Minggu, 28 Desember 2014

WHAT IS FEAR?

You're not scared of the dark, you're scared of what's in it
You're not scared of heights, you're afraid of falling
You're not afraid of people around you, you're afraid of rejection
You're not afraid to let go, you're just afraid of accept the fact that it's gone

Well said and totally true..Saat lampu mati di siang hari, kita baik-baik saja. Perasaan jadi memburuk saat hari semakin gelap. Bukan karena gelap, tapi karena otak tiba-tiba memunculkan gambar-gambar seram dari film-film horor yang pernah dilihat. Wanita bergaun putih bermata merah, atau sosok hitam besar berdiri di belakang kita?

Saya seringkali dianggap pendiam saat pertemuan pertama. Ayah dan Ibu bahkan tidak yakin kalau saya bisa hidup bersosialisasi. Keluarga saya selalu berpikir kalau saya takut pada orang lain, tidak suka bicara dengan sesama manusia. Mereka benar. Saya bermasalah dengan lingkungan sosial, tidak suka keramaian, takut bertemu orang baru, tidak mau berbicara di telepon dengan orang tidak dikenal, berteman dengan orang itu-itu saja, karena apa? Karena merekalah yang menerima apa adanya. Saat kecil dulu saya sering dibully secara psikologis oleh beberapa anak karena bertubuh kurus kecil dan pendiam. Walaupun beberapa tahun kemudian saya yang tertawa penuh kemenangan karena tumbuh lebih tinggi dari mereka, tapi masih ada sisa trauma akan penolakan sekelompok orang. Apalagi kalau bertemu orang-orang baru. Apakah mereka akan menyukai saya? Apakah mereka suka dengan cara bicara saya? Apakah mereka melihat cara saya berpakaian? Apakah mereka berharap saya tidak bertahan lama di sini?
Turut berduka dengan hilangnya pesawat Air Asia QZ8501, semoga hanya kesalahan teknis sementara (saya belum lihat berita terbaru karena nggak punya TV). Seandainya memang hilang, semoga segera ditemukan, diberi keselamatan. Seandainya tidak selamat, semoga mendapat tempat yang baik di sisiNya dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.
Saya berencana pulang 3 minggu lagi menggunakan maskapai yang sama, karena harganya yang memang lumayan lebih murah. Ada ketakutan tentu saja. Tapi bukankah kematian adalah takdir? Bukannya saya congkak, merasa kalau sudah cukup amal ibadah sehingga siap mati. Siap atau tidak siap, itu akan terjadi. Amal sudah cukup atau belum, kalau sudah waktunya mati ya mati aja.. Dengan maskapai itu atau tidak, lewat jalur udara, darat atau laut, kalau memang sudah takdirnya, mau dibilang apa?
Selalu berkali-kali meyakinkan diri tentang ini. Tetap saja, saat kematian di depan mata, ada usaha untuk menyelamatkan diri. Begitu juga saat turbulence di pesawat. Sering saya bilang pada teman-teman, "Mati karena kecelakaan pesawat itu mungkin lebih enak, karena pasti mati. Beda kalau kecelakaan di darat atau laut, masih berdarah-darah ke rumah sakit atau merasakan paru-paru meledak karena tenggelam nggak bisa renang.". Tapi saat ada sedikit turbulence, saya langsung memejamkan mata dan berdoa sebanyak-banyaknya. Baru sadar kalau kecelakaan pesawat adalah satu-satunya kecelakaan yang tidak bisa kita kontrol. Beda dengan kecelakaan di darat, dimana kita bisa agak menghindari sumber celaka atau menghentikan kendaraan. Di laut, bisa cari barang mengapung. Tapi di udara? Ya pasrah memang satu-satunya jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...