Minggu, 02 April 2017

SENSOR ACARA/FILM TV

Saya mengalami masa anak-anak di tahun 90an. Dimana sangat minim sensor film/acara TV. Di masa itu, anak-anak nonton warkop DKI atau film Kadir Doyok yang penuh cewek berbaju ketat, mini, belahan kemana-mana, sudah biasa. Hampir semua film anak-anak juga mengandung unsur kekerasan, karena berisi pertarungan. Seperti Ultraman, Sailor Moon, Power Rangers, film-film vampire, film Bobo Ho, dan masih banyak lagi. Di masa saya sekolah juga tidak ada bullying. Yah, paling tidak di tempat saya sekolah, tidak tahu kalau di kota lain. Dan inilah kami yang dewasa, masih hidup normal, tidak lantas jadi preman atau pembully. Mungkin ada yang jadi preman, tapi saya yakin itu bukan karena nonton Ultraman.
Entah sejak kapan, tiba-tiba TV menyensor adegan-adegan yang dianggap provokatif. Adegan-adegan merokok, berkata-kata kasar seperti "bodoh", "bego", "gila", "sialan", "brengsek" atau "fuck", "shit", "dick" dalam film asing. "Haisshh" dan "Ya!" dalam bahasa Korea belum disensor karena mungkin tidak terdengar kasar. Adegan berdarah-darah, ciuman, sentuhan, apalagi adegan ML. Belahan dada mulai film manusia sampai film animasi, semua di blur. Bahkan film Spongebob sampai tidak bisa diikuti jalan ceritanya karena terlalu banyak dipotong.
Yang lucu adalah, TV-TV ini masih memaksa memutar film-film agak dewasa. Sehingga seperti menantang tukang sensor untuk kerja lebih keras. Pernah saya nonton film di salah satu stasiun TV, dimana berkali-kali muncul adegan pesawat sedang terbang untuk menutupi adegan porno yang juga berkali-kali.
Anehnya lagi, sepertinya sensor-sensor ini hanya untuk bagian tubuh wanita. Sebuah infotainment pernah menayangkan premiere Beauty and The Beast, dimana Emma Watson menggunakan baju dengan belahan dada agak terlihat, yang menurut saya sebenarnya si Emma Watson ini tidak terlalu seksi, walaupun dia super cantik. Dan TV itu menyensor belahan dada Emma. Setelah berita tentang premiere Beauty And The Beast, mereka menayangkan sneak peek Deadpool 2. Dalam trailer berdurasi sekitar 1 menit itu ada sosok Deadpool berganti kostum di dalam phone booth. Dan karena bajunya yang ketat dan phone booth yang sempit, tampaklah bokong si Deadpool nempel di dinding kaca phone booth selama beberapa detik. Dan itu, tidak disensor sama sekali. WTH??!!
Saking berlebihannya, bukan cuma rokok yang disensor. Bahkan orang menyalakan obor untuk mengasapi lebah pun, diblur. Memangnya anak kecil bisa jadi gay karena melihat obor berasap?
Semua rokok disensor, tapi iklan rokok masih terus tayang. Terserah lah ya..
Well, petugas sensor memang memikul tanggung jawab besar dalam hal ini. Kalau dia tidak menyensor, maka bisa jadi dia disalahkan kalau ada perkembangan mental anak-anak yang menyimpang. Semangatlah wahai tukang sensor acara! Jangan dengarkan komentar orang-orang macam saya. Ini generasi yang berbeda, anak sekarang mungkin tidak akan bisa hidup normal tanpa sensor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...