Sabtu, 20 Desember 2014

PLEASE BE GRATEFUL

Hari ini saya pergi ke kampus dengan mata setengah terpejam. Semalaman tidak tidur gara-gara tugas menumpuk yang sejak kemarin-kemarin tidak diselesaikan, membuat saya terpaksa banyak minum kopi. Jarak dari rumah ke kampus sangat jauh, dan tidak ada teman yang tinggal dalam jarak kurang dari 300 meter. Mau tidak mau, saya harus pergi sendiri. Apalah gunanya bercangkir-cangkir kopi kalau tugas-tugas ini tidak dikumpulkan juga?
Matahari sudah tinggi, menambah rasa ingin menutup mata saja. Tapi ibu itu akan segera memulai pertemuan beberapa menit lagi. Ah sudahlah. Dengan mengaktifkan sistem autopilot, saya berangkat ke kampus. Tidak disangka, di tengah perjalanan, sistem autopilot mengalami gangguan teknis - tidak mendeteksi tikungan berpasir. Tidak terhindarkan lagi, saya tergelincir dengan sebuah truk dengan kecepatan sedang, siap menangkap di belakang. Oh Tuhan, apalah kataMu, saya hanya seorang hamba yang lalai.
Saat membuka mata, samar-samar terlihat wajah cemas ibu, adik, dan beberapa orang berdiri di sekitar saya. Bau khas rumah sakit memenuhi ruangan. Dari jauh terdengar suara beberapa teman. Beberapa saat kemudian mereka bergantian melihat keadaan saya yang tergeletak tidak berdaya.
Sial sekali, sudah tidak tidur, celaka, tugas dan tas hilang entah kemana. Kaki kanan sakitnya ampun-ampunan, kepala pusing seperti baru dipukul godam malaikat Munkar Nakir. Baru saja sadar, Ibu dengan tersedu memberi kabar kalau kaki ini harus dipasang pen karena patah dan retak di beberapa bagian. Aih sialnya.. Lebih parah lagi, kata dokter, saya tidak boleh main sepak bola sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Cobaan apa ini Ya Tuhan??
Sambil menunggu giliran operasi, dikelilingi tamu-tamu teman ayah dan ibu yang tidak berhenti berkunjung. Saya malas mendengar mereka memberikan ucapan simpati dan kalimat "semoga lekas sembuh". Sangat tidak penting. KArenanya saya memilih nonton televisi saja. Oh, rupanya berita Palestina kembali "in". Setelah pilpres, persalinan LIVE dan berita-berita pengalih lainnya, berita ini akhirnya muncul lagi.
Tone khas BBM berdenting pelan, mengalihkan perhatian saya. Ternyata seorang teman mengirim video. Biasanya saya malas mendownload video dari BBM atau WA, makan banyak pulsa. hehe.. Tapi karena tidak ada kerjaan, yaahh.. akhirnya didownload juga.
Ternyata video keadaan perang di Palestina. Sungguh ngeri. Bom setiap saat, susah sholat, masjid dikuasai, anak-anak tertembak. Miris..miris sekali. Bagaimana rasanya hidup di tempat yang setiap menitnya dihebohkan suara bom? Bahkan tempat ibadahpun jadi sasaran. Sempatkah mereka menonton TV? Sempatkan mereka saling berbalas SMS? Bisakah mereka sholat saat idul fitri atau idul adha? Bisakah mereka makan dengan tenang tanpa ketakutan rumah akan jadi sasaran bom selanjutnya? Bisakah anak-anak bermain di jalan tanpa takut diculik untuk diambil organ dalamnya atau dijadikan bom manusia? Bisakah wanita jalan ke pasar tanpa khawatir ditangkap dan diperkosa beramai-ramai? Sempatkah bapak-bapak duduk santai minum kopi tanpa ditemani senjata api? Bagaimana dengan sekolah? Anak-anak itu bahkan belum sempat mengenal huruf untuk mengetahui indahnya sastra, timah panas sudah menembus kepala. Tenangkah mereka saat sholat? 
Mata beralih dari layar hp ke kaki yang dibungkus perban. Apalah artinya deritaku ini dibanding mereka? Saat terjatuh kemarin, pengemudi truk di belakang langsung turun dari truknya dan mengajak warga sekitar menolong saya yang sudah tidak sadarkan diri. Bisa-bisanya saya menganggap diri sebagai yang paling sial. Sungguh.. tidak ada seujung jari perbandingannya. Marilah bersama kita doakan saudara muslim yang sedang berjuang di sana. Semoga Allah memberikan jalan terbaik bagi mereka. Amiiinn..

(tokoh di cerita ini hanya fiktif, terinspirasi dari seorang teman.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...