Kamis, 10 September 2020

TENTANG COMING OUT

Baru-baru ini saya lihat di berita, Oscar Lawalata menyatakan diri sebagai transgender. Berbeda dengan banyak orang lain di dunia ini, Oscar baru menyatakan diri di usianya yang sudah matang. Yang berarti proses menuju ke sana pastilah sangat sulit. Walaupun yah bisa kita lihat Reggy Lawalata dan Mario Lawalata selama ini sangat suportif pada Oscar. Tapi.. mungkin memang buanyak pertimbangan yang harus dihitung-hitung lagi.  Dan di usia segitu, saya yakin Oscar sudah benar-benar matang memikirkan segala macam konsekuensi untuk keputusannya. Ini bukan masalah ganti mata kuliah yang beberapa minggu lagi bisa dibatalin, gaes.. 

Anyway, sepertinya sudah sering saya utarakan pendapat saya tentang LGBT. I know, my religion against it. And so does other religion. Karena agama saya juga berasal mula dari agama yang lain, maka seharusnya isinya sama. Dan saya tahu bahwa seharusnya, apabila saya religius dan mau masuk surga, maka saya harus bertindak seperti yang tertulis dalam agama saya. Bukannya mau murtad atau membangkang, tapi menurut perasaan saya, saya mendukung orang yang ingin bahagia. Apapun yang membuat orang bahagia. Kita mau jadi atheis, mau ikutan cult, mau bungee jumping dari burj khalifa, mau buat video mesum, mau mendonasikan seluruh harta untuk anak yatim. Terserah. Selama itu benar-benar membuatmu bahagia. Bukan sekedar untuk dapat likes. Tapi kalau dengan mendapat likes kalian jadi bahagia, maka lanjutkanlah. Intinya, setiap manusia diciptakan berbeda. Kita tidak bisa tahu apa yang dirasakan orang. Itu pribadi masing-masing, tanggung jawab masing-masing. 

Apakah kita tidak wajib mengingatkan? Ada yang bilang bahwa, the worst thing you can do about a situation is nothing. Itu sebuah quote. The thing is..  I love to see people happy.

I'm not against it, tetapi tidak lantas saya suruh orang lain jadi LGBT juga. Do anything you want, anything that pleased you. As long as you are happy. Mungkin karena saya pernah berada di situasi serupa. Orang tua saya membesarkan saya sebagai wanita. Tapi tubuh saya nampak seperti laki-laki. Saat saya tidak memakai seragam sekolah, bahkan saat rambut saya sepunggung, orang masih mengira saya laki-laki. Karena saya suka memakai baju ayah atau kakak. Ditambah lagi saya tidak segera menikah, bahkan tidak punya cowok. Seperti tertulis di jidat saya bahwa saya lesbian. Just FYI, itu bukan perasaan saya saja. Karena memang ada yang berpendapat demikian. True story. You see.. saya tidak mengalami pertarungan batin seperti para transgender dimana mereka merasa berada dalam tubuh yang salah. But I know how it felt like, saat orang asing menganggapmu sebagai gender yang berbeda. Was I not pretty enough? Was I different than any other girl? Apakah saya tidak pantas dicintai? Maka bayangkan perasaan itu, ditambah dengan perasaan berada dalam tubuh yang salah. Berbeda dengan cewek maskulin, cowok yang feminin biasanya mendapat bully-an lebih keras. In their whole life. 

43 tahun. Bayangkan, 43 tahun Oscar menghadapi itu semua. Tapi dia sukses menjadi designer top kebanggaan Indonesia. Bukan pengejar likes atau pengejar popularitas dunia maya. Dia sukses menjadi dirinya sendiri. 

Saat pertama kali masuk kampus ini, kami tiba-tiba diundang ke sebuah kelas edukasi LGBT, karena ini adalah negara yang melegalkan LGBT. Pengajar adalah seorang pengacara kaum LGBT. Dia menyatakan bahwa kita tidak boleh mengkotak-kotakkan orang hanya laki-laki dan perempuan. Bahwa selama ini gender itu ditentukan sejak lahir oleh orang tua kita, sementara kita tidak diberi kesempatan untuk memilih sendiri mau bergender apa. Kenapa laki-laki tidak boleh masuk toilet wanita atau sebaliknya? Maka selama di negara ini kita tidak boleh menertawakan apabila ada laki-laki atau perempuan yang kesasar masuk toilet. It's an all gender toilet.

Ini yang belum bisa saya terima. Why? Bukannya saya tegakan mereka dibully saat masuk toilet yang "salah". Bukan juga karena mungkin saya akan risih berada di toilet cowok karena kadang ada mereka  yang jorok. Emangnya cowok juga gak bakal risih masuk toilet cewek? Emang cowok-cowok siap kalo tiba-tiba masuk toilet all gender terus liat ada pembalut kotor? 

Dan pawai LGBT. LGBT parade. Why? Why? Kenapa mereka pakai kostum seperti itu? Bukankah dengan kostum seperti itu mereka semakin ingin dianggap sebagai badut? You guys want people to think that you are clowns? We.. human, we use normal dress. If you are dying to show that much of your skin or body parts, then you probably not any of the LGBT. You might be an exhibisionist.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...