Jumat, 18 Desember 2015

PENGALAMAN PERTAMA

There's always be a first time for everything. Pertama jalan, pertama masuk sekolah, pertama pergi sekolah sendiri, pertama naik motor, pertama kerja, pertama jatuh cinta, pertama putus cinta, pertama jauh dari keluarga dan pertama-pertama yang lain. Saat pengalaman pertama itu meninggalkan kesan mendalam, maka kita akan menginginkan yang lebih lagi. Let me tell you about my first experience, snorkling.. 
Hari Minggu, Miss Winda mengajak kami pergi liburan ke ujung Pulau Moyo, yang dinamakan Tanjung Pasir. Dari Sumbawa kota, kami harus bermotor dulu selama kurang lebih setengah jam ke dermaga penyeberangan. Lalu dari tempat penyeberangan itu kami naik kapal nelayan setengah jam lagi, kalau kapalnya lagi nggak ngadat.. Kebetulan hari itu kami mendapat pengalaman berharga dimana kapal berkali-kali ngadat di tengah laut dalam dan menabrak kapal penolongnya. 
Saya bukan ahli mesin, motor error pun saya nggak ambil pusing. Kalau orang bengkel bilang diganti ini itu, langsung saja saya iyakan. Apalagi ini mesin kapal, semakin lah saya tidak ambil pusing. Si empunya kapal sampai bercucuran keringat berusaha memutar pemicu motor kapal dan berkali-kali nyebur ke laut untuk menyegarkan diri, kami malah foto-foto dan ketawa ngakak-ngakak di tengah laut yang sepi.. Untung saja ombaknya sedang tenang karena masih pagi. Saat kapal penolong datang, tiba-tiba motor kapal kami kembali bekerja, dan si nahkoda belum kembali ke kursi pengendalinya, sehingga kapal berjalan tanpa komando, menabrak kapal penolong. Ngerinya lagi, salah seorang dari kapal penolong itu nyebur ke laut untuk melihat entah apa, dan nyaris tertabrak tepat di kepala. Alhamdulillah hal itu tidak terjadi, walaupun penyeimbang kapal itu jadi patah. Ya Tuhan, kalau diceritakan kembali ternyata jadi terdengar mengerikan.
Alhamdulillah, setelah terombang ambing di laut lepas selama satu jam, kami akhirnya sampai juga di Tanjung Pasir. Tempat itu sudah biasa dikunjungi wisatawan domestik dan internasional karena dekat. Dan ada satu keluarga yang ditugaskan untuk menjaga tempat tersebut. Dan sepertinya orang-orang itu, baik penduduknya maupun wisatawannya masih belum sadar kebersihan. Entah kenapa di jaman informasi seperti ini, masih ada orang-orang buang sampah sembarangan. Mungkin mereka berpikir kalau sampah yang mereka buang itu akan menghilang dari muka bumi begitu saja.
Walaupun tidak sekotor gili di Probolinggo, sampah-sampah itu tetap saja mengganggu pemandangan.
Anyway, walaupun pantainya tidak terlalu menarik, menurut info orang-orang yang hobi snorkling, pemandangan bawah laut Tanjung Pasir adalah yang terbaik di Sumbawa. Sebagai orang yang sama sekali tidak bisa berenang, entah dari mana saya mendapat ide untuk snorkling. Jangankan berenang, telinga kemasukan air saja saya sudah panik. Tapi karena kata orang-orang itu, bisa snorkling pakai pelampung, akhirnya saya tergoda juga. 
Pelampung dan alat snorkling sudah terpasang. Pertama kalinya saya masuk sampai ke bagian laut yang agak dalam. Selama ini saya hanya maen air di pinggir pantai. Dan masha'allah perasaan saat itu. Mixed feeling. I suddenly realize my deep water phobia. Bahwa ternyata saya punya ketakutan saat kaki tidak bisa menyentuh tanah. Somehow I believe that the gravity will drag me down. Tapi perasaan itu datangnya terlambat, saya sudah hampir sampai di bagian laut dalam, dimana kaki saya tidak lagi bisa menyentuh dasar laut. Kalau kaki saya menyentuh dasar laut, berarti saya tenggelam. Panik tiba-tiba datang menyerang, membuat saya berpegangan erat pada instruktur snorkling - Mas Ario. Dilihat dari namanya, pasti beberapa dari pembaca langsung membayangkan sosok seperti Ario Bayu. Instruktur snorkling ganteng, berbadan tinggi tegap berkulit eksotis. Kalian tidak salah. Mungkin kulit eksotisnya yang agak kurang tepat, karena mas ini berkulit terlalu putih untuk seorang yang suka maen di laut.
Sang instruktur menyuruh saya menenggelamkan kepala ke dalam air untuk mengecek apakah ada air yang masuk ke dalam kacamata snorkling. Berlatih bernafas dengan mulut, lalu membiarkan badan dibawa pelampung dalam posisi tengkurap. Saya masih panik, dan tiba-tiba disuruh memasrahkan diri pada pelampung. God, please help me.. Karena sudah tidak bisa mundur lagi, dan mengingat harga sewa alat snorkling, saya hanya bisa berdoa. Untungnya Mas Ario, Miss Winda dan Mbak Winda berbaik hati bersnorkling di dekat saya, saling berpegangan. Sungguh, pertama kali memasukkan muka ke dalam air, it felt like, "ok, so this is the end.."
But it's not.. Saya malah dihadapkan pada sebuah pemandangan bawah laut yang sangat menakjubkan yang selama ini hanya bisa saya lihat di TV. That was such a great experience. Warna warni terumbu karang yang masih hidup, kembang kempis, ikan-ikan laut berenang bebas kesana kemari. How come you don't believe in God?
Perasaan takut itu masih ada, apalagi saat tidak ada seorangpun di dekat saya. Mixed feeling yang bener-bener mix. Saya tidak bisa berhenti terkagum-kagum dengan pemandangan baru itu, dan juga tidak bisa menghilangkan perasaan takut terbawa ombak, tenggelam, air masuk ke dalam kaca snorkling, dan lain-lain..
Ada insiden, dimana mbak Wawat yang bisa berenang, tiba-tiba panik dan nyaris tenggelam. Dia berpegangan pada kami yang sama-sama tidak bisa berenang. And that was chaotic moment. Akhirnya masuk juga air laut ke dalam hidung. Kami menepi sebentar untuk membawa mbak Wawat dan minum air mineral. 
Setelah istirahat sebentar, kami kembali ke tengah laut. Sebenarnya saya tidak mau, karena sudah beberapa kali menginjak karang, takut merusaknya. Tapi karena dipaksa-paksa dan masih penasaran, akhirnya berangkat juga. Ternyata Mas Ario mengajak kami lebih ke tengah laut, dimana terumbu karang dan ikannya jauh lebih padat dan indah. Terumbu karang berukuran lebih besar dan hewan laut yang lebih beraneka ragam. Sayangnya kami tidak punya kamera yang bisa dipakai dalam air. Tadinya sih mau bawa plastik buat kamera biasa. Tapi takut plastiknya robek pas masih di dalam laut. Hehe..

(foto semua punya mbak Wawat Rodiahwati)
Kami terlalu jauh ke tengah laut. Dan saya yang tidak pernah berenang, mulai tidak nyaman bernafas dengan mulut, perut jadi sakit. Alat snorkling mulai membuat gusi lecet. Mungkin saya yang salah pakai. Kami pun segera menepi. Sungguh pengalaman yang tidak akan saya lupakan dalam hidup. Selama ini saya hanya pergi ke tempat-tempat tinggi, untuk melihat alam Indonesia dari atas. Mendapat kesempatan untuk melihat indahnya laut Indonesia, saya hanya bisa berkata, Alhamdulillah.. =)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...