Minggu, 11 Juli 2021

FEAR STREET MOVIES (i prefer Goosebumps, tho..)

Ya.. saya paham, dua jenis buku itu memang beda rentang usia pembacanya. Goosebumps lebih pada usia anak-anak menjelang remaja. Sekitar usia elementary sampai awal SMP lah.. Sedangkan Fear Street lebih ke teenage readers, usia akhir SMP sampai high school. Sepertnya saya sudah pernah posting tentang how I love R.L. Stine's books, got super excited and thrilled when it comes to a live action movies. Film Goosebumps sama sekali tidak mengecewakan. Dan setelah 6 tahun, muncullah juga film adaptasi novel Fear Street. Once again, I was super excited. Bahkan sudah digadang-gadang akan keluar 3 seri. Fear Street Part 1: 1994, Part 2: 1978, Part 3: 1666. Maya Hawke dan Sadie Sink dari Stranger Things adalah dua nama yang familiar di telinga saya. 

https://www.popsugar.com/entertainment/photo-gallery/48331008/image/48331103/Fear-Street-Trilogy-Teaser-Poster

Dan release lah Part One: 1994, rating di IMDB saat itu sekitar 6.9/10. Wow.. Itu adalah score film amat layak tonton. Tapi saat saya cek lagi kemarin, agak turun jadi 6.2. Yah, masih lumayan lah, di atas 6. Maka nontonlah saya, dan.. mm.. agak kecewa sih.. Maaf, setelah Freedomland, sepertinya kali ini saya kurang setuju dengan rating IMDB. Sebagai fans berat R.L. Stine, mungkin hanya saya yang tidak suka dengan adaptasi ini. And I will tell you later, di akhir posting ini, tentang "kemungkinan" kenapa rating IMDB untuk film ini sangat tinggi. 

Feels yang saya rasakan saat baca novelnya bener-bener gak ada. Setting tahun 90an, film diawali dengan adegan pembunuhan di Shadyside mall dengan scenes sangat mirip dengan Scream (1996). As a 90s kids, ingat kan bagaimana film Scream memasang muka Drew Barrymore di poster? Saat itu nama Drew sudah lebih tenar daripada aktor dan aktris lain di film tersebut. Tapi karakter yang diperankan Drew terbunuh di awal film. Sama dengan film ini, Maya Hawke yang menurut saya namanya lebih dikenal daripada yang lain, terbunuh di awal film setelah menerima telepon gelap. Just like Scream. Hanya saja Ryan Torres - pembunuhnya langsung ditembak mati saat itu juga. Saya tidak tahu kenapa mereka memakai adegan yang mirip. Apakah karena ingin membangkitkan keadaan di tahun 90an? Atau untuk fun? Atau kejadian horor di 90an selalu ditandai dengan telepon gelap? Atau untuk mocking? I absolutely have no idea. 

Deena, the main character di film ini, diceritakan sedang patah hati dan ingin melupakan mantan pacarnya -- Sam yang pindah ke Sunnyvale, tetangga dekat Shadyside. Ayah Deena adalah pemabuk dan ibunya entah dimana. Dia sering hanya tinggal berdua di rumah dengan adiknya - Josh. Deena is a hot headed girl. If you watched "She's All That" dan "10 Things I hate about You" (1999), dimana karakter kakak memang dibuat tidak sabaran pada adiknya, but totally affectionate. Cold but care. Tapi tidak untuk karakter Deena. She doesn't give a shit about his brother. Dia hanya peduli pada mantannya - Sam. Kepedulian yang berlebihan menurut saya. I mean, you supposed to write a love letter, not a hate letter after you break up. And to return some nostalgic love stuffs long after you broke up? WOW.. She's totally crave for Sam's attention, which is pathetic. 

Ternyata warga Shadyside dan Sunnyvale tidak akur. Pada suatu acara berkabung dengan meninggalnya dua remaja di Shadyside - Heather yang dibunuh oleh Ryan Torres, para remaja dari dua desa itu saling mencurigai. What the hell? Ini pembunuhan ya? You don't point finger to random people, kecuali kalian sesama orang bar bar. I don't know.. mungkin hanya perasaan saya saja. Anak-anak dalam film ini nampak anarkis. Is that how you guys picture us the 90s generation? Well, kalian akan banyak membaca komplain saya tentang film ini.. Anyway, setelah keributan di acara itu, anak-anak Shadyside pulang ke desa mereka dengan bus sekolah. Ternyata anak-anak Sunnyvale mengikuti di belakang dengan kecepatan tinggi, seolah akan menabrak bus mereka dari belakang. Deena melihat Sam di dalam mobil itu bersama pacar barunya. FYI, Sam ini bernama lengkap Samantha yang ternyata juga seorang cewek.

Melihat Sam, Deena kembali emosi. Dia mengajak teman-temannya mencelakai anak Sunnyvale itu dengan melempar termos es besar ke depan mobil mereka. See? Anarkis sekali kan? They were not possessed by anything! Just plain crazy. In 90s teen slasher movies, patah hati bukanlah alasan yang cukup kuat untuk membunuh orang. Contohnya Scream, dimana pembunuhnya mengejar Sidney untuk membalas dendam karena keharmonisan ayah ibunya dihancurkan oleh ibu Sidney. I know what you did last summer, pembunuhnya balas dendam pada sekelompok remaja yang menabrak dan membuangnya ke laut begitu saja. The Faculty, orang-orang jadi aneh setelah dirasuki alien. Disturbing Behavior, anak-anak menjadi anarkis setelah dicuci otaknya. Valentine, korban bully balas dendam pada teman-teman yang mempermalukannya saat masih SMP dulu. 

Pffhh.. haruskah saya lanjutkan ini? Hhh.. so, pacar Sam tidak bisa mengendalikan mobilnya sehingga keluar jalur dan jatuh ke jurang yang landai. Mereka tidak mati, hanya saja, Sam keluar dari mobil itu dengan berdarah-darah dan entah bagaimana dia bisa melihat penampakan sosok Sarah Fier, penyihir yang dibantai di masa lalu. Deena merasa bersalah telah menyebabkan Sam celaka, dan pergi menolongnya. Setelah kecelakaan itu, Deena dan dua sahabatnya - Simon dan Kate sering didatangi pembunuh-pembunuh dari masa lalu. Mereka hidup lagi mengejar mereka. Sudah lah, saya sudah malas lanjutin.

Sampai di sini saya bertanya-tanya, ini sebenernya adaptasi dari buku yang manaaaa??? Dan setelah saya cari online, di web https://www.denofgeek.com/movies/is-netflixs-fear-street-trilogy-based-on-a-specific-book/ dikatakan bahwa film ini tidak spesifik dari novel Fear Street. Sutradara hanya mengambil konteks novel-novel itu yang menurutnya, 

"There’s violence, there’s blood, there’s hints of sex. And then for me, just a lot of fun. They’re really, really fun to read"

Okaayy.. Jadi karena itu ceritanya tidak terlalu "RL Stine". One thing yang sejak awal membuat saya merasa bahwa ini kurang "RL Stine" adalah, saya langsung tahu siapa orang di balik topeng tengkorak itu. RL Stine was always full of plot twists. 

Saya rasa saya bukan satu-satunya yang banyak komplain tentang film ini. Kalau kalian buka trailer Part One, di sana banyak sekali komen komplain, entah dari segi cerita sampai penggambaran karakternya. So? Kenapa ratingnya tinggi? Menurut saya.. ini menurut saya ya? Kalian paham kan dunia saat ini lagi getol menyuarakan "LGBTQ Pride", all gender dan antiracism? Karena saya belum nonton Part Two dan Three, saya hanya bisa bilang, kalau Part One ini dipenuhi dua hal itu, dan mungkin itu yang menaikkan ratingnya. Kalau biasanya orang Afro-American dalam film kebanyakan digambarkan hanya menikmati music hip hop dan hanya berpasangan dengan sesama Afro-American. Di film ini Josh yang notabene seorang Afro-American, suka mendengarkan lagu punk rock dan make out dengan cewek non Afro-American. Dan yang paling kuat adalah bagaimana Deena memperjuangkan cintanya bersama Sam, sampai-sampai mengorbankan kedua sahabatnya dibunuh zombie-zombie pembunuh dari masa lalu. 

Whatever lah, mungkin saya akan nonton Part Two dan Three karena ada Sadie Sink.

Sepertinya posting ini akan berkembang dengan saya tonton dua parts selanjutnya. Anyway, karena penasaran dengan karakter dalam film 1994 yang katanya diambil dari buku Fear Street "Wrong Number", saya membaca ulang novel itu. Dapat dari mana? Yah, you know lah.. Turns out, karakter Deena dalam buku itu 180 derajat berkebalikan dengan Deena di film. I knew it! R.L. Stine selalu menaruh karakter-karakter cupu sebagai hero dalam ceritanya.

Part 2: 1978

Menceritakan C. Berman atau Ziggy, gadis yang selamat dari pembantaian di Camp Nightwing. Dimana saat itu satu temannya yang anak baik-baik tiba-tiba berubah jadi pembunuh gila, sama seperti yang menimpa Deena di tahun 1994. I was excited because of Sadie Sink. Dan, part 2 ini better lah. Walaupun saya masih tidak mendapat feel R.L. Stine-nya. So, Ziggy remaja di summer camp populer sebagai anak yang suka cari masalah. Hot headed, seperti Deena. Sehingga sering dibully sebagai turunan penyihir Sarah Fier. Kakaknya, Cindy Berman adalah pengurus summer camp bersama senior lain. Salah satunya Tommy Slater - pacarnya, dan Nick Goode - yang di 1994 sudah menjadi kepala polisi. Ziggy dekat dengan nurse Mary Lane. Anak Mary, Ruby Lane meninggal setelah membunuh teman-temannya dengan sadis. Setiap mengingat Ruby, Mary jadi aneh. Ziggy berusaha menceritakan ini pada kakaknya, tetapi kakaknya yang mudah stress tidak percaya, menyebutnya hanya membual dan  mencari perhatian. Sampai akhirnya Mary menyerang Tommy dan Cindy, mengatakan bahwa Tommy akan mati. 

Tommy yang lugu tidak bisa menghilangkan kata-kata Mary dari kepalanya. Untuk menenangkan Tommy, Cindy dan teman-temannya berusaha mencari tahu narkoba apa yang dipakai Mary sampai membuatnya teler seperti itu. Alih-alih menemukan narkoba, mereka malah menemukan diary aneh Mary yang berisi simbol-simbol, kalimat-kalimat mengerikan dan peta menuju suatu tempat. Alice- teman Cindy yang juga senior di camp itu, di bawah pengaruh narkoba, mengajak mereka mencari tempat dalam peta itu. Di sisi lain, Tommy mulai aneh. Dan setelah menemukan tempat dalam peta itu, yang ternyata seperti tempat pemujaan setan, Tommy menggila. Dia tiba-tiba mengambil kapak dan menyerang teman-temannya. Bahkan menyerang Cindy. 

Drama dalam sequel ini lebih mengena daripada 1994. Bukannya saya tidak suka drama queer, but when the love is too much, even if it's heterosexual relationship, I'll hate it. Drama di 1978 antara Cindy dan Alice, sahabat dekat yang menjauh dan didekatkan lagi oleh kejadian mengerikan ini. Drama antara Ziggy dan Nick, gadis aneh dan cowok populer. This kind of R.L. Stine drama that I love.

Di tengah keraguan saya akan ke"RL Stine"an film ini. Netflix memposting sebuah thread berjudul "A closer look at the fear street trilogy horror movie references" yang menjelaskan film-film yang dijadikan referensi di tiga seri Fear Street ini. Nah! I knew it! So, instead of referring to the books, they took classic movies as references. This is why I don't feel the "RL Stine" vibes in these movies..

I haven't told you about the sex scenes huh? OK, there were a lot.. so, watch your kids..

PART 3: 1666

Akhirnyaa.. bagus juga. haha.. Harus diakui bahwa film part terakhir ini jauh lebih bagus daripada film pertama. Dan paling bagus dalam trilogi ini. Dalam trilogi ini lo yaa.. Mungkin karena yang pertama menurut saya sangat gak jelas, yang kedua lumayan lah, maka yang ketiga ini memang jauh lebih menarik. Walaupun twistnya sudah nampak sejak film pertama, it's ok lah.. 

Di scene terakhir 1978, Deena terlempar masuk ke memory Sarah Fier di tahun 1666. Sarah Fier adalah seorang gadis biasa yang tinggal bersama adik lelaki dan ayahnya, sama seperti Deena. Desa tempatnya tinggal adalah Shadyside di masa lampau. Sebuah desa kecil yang penduduknya masih ratusan. Sarah dijodohkan dengan Solomon Goode, seorang pemuda baik yang juga sepertinya kepercayaan warga. Dilihat dari namanya, kita tahu bahwa Solomon adalah kakek moyang kepala polisi Shadyside - Nick Goode. Sayangnya, sama seperti Deena, Sarah juga seorang lesbian, dia tertarik pada Hannah Miller, anak pastur di desa itu. 

Dan sama seperti anak muda pada umumnya, mereka juga suka party. Teman Sarah - Lizzie dan Isaac, sama seperti Kate dan Simon di tahun 1995, mereka berdua juga suka mabok. Karena narkoba bentuk pil belum ditemukan di masa itu, maka mereka nyimeng dengan kearifan lokal, yaitu buah berry beracun yang bisa bikin teler. Buah berry ini hanya ditanam oleh the widow yang tinggal sendiri di tengah hutan. The widow ini adalah seorang wanita klenik, dukun desa. Saat menyelinap di rumah widow, Sarah menemukan sebuah buku ilmu hitam, dan membacanya sampai the widow datang mengusir mereka. Widow diperankan oleh nurse Mary Lane, yang ternyata memang dari generasi ke generasi agak terganggu jiwanya. 

Di 1666, menjadi lesbian bukanlah hal yang mudah. Bukan hanya di 1666, sampai sekarang juga bukan hal yang mudah. Hanya saja, di masa itu, hubungan sesama jenis bisa langsung dihujat sebagai penyihir. Itu yang terjadi saat mereka party di hutan, Sarah dan Hannah melakukan hubungan terlarang dan tidak sengaja disaksikan oleh seorang lelaki yang menyukai Hannah. Hannah merasa bersalah dengan perbuatan mereka, terutama karena ayahnya adalah seorang pastur dan ibunya sangat tidak menyukai Sarah. Sarah dan Hannah sadar kalau ada orang yang melihat perbuatan mereka, tetapi mereka tidak tahu siapa.

Keesokannya, Hannah diam-diam mendatangi Sarah lagi, ayah Hannah, Pastur Miller tiba-tiba berubah aneh. Dia meracau sendiri di kamar. Kejadian aneh lain mulai terjadi di desa itu. Induk babi milik keluarga Sarah tiba-tiba memakan habis anak-anaknya. Bangkai anjing diitemukan di sumur utama desa, hasil kebun membusuk, seolah-olah desa itu dikutuk. Pemabuk di desa itu - Mad Thomas tiba-tiba menunjuk Sarah sebagai penyihir yang sudah menyerahkan diri pada setan, melakukan perbuatan terkutuk yang menyebabkan bencana-bencana di desa itu. Sepertinya dia yang melihat Sarah dan Hannah bercinta di hutan malam itu.

Keanehan semakin menjadi dengan pastur Miller mengunci diri di dalam Gereja dengan semua anak-anak. Masih meracau, dan anak-anak duduk diam tertunduk di bangkunya. Seriously, that was the best scene in the whole trilogy.. Pastor Miller membunuh semua anak kecil di desa, dan warga mengutuk Sarah dan Hannah atas kejadian itu. Memang tidak masuk akal. hehe..

Selanjutnya adalah kejar-kejaran Sarah dengan seluruh warga desa. Solomon berusaha membantu mereka berdua, tetapi kalah suara.  Plot twistnya adalah yang kalian pikirkan sejak akhir film pertama. Yah, itu penjahatnya, orang yang terlintas di pikiran kalian saat itu. Dan sama dengan Conjuring 3, ini bukan film pembunuhan atau film hantu. Ini film santet, pesugihan. But yah, this one is the best in the trilogy..

Selamat nonton..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...