Minggu, 09 Maret 2014

APA KABAR?

Televisi. Barang elektronik yang perkembangannya nyaris menyaingi handphone. Kubus besar yang dulu mengisi 2/5 ruang keluarga, sekarang menempel di dinding bak frame foto ukuran jumbo. Ada yang layar sentuh, android, bisa sms, bisa telpon, apalah.. Saya tidak punya. Bahkan yang bentuknya kubus. 
Waktu pertama nyampe di sini, saya dapat dua teman jurusan ilmu sosial politik budaya. Mereka berdua sama-sama asal kota besar, jadi, ibukota propinsi yang masih sepi ini merupakan satu masalah serius untuk mereka. Saat kami berteduh di dalam toko buku menunggu hujan reda, melihat ke jalan sepi, hanya beberapa kendaraan lewat. Salah satu bilang, "Wah, kaya'nya harus beli TV nih, kalo tiba-tiba di Jawa sana pemerintah bilang Indonesia bubar, kita bisa-bisa nggak tahu..". Saya hanya ngakak mendengarnya. 
Sekarang baru sadar kalau dia mungkin saja benar.
Beberapa hari lalu seseorang teman kampus bertanya, "Eh, gimana sih tu ceritanya Bu Risma?". Dia bertanya karena tahu kalau saya dari propinsi yang sama dengan Bu Risma. Tri Rismaharini, walikota Surabaya. Satu-satunya pejabat wanita yang tampil apa adanya, nggak seperti anggota DPR atau istri-istri pejabat yang selalu tampil bak sosialita. Hanya itu saja yang saya tahu. Masalah apa yang menimpa beliau sekarang, saya tidak tahu. Jadi hanya saya jawab, "Eeemmm...nggak tahu..hehe..nggak punya TV sih.. hehe..".
Ada lagi yang dalam apel pagi tiba-tiba teman-teman membicarakan seorang ustad kerasukan setan bernama Hariri. Saya cuma bisa, "Ooo.. hhii..ngeri banget ada ustad kaya gitu..".
Teman: "Mbak, gimana kabarnya DePe? Jadi masuk penjara ya dia?", 
Saya: "Haahh?? beneran?"
Teman: "Huuhh.. sebel..Dude jadi nikah!"
Saya: "Sama siapa, mbak?"
Teman: "xxx JKT48 keluar loo.."
Saya: (dalam hati) nggak paa kaya'nya, masih ada 47 ini..
Teman: "Emang laki-laki kurang ajar itu si FA. Cewek cantik gitu kok mau aja sih!"
Saya: "Wanita emang suka tantangan.." - walaupun nggak ngerti siapa wanita yang sedang dibicarakan.
Sebenarnya nggak punya TV bukanlah sebuah alasan, semua berita ada di world wide web. Hanya saja, televisi adalah yang membuka topik, karena TV lebih hidup dengan pembawa acara. Lewat TV saya jadi tahu mana berita yang lagi hits dan mana yang nggak.
Dan akhir-akhir ini di internet sedang heboh berita pembunuhan Ade Sara oleh mantan pacarnya, dibantu pacar barunya. Gile, bisa jadi cowok paling sulit move on of the year tuh.. Saya nggak tahu semua itu sebelum orang lain menyampaikan pada saya. Kalo buka internet biasanya langsung donlod lagu, film, cari materi. Buka yahoo id palingan liat nominasi Golden Globe, Academy Award, film yang lagi maen di bioskop.. (sorry..)
Walaupun sangat ketinggalan berita, saya masih malas beli TV. Nonton TV itu capek. Nonton berita, isi denial koruptor-koruptor, kerusuhan, pembunuhan, artis rekreasi ke luar negeri, acara joget-joget, acara hipnotis, debat caleg, cagub, capres yang penuh janji, sinetron ratusan episode, sinetron bullying abege.
Bukannya nggak peduli dengan keadaan negara, tapi kalau yang mereka lakukan nggak berpengaruh apa-apa pada kehidupan saya dan keluarga, nontonnya malah tambah sakit hati, kecewa, iri. Terserahlah apa yang dilakukan orang-orang pemerintahan untuk mengambil hati masyarakat. Berapapun koruptor yang mereka tangkap. Saya nggak peduli. They showed us numbers! Mulai ratusan juta sampai puluhan milyar. Angka.. angka.. angka.. Dan setelah sekian banyak koruptor di dalam penjara, kenapa harga barang-barang belum ada yang turun?? Kenapa gaji buruh masih rendah?? Kenapa jaminan kesehatan masih belum benar? Setelah angka hasil korupsi disiarkan, kenapa tidak serupiah pun kembali pada rakyat?
Dan betapapun mereka sudah melakukan grebek penjara koruptor spesial LIVE, apa hubungannya dengan kami? Seandainya mereka punya kamar istimewa di penjara dan acara grebek malam itu menyita semua benda-benda mewah mereka, kemana perginya hasil sitaan? Apakah disumbangkan ke rumah anak yatim? Diberikan ke penghuni kolong jembatan atau disumbangkan ke daerah-daerah kumuh? Nonton semua cuma bikin capek.. Bikin sakit hati. 
Informasi memang penting, tapi menonton berita seperti itu sama dengan nonton Phantasm Oblivion - endingnya nggak jelas. Bikin nyesel beli tiket. 
Mending juga nonton film horor atau sci fi.. Mengisi otak dengan hal-hal nggak masuk akal lebih baik daripada mengisi otak dengan janji-janji. At least dalam film, kita tahu itu nggak bener-bener terjadi, bukan sesuatu yang dijanjikan di awang-awang.
Just FYI, saya nggak ikut pemilu tahun ini. Ada yang share di FB cara memilih dimana saja.. But..naahh.. i'll pass..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...