Minggu, 14 Juli 2024

A NEAR DEATH EXPERIENCE

Ini sebenarnya terjadi beberapa minggu lalu. Dimana saya terbangun di tengah malam dan tiba-tiba merasa kedinginan. Kedinginan yang tidak biasa, karena badan saya menggigil, dan saya baru sadar kalau ini tidak normal setelah melihat suhu di hp hanya 27 derajat celcius. Saya sudah pernah merasakan 4 derajat, dan tidak menggigil seperti ini. Saat itu saya sadar kalau dingin itu tidak berasal dari luar, tapi dari dalam tubuh. Saya menggigil hebat sampai tidak bisa tidur walaupun sudah memakai berlapis-lapis baju dan selimut. Dengan jari jemari yang tidak berhenti bergetar, saya bersusah payah memencet keypad hp, walaupun berkali-kali meleset, saya akhirnya bisa mengetik "mengatasi menggigil" di Google. Akhirnya dengan tubuh semakin menggigil, saya memasak air, minum tolak angin dan flutamol. Lalu memaksa untuk shalat beberapa rakaat untuk menggerakkan badan supaya hangat. Di tengah shalat, saya merasa sangat lemah, lemas, seperti semua energi dari badan ditarik keluar, sampai saya sudah tidak ada energi untuk menggigil, mata ini tidak tahan dibuka, kantuk yang sangat hebat datang melanda. Apakah saya akan mati? Mungkin.. Dalam kesadaran yang tersisa, saya hanya pasrah, membuka kunci pintu kamar kos, seandainya saya tidur dan tidak bangun-bangun lagi, ada yang akan menemukan saya. Ya, sepasrah itu. Dan semoga saat benar-benar akan mati nanti, saya berada dalam keadaan baru shalat seperti itu. 

Setelah membuka kunci, dalam mukena dan baju berlapis-lapis, saya berbaring, getaran tubuh semakin berkurang, dan mata tidak sanggup dibuka lagi. Entah dimana saya akan bangun nanti.

Adzan subuh terdengar lantang dari belakang kos. Ternyata Allah masih memberi saya kesempatan  hidup beberapa saat lagi. Saya terbangun dengan sakit kepala hebat, mungkin karena getaran dan ketegangan selama beberapa jam tadi malam.

Saya tidak bermimpi apa-apa selama tidur sesaat sebelum subuh itu. Hanya terbayang penyakit apa ini. If I have anyone beside me, would he/she/they hug me to warm me up? But then, all I can think about is God, Dia. Hanya Dia yang berada di sisi kita, menjaga kita, bukan siapa-siapa. Saat depresi beberapa bulan lalu (mungkin akan saya ceritakan nanti), tiap malam saya terbangun dengan pikiran, "How would people find my dead body?"

Who am I thinking I am so special? I'm not, and so are you.

Ada banyak orang dengan nasib sama, atau bahkan lebih buruk dari kita. I'm not special, we're not special. Jangan pernah berpikir kalian lebih baik dari orang lain, bahwa kalian yang paling benar. Saya selalu merasa apa yang saya lakukan dan putuskan sudah benar. Tapi hanya benar menurut saya. Atau mencari pembenaran lebih tepatnya. Apa yang saya lakukan dan putuskan, adalah salah di mata agama saya. Salah juga sebenarnya di mata saya. Semua agama dan semua orang akan mengatakan ini dosa besar. Hanya saja, ego saya membawa saya pada semua ini. Bukan setan. Setan tidak ada hubungannya dengan yang saya lakukan. Ini semua salah saya dan sel-sel otak saya.

Saat latsar kemarin saya menyempatkan diri bertemu teman lama dan menceritakan masalah ini. Beliau yang memang lebih senior mengatakan, kalau sebaiknya saya melaksanakan kewajiban sebagai istri, untuk menggugurkan dosa. Which is so damn right.. Tapi otak saya yang apatis tiba-tiba berbunyi, "Dosa adalah sesuatu yang klise. Itu sesuatu yang nanti, yang tidak dirasakan saat ini. Saya akan dilaknat entah di dunia atau di neraka, atau di dua-duanya. Tapi saya gak mau mikir itu sekarang.", what the hell is wrong with my head?? I believe in God, heaven and hell, tapi kenapa saya tiba-tiba berpikir bahwa "dosa" adalah sesuatu yang klise?? Entah hukuman apa yang akan saya terima nanti, saya bergidik setiap kali membayangkan hukuman untuk keliaran pikiran ini. 

Tiba-tiba saya teringat film "Perempuan Berkalung Sorban". Anissa yang terdzolimi di film itu, sangat sabar menerima perlakuan suaminya, tapi masih dilaknat oleh orang-orang sekitarnya, disebutkan hukuman-hukuman apa yang akan didapat apabila tidak patuh pada suami. Menonton film itu saya seperti ditampar. Anissa yang sepatuh itu saja masih dirajam, bagaimana dengan saya? Begitu juga dengan teman-teman dengan cerita rumah tangga bermacam-macam. Apa yang saya alami tidak ada apa-apanya. It's totally my fault! Sepenuhnya kesalahan saya. 

A NEAR DEATH EXPERIENCE

Ini sebenarnya terjadi beberapa minggu lalu. Dimana saya terbangun di tengah malam dan tiba-tiba merasa kedinginan. Kedinginan yang tidak bi...