Sabtu, 12 September 2020

I'M THINKING OF ENDING THINGS (2020)

 Ya, that's also comes in my mind like.. almost everyday..

Anyway, kembali lagi ke film.. haha.. I'm Thinking of Ending Things. Sebuah horor thriller metafora yang sebenarnya tidak pernah saya dengar gadang-gadangnya. Atau saya yang kurang gaul sekarang? Itu yang lebih mungkin. Hehe.. Baru dengar tentang film ini setelah direview bagus oleh Cine Crib dan ternyata ratingnya bagus di IMDB, sekitar 6,9-7/10, berubah beberapa kali saat dibuka.

Berdasarkan novel karya Iain Reid, Charlie Kaufman menyutradarai film ini. Tony Collette dan David Thewilis adalah dua aktor yang familiar di mata saya. Sedangkan Jesie Buckley dan Jesse Plemons, saya belum pernah nonton film-film mereka. Ini adalah film semacam Bleak Night (South Korea, 2011). Kita tidak akan mengantuk sepanjang film walaupun kurang paham maksudnya dan bertanya-tanya sampai akhir apa yang sebenarnya terjadi. Dan setelah menyadari apa maksud film itu, it will leave you dumbfounded. Itu yang saya rasakan, membuat saya terdiam seharian. Film ini menyodok hati saya sangat dalam, dan saya tidak yakin bisa mengungkapkan bagaimana dalamnya di tulisan ini. Saran saya, tonton saja. Bahkan tanpa membaca review dari saya. 

 pic from: https://financerewind.com/entertainment/netflixs-im-thinking-of-ending-things-what-characters-are-being-played-by-which-actors-when-will-it-air/

Seorang wanita diajak pacarnya - Jake, pergi mengunjungi orang tua si cowok di pedesaan. Film diawali dengan monolog dari wanita ini - Lucy. Lucy baru sekitar sebulan berkencan dengan Jake, dan ini adalah pertemuan pertama dengan orang tuanya. Antara nervous dan excited, dia mengenakan setelan berwarna cerah, menyambut Jake yang datang dari ujung jalan. Ada lelaki tua yang mengawasi mereka dari balik jendela, menggumamkan kalimat-kalimat tidak jelas. Mereka pun berangkat, road trip.

Seringkali Lucy hilang dalam pikirannya, tentang segala hal. Tentang bagaimana kehidupannya bersama Jake. Bagaimana Jake adalah laki-laki baik, pintar dan bertanggung jawab, tetapi dia ingin mengakhiri semuanya. Entah kenapa. Selama sekitar 20 menit pertama, kita disuguhi percakapan antara Jake dan Lucy di dalam mobil. Bahkan tidak ada pemandangan di luar mobil selain salju turun. Mereka mengomentari buku, film, musik, aktor. Lucy bahkan me-recite karyanya yang belum dipublikasikan, "Bonedog" dengan sangat indah. Beberapa kali telepon Lucy berdering, dan tampak nama "Lucy" di layar hp-nya. Kalau belum pernah membaca novelnya, maka di titik ini kita akan mulai bertanya-tanya, siapakah Lucy ini? Kenapa dia menggantikan "Lucy"? Dan apabila wanita dalam mobil itu bukan Lucy, kenapa Jake tidak menyadarinya?

Sampailah mereka berdua di rumah orang tua Jake. Walaupun ibu Jake sudah menyapa dengan ramah dari jendela lantai dua, Jake tidak ingin segera masuk ke dalam rumah. Malah mengajak Lucy ke peternakan milik keluarganya. Bahkan setelah masuk ke rumah, orang tua Jake tidak segera menemui mereka. Lamaaa sekali. Lucy melihat sekeliling rumah dan menemukan foto masa kecilnya dipajang di dinding rumah Jake bersama foto keluarga. Bagaimana bisa?

Ayah dan Ibu Jake akhirnya menemui mereka. Jake nampak tidak nyaman Lucy bertemu dengan kedua orang tuanya. Walaupun ayah dan ibu Jake nampak aneh, tetapi percakapan mereka dengan Lucy tidak awkward sama sekali. Ayah dan ibunya sangat bangga terhadap Jake yang diceritakan adalah seorang fisikawan sukses. Mereka juga senang Jake bersama Lucy, karena Lucy adalah seorang seniman cerdas. Setelah itu banyak hal aneh terjadi. Waktu seolah bukan sesuatu yang pasti. Orang tua Jake kadang nampak muda, kadang tua. Lucy juga masih berkali-kali ditelepon oleh "Lucy". Profesinya juga berubah-ubah. Dan Lucy menemukan buku karyanya, "Bonedog" di kamar Jake. Bagaimana bisa?

Ada satu tempat di rumah itu yang sangat dibenci Jake. Ruang bawah tanah. Saat ibu Jake yang nampak muda meminta Lucy untuk mencuci sehelai pakaian, mau tidak mau Lucy turun ke ruang bawah tanah itu. Jake marah, memintanya segera naik. Di tempat cuci itu Lucy menemukan banyak sekali seragam kerja. Entah milik siapa. 

Dan setelah berkali-kali memaksa Jake untuk pulang, akhirnya mereka pulang. Dan sekali lagi, kita akan disuguhi percakapan-percakapan panjang dalam mobil di tengah salju. Scene-scene semakin aneh. Dimana mereka mampir di kedai es krim pinggir jalan yang pegawainya juga aneh-aneh. Lalu mereka mampir ke sekolah Jake dulu, lalu Jake menghilang di sana. Sederetan adegan Jake dan Lucy ini diselingi-selingi scene lelaki tua yang mengintip mereka di awal film. Lelaki tua penjaga sekolah yang pada akhir film dia mengakhiri hidupnya sendiri.

Sampai akhir tidak diceritakan siapa Lucy, "Lucy" atau "Louisa". Kenapa orang tua, rumah, kedai es krim dan sekolah Jake nampak begitu magic. Saat lelaki tua penjaga sekolah itu meninggal, berakhirlah film.

Ini adalah sebuah penggambaran dari.. mm.. kalau kalian pernah dengar sebuah quote, "banyak orang meninggal di usia sangat tua, tetapi beberapa dari mereka sebenarnya sudah meninggal jauh sebelum itu". Tentang matinya mimpi dan ambisi di usia muda yang akan menyiksa seumur hidup.

So, I feel the need to edit this post.. hehe.. karena saya baru baca novelnya. Buat kalian yang belum nonton dan tertarik dengan dunia psikologi, mental illness, dan semacamnya, mungkin baca novelnya bisa mempermudah pemahaman terhadap film ini. Karena walaupun diambil dari novel berjudul sama, tetapi Charlie Kaufman sang sutradara sendiri yang menulis naskah filmnya, sehingga walaupun konteks filmnya sama, tetapi agak berbeda secara detail. Mungkin karena dalam film semua harus divisualisasikan, sedangkan dalam novel, segala sesuatu tergantung pada imajinasi dan pemikiran pembaca. SPOILER ALERT!! Inti cerita sebenarnya ada pada Jake yang tiba-tiba mengalami mental breakdown yang tidak disembuhkan, tidak dijelaskan kenapa dan bagaimana. Depresi berkepanjangan ini yang membuatnya menunda, membatalkan, membiarkan, meninggalkan segala sesuatu dalam hidupnya, hidup sendiri dan menciptakan karakter-karakter lain dalam kepalanya. Yah, setelah baca novelnya akhirnya saya paham dan semakin dumbfounded. Profesi Lucy atau Louisa berubah-ubah karena di kehidupan nyata, Jake tidak sempat mengenalnya lebih jauh. Mereka pernah bertemu di sebuah acara dan Jake menyukainya tetapi tidak berusaha untuk berbicara pada wanita itu.

Haha.. I mean, I feel like, this Jake person could be me! Saya yang kadang kurang nyaman berkomunikasi atau bertemu orang. Dari novel ini saya jadi tahu, kebiasaan seperti itu ternyata berakibat buruk kalau dibiarkan berlarut-larut.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...