Kamis, 16 Desember 2021

LAST NIGHT IN SOHO (2021)

Baca judulnya aja udah classy banget yah? Kirain bakal jadi film musical macam LaLa Land, setelah tahu ini film horor, malah makin penasaran kenapa mereka pake judul begini. Highly anticipated mungkin karena ada si Anya Taylor-Joy yang lagi naik daun setelah Queen's Gambit. Eh, gak juga sih menurut saya. Mukanya yang unik emang sering muncul di film-film unik macam The VVitch, Split, Morgan.. Disutradarai oleh Edgar Wright yang sering bikin film diam-diam laris seperti Shaun of The Dead dan Scott Pilgrim. Selain Anya, ada juga si Thomasin McKenzie yang gak kalah menarik, karena berhasil menarik perhatian kita semua di Jojo Rabit dan Old.

Seorang gadis desa bernama Eloise (Thomasin) yang tinggal berdua dengan neneknya, suka sekali dengan segala sesuatu berbau 60s. Bahkan sejak awal film saya pikir ini film bersetting di sekitar 60s, karena saking jarangnya muncul gadget, lagu-lagu oldies dan juga kostum dan gaya rambut Eloise yang super oldies. Saya sadar itu bersetting masa sekarang setelah Eloise naik kereta modern dan memakai headset wireless. hahah.. Ely bercita-cita menjadi seorang designer dan di akhir masa SMA-nya, dia mendapat LoA dari London College of Fashion. 

    pic from: https://www.imdb.com/title/tt9639470/

Nenek Ely tidak berhenti mengingatkan betapa London adalah kota yang kejam, banyak orang jahat, dan jangan mudah percaya pada orang asing. Peringatan itu tentu saja tidak dengan mudah menghentikan langkah Ely. Dia pun akhirnya pergi dengan semangat dan harapan membara untuk menjadi seorang designer.
Sampai di London, Eloise sudah disambut oleh sopir taxi creepy dan teman kamar asrama yang tidak menyenangkan - Jacosta. Jacosta dan grupnya menganggap Ely orang udik dengan selera fashion buruk, apalagi setelah mendengar kalau ternyata ibu Ely meninggal bunuh diri. Ely tidak tahan dengan ejekan dan pergaulan Jacosta, sehingga dia memutuskan untuk mencari tempat kos. Tidak disengaja, Ely menemukan info kamar yang disewakan tidak jauh dari kampus. Dia pergi mendatangi rumah itu dan mendapati hanya ada seorang wanita tua tinggal sendiri di sana. Kamar yang disewakan ada di lantai 4. Sebuah kamar lumayan besar lengkap dengan perabotan yang nampak sama tuanya dengan si empunya rumah, sangat cocok dengan selera Ely. 
Sebuah kejadian magical terjadi. Malam pertama Eloise tidur di kamar itu, ditemani dengan lagu You're My World oleh Cilla Davis, Ely benar-benar dibawa memasuki era 60s. This is what I love from the movie. Saya adalah salah satu milenial yang terjebak di masa lalu, penyuka lagu-lagu oldies. Jaman SMA dulu, lagu-lagu 60s-70s selalu menemani tiap malam sebelum tidur, sambil membayangkan kehidupan classy di masa itu. Membayangkan ketemu dengan kakak kelas yang sedang dikecengin di masa itu. hahah.. Anyway, Ely juga mengalami hal yang sama, di kamar kos itu, saat malam tiba, dia tiba-tiba dibawa ke tahun 60an. Hanya saja dia melihat dirinya sebagai sesosok wanita lain yang memperkenalkan diri sebagai Sandy. Walaupun sama cantik, berbeda dengan Ely, Sandy adalah wanita yang sangat percaya diri, elegan, ekspresif dan berani. Rambutnya pirang dan penuh bakat. Malam itu dia dengan penuh percaya diri mencari pemilik sebuah resto besar untuk menjadi entertainer di tempat itu. Sandy bermimpi menjadi bintang utama di panggung hiburan besar di London. 
Sandy berhasil menarik perhatian Jack, seorang heir pengusaha tempat-tempat hiburan di London. Mereka menghabiskan malam yang seru dan menyenangkan berdua. Pertanda bahwa cita-citanya mungkin tercapai. Ely terbangun dengan hickey di lehernya, di tempat yang sama dimana Jack mencumbu Sandy tadi malam. 
Bertemu dengan Sandy setiap malam di alam mimpi ternyata mempengaruhi Ely. Ely yang tadinya adalah anak canggung dan tidak ekspresif, tiba-tiba menjadi penuh semangat dan percaya diri. Dia bahkan mengecat rambut cokelatnya jadi blonde, seperti Sandy. Perubahan ini membuat Ely menjadi perhatian teman dan dosen, selain karena dia juga berbakat men-design.
Sampai akhirnya di suatu malam, dimana dia melihat Sandy akhirnya tampil di sebuah panggung hiburan. Bukan sebagai bintang utama, melainkan sebagai penari di barisan belakang dan harus melakukan gerakan-gerakan erotis. Ely jengah, dia tidak suka melihat Sandy yang menerima ditipu oleh Jack. Di malam berikutnya, bahkan sebelum benar-benar memejamkan mata, Jack sudah datang ke mimpinya dan memaksanya melayani lelaki berumur di sebuah club. Dan begitu setiap malam, dengan lelaki yang berbeda. Anehnya, bayangan-bayangan ini menjadi tidak kenal waktu dan terus muncul bahkan saat Ely tidak tidur, bahkan saat siang hari. Bayangan lelaki-lelaki berumur yang merenggut mimpi Sandy menjadi seorang entertainer terkenal terus muncul menghantui. Dia jadi membenci karya project design-nya yang terinspirasi oleh Sandy. Dan karena orang-orang tahu ibu Ely sakit jiwa, maka orang menganggapnya juga sakit jiwa.
Karena film ini masih sangat baru dan twistnya lumayan seru, maka saya tidak akan spoiler bagaimana kelanjutan cerita ini. Settingnya sangat menarik. Kalian tahu lah gimana view London, susah dibedakan tahun berapa. Idyllic, classy, misterius di setiap sudutnya. Perubahan dari setting 60s ke masa kini tidak terlalu nampak kecuali dari penampilan orang-orangnya. I love this movie karena saya lega, Sandy melakukan itu semua. Instead of just.. you know.. Pertama kalinya saya sama sekali tidak kasihan pada korban. haha..
So, enjoy the movie.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...