Senin, 04 Agustus 2014

ANAK

Saya memang belum punya anak dan sadar diri kalau tidak punya hak untuk membicarakan hal ini. Karena mereka yang merasa tersindir mungkin akan mengatakan, "Kamu belum tahu rasanya.. Capeknya.."
Well, saya agak terganggu dengan metode pendidikan anak oleh orang tua jaman sekarang. Beberapa dari yang saya temui selalu mengatakan, "Kami tidak akan melarang anak-anak melakukan apapun..", dengan alasan, supaya mereka kreatif, supaya mereka tahu akibat dari perbuatan mereka sendiri. Sakit, sedih, kecewa akan mereka rasakan sendiri. Hmm.. sounds nice.. Awalnya.
Tapi.. bagaimana kalau saat bertamu di rumah orang, ada kue yang menarik, lalu si anak tidak berhenti makan?
Bagaimana kalau anak dibawa ke masjid dan lari-lari di atas sajadah orang-orang sambil teriak-teriak?
Bagaimana kalau anak beli petasan besar dan dinyalakan di depan rumah orang?
Bagaimana kalau anak meminta sesuatu di mall sampai menangis menjadi-jadi? 
Bagaimana kalau anak terus menerus nonton acara TV kesukaannya sampai tidak mau makan dan mandi?
Apakah metode "membiarkan" masih akan diterapkan? Apakah mengatakan "tidak" atau "jangan" pada anak akan menjadi pelanggaran hak anak? Apakah orang tua akan dicap buruk kalau memarahi atau melarang anaknya berbuat nakal?
Haruskah orang tua menunggu kaca jendela pecah untuk memberi tahu anak, "Jangan main lempar batu"
Haruskah menunggu tangan terbakar untuk memberi tahu, "Jangan main petasan"
Saat tuan rumah mengatakan, "O iya, silahkan saja.. Suka ya dek?", then stop your kids.. Memalukan.. Sungguh memalukan. Saya sebenarnya tidak ingin menulis poin terakhir ini. Tapi karena saya semakin banyak melihat anak yang dibiarkan orang tuanya menghabiskan kue di rumah orang, maka sepertinya ini adalah poin penting.
Mungkin si tuan rumah ikhlas-ikhlas saja kuenya dimakan. Apalagi kalau rumah orang berumur. Takut diabetes kalau sisa kue lebaran dimakan sendiri. But pleaseee.. pleasee..control your children.. Karena setelah kalian pulang, si tuan rumah pasti akan bilang, "Aduh, anaknya nggak diajari ya? Padahal anak orang cukup, masa nggak pernah makan kue begini sih?". Kalian bisa saja nggak peduli, karena tidak mendengar gunjingan si tuan rumah. Tapi, pada saat selanjutnya, kalian sudah mendapat cap "tidak bisa mendidik anak".
Tahu nggak kalau anak-anak jaman dulu, akan menunggu dipersilahkan sebelum mengambil kue, dan hanya akan mengambil satu macam saja. Tahu kenapa? Karena mereka sudah diwanti-wanti sebelum pergi bertamu. Apakah itu dianggap mengganggu kreatifitas anak? Melanggar hak anak?
Saat saya di Kendari, saya melihat cara didik anak metode konvensional. And that's good.. Memarahi anak yang pethakilan di masjid, nggak akan bikin mereka berhenti pergi ke masjid. Kalau mereka dapat pendidikan agama yang bagus di rumah dan sekolah, pasti mereka tahu kok kalau pergi ke masjid itu kewajiban orang muslim. Di Kendari sono, nggak ada tuh, anak lari-larian di depan kepala orang sujud, nggak ada anak menangis histeris saat ibunya shalat. 
Satu-satunya alasan saya malas ke masjid di dekat rumah (Jawa) saat tarawih adalah anak-anak lari-larian sambil becanda heboh, dan saat ditanya, "Anak siapa sih ini?", nggak ada yang ngaku. Nggak ada ibu-ibu atau bapak-bapak yang lantas menghentikan mereka. Anak setan mungkin. Mengenalkan anak pada masjid atau shalat di usia dini itu baik.. Sangat baik.. Tapi iringi dengan pengawasan dong?
Satu lagi. Sudah saya bilang di awal kalau saya belum punya anak, dan saya memang tidak tahu penderitaan kalian. Tapi, bukannya anak itu selalu melihat orang tuanya ya? Mencontoh orang yang dekat dengan mereka sehari-hari. Menurut saya, jangan menyuruh, tapi berikanlah contoh yang baik. Kalau ingin anak rajin shalat, orang tua juga harus rajin. Ingin anak mandi pagi, bapak ibunya ya harus mandi dulu dong? Ingin anak suka main di luar, bapak ibunya jangan nongkrongin drama Korea terus dong?
Jaman gadget begini, semua anak dari keluarga berkecukupan pasti pegang gadget. Dimana-mana maen gadget. Lebih aman katanya. Daripada panas-panas maen di luar. Pengen tahu jangkrik, cari di google, pengen tahu lebah, cari di google, cari sungai, cari sepeda. This is crazy. Saat saya kecil dulu, kami sekeluarga pergi ke Banyuwangi setiap tahun. Melewati gunung gumitir, kami melihat banyak sekali hal menarik, kehidupan alam dan berkhayal tentang makhluk-makhluk ajaib di dalam sana. Anak jaman sekarang menghabiskan mata di depan tablet sepanjang perjalanan. Hfffhhh...
Tentu saja saya tidak akan banyak complaint tentang perkembangan gadget, karena memang beberapa gadget sangat memudahkan kehidupan. Tapi.. Haruskah anak-anak kalian melewatkan segini banyak nature excitement dengan gambar-gambar 3D di tablet?? 
Punya anak memang susah, membentuknya akan lebih susah lagi.. Saya hanya memberi pandangan. Jangan dengarkan saya, karena saya tidak punya anak dan tidak disukai anak-anak.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...