Kamis, 17 September 2015

ONE WISH, GRANTED.. (7)

Masih 28 Mei 2015..
Karena kelelahan ber-running man ria, kami akhirnya duduk-duduk di depan kampus. Tragedi tadi mengacaukan rencana kami. Tadinya kami berencana main-main kesana kemari setelah dari kampus. Sudah jam 3 lewat, kami hanya leyeh-leyeh kecapean di teras kampus. Gak tahu mau kemana. Akhirnya sang pemandu wisata dadakan kami - Mbak Wawat, mengusulkan untuk berwisata menyusuri sungai Chao Phraya. Haduuhhh.. siang-siang, panas.. Bayangkan aja Surabaya, jam segitu, udah udara pengap, habis keliling kampus berhektar-hektar luasnya, eeehhhh.. malah diajak maen di sungai.. Kebayang aja sungai seperti di film Pee Mak, yang kita harus dayung sendiri perahunya.
Dengan berat hati, naik bus yang lumayan bagus, kami menuju dermaga sungai tersebut. Tidak disangka, ternyata sungai Chao Phraya adalah sungai besar yang juga digunakan untuk jalur transportasi umum. Dan untunglah perahunya gak perlu didayung sendiri. Hehe..
Ini mungkin adalah deretan kapal pesiar untuk wisatawan yang lebih berduit karena penumpangnya lebih sedikit dan fasilitasnya tentu saja lebih bagus. Menurut sumber lain, tiket naik kapal-kapal ini bisa sampai 500 baht atau 200 ribu. Kapal yang kami tumpangi cuma 15 baht alias 6000 rupiah saja untuk jarak yang sangat jauh..

Kernet kapalnya lumayan manis sih.. cuma dia kurang fotogenic aja.. HAha!!
Sekitar 1 jam kami menaiki kapal. Sungai berisi ikan keramat itu ternyata mengalir di sisi kota Bangkok. Suatu pengalaman baru, menyusuri sungai yang di sisi-sisinya berdiri megah kota Bangkok.
Saya lupa kapal itu berhenti di dermaga mana, yang pasti, setelah melewati dermaga dekat kuil besar. Kami turun dari kapal, dan Mbak Wawat membawa kami berjalan sekitar 300 meter dari dermaga tersebut. Ternyata, tidak jauh dari sana, kami menemukan sebuah masjid yang sedang dalam pembangunan. Lupa juga apa nama masjid itu. Tempat wudhunya bersih dan disediakan mukena di dalam masjid. Hanya saja, tempat shalat ini juga digunakan sebagai tempat penyimpanan barang, alias setengah gudang. Satu hal yang paling berkesan dalam perjalanan ini adalah, kami bertemu dengan muslimah-muslimah Thailand. Wajahnya serupa dengan wajah kita-kita Asia Tenggara, hanya saja kami tidak mengerti saat mereka mulai berbicara. Haha!
Yang paling saya ingat dari muslimah di Thailand adalah, saya belum pernah menjumpai hijabers, atau muslimah-muslimah trendy. Selama seminggu sampai saya kembali ke Indonesia, semua muslimah menggunakan hijab syar'i sederhana. Yah, mungkin itulah beda muslimah Indonesia dengan muslimah negara lain.Setelah shalat ashar, kami mampir ke sebuah tempat wisata belanja bernama ASIATIQUE. Jaraknya hanya sekitar 20 meter dari masjid. Tempat belanja santai. Kalau kami berangkat sejak siang tadi, mungkin bisa berlama-lama di tempat itu. Tempatnya sangat nyaman, bernuansa vintage western dengan lorong-lorong lumayan luas untuk berjalan-jalan. Suasanyanya adeeemmm.. Ada tempat bermain atau sekedar foto-foto. dan banyak cafe unik atau sekedar street food yang menjual snack sampai makanan berat dengan harga sangat terjangkau.

Menjelang magrib, dengan berat hati kami meninggalkan ASIATIQUE. Ternyata ASIATIQUE ini lumayan jauh dari penginapan. Kami harus naik bus sekali dan dilanjutkan taxi, karena tidak tahu mau pilih bus apa. hehe..

Setelah shalat magrib, mbak wawat mengajak kami, orang-orang desa ini untuk mencicipi pengalaman baru, naik kereta bawah tanah, alias tube.. =)
Karena sekarang sudah tahu, saya mau bragging di sini. Haha! Caranya, ada mesin untuk bayar tiketnya. Tapi mesin itu untuk uang koin saja. Jadi kalo punya uang kertas, harus ditukar dulu dengan koin, ntar pilih mau kemana, baru masukin koin ke mesin, nanti keluar deh kartunya. Harga tiketnya sekitar 40-60 baht. Kartu ini nanti dimasukkan untuk membuka gerbang menuju ruang tunggu. MRT atau tube, caranya sama, bentuk kartunya aja yang beda.
Etika di dalam MRT, diam, jangan berisik, apalagi bikin ribut. Main gadget aja. Haha! Nggak tahu juga sih apa etikanya, cuma itu perilaku orang yang saya lihat di dalam dua alat transportasi berkecepatan tinggi tadi.
Turun dari MRT, sebenernya kami nggak terlalu jauh dari Mall Paragon, tapi males, walopun dibilang mallnya beda, tetep aja di dalam kepala saya, mall ya begitu-begitu itu. Hehe.. Akhirnya kami cuma berdiri di pinggir jalan sambil makan buah.Di negara orang kalo ilang gimana rasanya ya? Ya inilah rasanya. Setelah naik kereta berkecepatan tinggi, kami baru sadar kalo berada sangat jauh dari penginapan. Mau tidak mau, akhirnya naik taxi lagi. Dan karena taxinya tidak mau menerima penumpang lebih dari 4 orang, kami pun terpisah dua taxi. Tujuannya satu tempat yang dikenal semua orang, KHAOSAN ROAD. Sayangnya, satu taxi berhenti di ujung dekat penginapan, dan satu lagi berhenti di ujung seberangnya. Dari ujung ke ujung berjarak sekitar 300 meter. Bukan masalah jarak, tapi diantara dua ujung itu, berjajar pasar seni, pasar fashion, club malam, club erotis, dan lain-lain dan lain-lain. Dan saat itu sudah jam 10 malam. Berbagai macam manusia dari seluruh dunia berkumpul di jalan yang tidak terlalu lebar itu untuk bersenang-senang. Penari erotis mulai yang beneran cewek sampai yang jadi-jadian, semua ada. Entah kenapa, saya mengajukan diri untuk menyebrangi lautan party itu untuk mencari teman-teman yang turun di ujung seberang. Huufffhhh.. kalo nggak begini, nggak bakal tahu gimana hebohnya dunia malam. hehe..

bersambung lagi yee.. =)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...