Sabtu, 27 Desember 2014

PERJALANAN PENGGUGAH NASIONALISME

Akhirnya ada kesempatan mendokumentasikan perjalanan yang ini..
Perjalanan 4 bulan lalu, sepulang dari Kendari. So, I was between jobs, dan ada liburan 17 Agustus. Maka beberapa hari sebelumnya, saya pergi ke Malang. Numpang tidur di kos Indah Peyek (mantan kos saya juga sih..). hehe..
16 Agustus 2014 pagi kita jalan-jalan keliling Malang dan Batu. Mampir ke Museum Angkut yang katanya epic beuuddhh, dan ternyata harga tiketnya juga nggak kalah epic. Mungkin di dalamnya emang bagus, tapi untuk kami berdua yang sama-sama nggak begitu doyan foto, harga segitu sepertinya agak keterlaluan. Akhirnya cuma numpang foto di depan pintu masuk. Haha!
Dari Museum Angkut, kami pergi ke tempat wisata murah meriah, masih di kota Batu - Eco Green Park. Tempat wisata edukasi. Sumpah keren banget.. Nambah ilmu lah kalau di sana. Dan dengan harga tiket segitu, banyak sarana dan permainan gratis yang bisa dinikmati.

Malamnya, kita berdua mulai ngarang-ngarang lagi mau pergi kemana yang murah meriah.
17 Agustus, 69 tahun lalu calon presiden pertama didampingi pemuda pemudi Indonesia, membacakan teks proklamasi. Serangkai kalimat sakti yang membebaskan Indonesia dari penjajahan bangsa asing. Dan sudah 11 tahun lalu, terakhir saya mengikuti upacara peringatan hari lahir Indonesia ini. Dan entah sudah berapa puluh tahun lalu, nesionalisme hilang dari diri kami.
"Ke Blitar yuk?", sebuah ide gila dan ngawur, mengingat jarak Malang - Blitar sekitar 76 km, kami berdua sama-sama nggak punya saudara atau teman di sana, transportasi agak susah, dan nggak tahu jalan. Just FYI, in case kalian lupa. Blitar adalah makam Bung Karno a.k.a Ir. Soekarno, tokoh jenius Indonesia, bapak proklamasi, revolusioner, anti kemapanan (hehe..). Blitar adalah tempat peristirahatan terakhir Bung Karno. Walaupun beliau tidak dilahirkan di sana (katanya), tetapi ini adalah keputusan Presiden Soeharto pada masa itu (katanya juga).
Nekat, kami pun pergi, dengan satu anggota lagi - Huda (adik angkatan jaman kuliah). Dengan doa, semoga perjalanan kali ini bisa meningkatkan nasionalisme. Berangkat setelah subuh, kami mampir sebentar di bendungan Karangkates dan wisata telaga rambut monte.
Dan sekitar 30 menit kemudian, sampailah kami di kota Blitar. Tentu saja, pertama memasuki gerbang "Selamat datang di Blitar", kami sama-sama celingukan mau kemana. Kami bukan tipe traveller hiTech. Masih belum berani mengandalkan GPS sepenuhnya. MAsih setia dengan moto, "Malu bertanya, disesatkan GPS"
So, setelah tanya kesana kemari jalan menuju makam Bung Karno, akhirnya kami menemukan jalan utama. Jalanan sepi untuk ukuran independence day, di tempat yang menyimpan segudang sejarah. Nggak seperti di film-film saat 4 Juli.
Ternyata saya salah. Orang-orang di sini masih menghargai hari bersejarah kemerdakaannya. Di tempat saya, pawai menggunakan baju adat setiap tahun sudah diganti oleh pawai mewah bertaraf internasional dengan kostum yang bahkan tidak jelas menggambarkan apa. Bukannya tidak bangga dengan prestasi internasional itu. It's just.. sometimes I miss the good old days.. Untunglah, di sini kami masih menemukannya. Pawai menggunakan baju adat, yang mana barisan berakhir di makam Bung Karno, diiringi pembacaan puisi penggugah nasionalisme dengan sangat emosional.
Inilah museum dan perpustakaan yang dibangun di area makam Bung Karno.


Saya bukan MArio Teguh yang bisa menggugah nasionalisme pendengar atau pembaca lewat kata-kata. Ada satu quote Ir. Soekarno yang menarik tentang nasionalisme:
“Nasionalis yang sedjati, jang nasionalismenya itu bukan timbul semata-mata suatu copie atau tiruan dari nasionalisme barat akan tetapi timbul dari rasa tjinta akan manusia dan kemanusiaan”
Sukarno, Di Bawah Bendera Revolusi 
dicopy dari http://www.goodreads.com/author/quotes/661589.Sukarno
Dari perjalanan kali ini, kami baru sadar kalau ternyata nasionalisme itu bukan hanya tentang menjadi pejabat pemerintahan atau melakukan upacara setiap hari Senin dan hari kemerdekaan, berorasi, mendemo tiap kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan hati, tapi juga tentang mencintai sesama manusia.. mm.. dan alam sekitar kalau saya boleh menambahkan. =)
Anyway.. sepulang dari makam, kami mampir sebentar ke Candi Penataran yang letaknya tidak jauh dari sana.
Menurut WIkipedia,
Nama asli candi Penataran dipercaya adalah Candi Palah yang disebut dalam prasasti Palah, dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa yang memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 – 1200, sebagai candi gunung untuk tempat upacara pemujaan agar dapat menangkal atau menghindar dari mara bahaya yang disebabkan oleh Gunung Kelud yang sering meletus. Kitab Negarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca menceritakan perjalanan Raja Hayam Wuruk, yang memerintah kerajaan Majapahit antara tahun 1350 – 1389, ke Candi Palah untuk melakukan pemujaan kepada Hyang Acalapat, perwujudan Siwa sebagai Girindra (Giri Indra, raja penguasa gunung).
Kesamaan nama Girindra yang disebut pada kitab Negarakretagama dengan nama Ken Arok yang bergelar Girindra atau Girinatha menimbulkan dugaan bahwa Candi Penataran adalah tempat pedharmaan (perabuan) Ken Arok, Girindra juga adalah nama salah satu wangsa yang diturunkan oleh Ken Arok selain wangsa Rajasa dan wangsa Wardhana. Sedangkan Hyang Acalapati adalah salah satu perwujudan dari Dewa Siwa, serupa dengan peneladanan sifat-sifat Bathara Siwa yang konon dijalankan Ken Arok.

Negara kita juga punya sejarah yang tidak kalah hebat dengan negara lain seperti Roma, Yunani atau Cina. Ada seorang tokoh pemerintahan yang pernah berkata, "Kalian bisa mengatakan Indonesia hebat, karena belum pernah melihat kehebatan negara lain. Kalau sudah pernah melihat negara lain, pasti kalian akan berpikir dua kali untuk mengatakan Indonesia hebat."
Saya kurang mengerti kemana arah pembicaraan tokoh ini. Mungkin beliau bangga karena sudah sering ke luar negeri, mungkin beliau menyarankan agar kami sering-sering jalan-jalan ke luar negeri, mungkin menyarankan agar kita tidak lagi berbangga-bangga mengatakan Indonesia hebat, atau mungkin beliau mengajarkan agar kita lebih rendah hati karena di atas langit selalu masih ada langit. 
Anyway, melihat alam Indonesia, melihat peninggalan-peninggalan sejarahnya, kita kaya.. Kalau kata Bung Karno,
“Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita”
Sukarno
dicopy dari www.goodreads.com/author/quotes/661589.Sukarno 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...