Sabtu, 09 Juni 2012

HEAR, SPEAK, SEE, DO NO EVIL

Lagi liburan, mumpung di rumah, nonton tv seharian. Maklum lah.. di perantauan gak ada tv.hehe..
Jam 8 pagi tadi di ANTV ada classic cartoon yang dibuat bahkan sebelum bapak ibu saya lahir. Jenis kartun favorit saya sejak SD dan baru saya sadari kalo ada beberapa gambar rasis. Yah, emang dibikinnya tahun-tahun segitu. Tapi kartun ini juga mendidik. Mereka mengajarkan sejarah atau kadang mengolok-olok sejarah. Anyway, yang ingin saya tulis sekarang bukan masalah rasis atau sejarah, tapi tentang THREE WISE MONKEYS..
(gambar dari www.aawaj.com)
Mungkin ada yang baru dengar tentang Three Wise Monkeys, tapi saya yakin gambar di atas sudah tidak asing lagi karena sangat sering jadi properti film. Dulu saya pikir mereka ini cuma lucu-lucuan aja. Tapi setelah terbawa beberapa novel Dan Brown, saya jadi agak tertarik dengan simbol-simbol yang sering muncul dalam film. =P
Salah satunya ya 3 wise monkeys ini. Setelah browsing, ternyata arti mereka ini cukup mendalam dan gak cuma lucu-lucuan. Arti dari gambar di atas adalah: 
SEE NO EVIL, HEAR NO EVIL, SPEAK NO EVIL
Pertama kali ditemukan di ukiran pintu kuil Tosho-gu di Nikko, Jepang, dibuat pada abad ke-17 oleh Hidari Jingoro. Ketiga monyet itu adalah Mizaru yang menutup mata - see no evil, Kikazaru yang menutup telinga - hear no evil dan Iwazaru yang menutup mulut - speak no evil. Kadang ada monyet ke-empat yaitu Shizaru, menyilangkan tangan di dada yang berarti DO NO EVIL - dalam gambar di atas juga digambarkan monyet ke-4 walaupun hanya ada 3 monyet.. =)
Sang pengukir dipercaya mengambil ajaran Confucius saat membuat ukiran ini. Dalam ajaran tersebut dikatakan untuk tidak melihat yang bertentangan dengan kepatutan, tidak mendengar yang bertentangan dengan kepatutan , tidak berbicara yang bertentangan  dengan kepatutan , tidak berbuat yang bertentangan  dengan kepatutan  (Look not at what is contrary to propriety; listen not to what is contrary to propriety; speak not what is contrary to propriety; make no movement which is contrary to propriety).
Lalu kenapa Hidari Jingoro menggambarkannya dengan simbol monyet? Dalam bahasa Jepang, kata "zaru" yang berarti "don't" diucapkan nyaris sama dengan "saru" yang berarti "monkey". Tapi ternyata bukan hanya karena permainan kata. Monyet merupakan sosok penting dalam agama Shinto, dan kuil tempat pertama kali ditemukannya ukiran ini adalah kuil Shinto.
Ternyata sesuatu yang lucu ini bermakna dalam yah?

4 komentar:

  1. Semoga penulis dapat menulis yang lebih banyak lagi dan pastinya bermanfaat bagi orang banyak. Aamiin

    BalasHapus

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...