamin, anak-anak terjamin. Hidup terjamin lah. 
Tapi, yahh.. mungkin jaminan hidup seperti itu bisa jadi bukan rezeki saya. Tidak ada yang tahu saya akan hidup beberapa lama dan apakah masih akan membutuhkan jaminan untuk hari tua. Saya selalu menghadapi ketakutan terhadap hari tua. Bagaimana kalau saya sakit nanti dan tidak punya siapa-siapa. Tidak punya simpanan uang untuk berobat. But then, bagaimana kalau hari tua itu tidak pernah datang? Bagaimana kalau saya mati sebentar lagi? Who knows? Kalau saya dibolehkan ngintip ke buku yang sudah ditulis Tuhan sebelum saya lahir, mungkin saya akan santai- santai. Mungkin karena itu Tuhan tidak mengizinkan kita mengintip masa depan. Cukup hari ini. Bahkan apa yang terjadi kemarin tidak banyak kita ingat.
Mungkin lebih disyukuri saja apa yang ada sekarang. Ada yang bisa dimakan, ada yang menampung hidup, ada yang kasih jajan tiap hari, alhamdulillah. Semoga Tuhan memberi kita kesehatan selalu sampai ajal menjemput. Semoga kita tidak perlu menyusahkan orang sebelum meninggal. Dan semoga kita makin kaya.. haha..

MARATHON SABTU

Ya ampuunn.. udah menjelang 39 tahun bukannya buat sesuatu yang berguna, malah marathon drakor.. haha.. Emang lebih oke nonton review di You...