Selasa, 01 Juni 2021

FRIENDS

Buat kalian anak 90s pasti familiar dengan serial ini. Walaupun di masa serial ini tayang di TV, jadwalnya nyaris tengah malam. Gak heran, serial ini berisi konten dewasa macam kissing, one night stand, ganti-ganti pasangan, dan sex di luar nikah. Yah, meskipun adegan-adegan itu tidak ditampilkan secara gamblang seperti di film-film jaman sekarang, tetapi banyak adegan dan dialog yang menuju ke sana. Kalau secara alur cerita, buat saya, I loved it! Memang menggemaskan melihat Ross dan Rachel yang seolah selalu not in the right place and the right time. Tapi tidak pernah bosan mengikuti setiap episodenya. Ini satu-satunya serial yang saya ikuti full 10 season. Saya mungkin pernah tulis kalau saya salah satu fans serial Supernatural, tapi karena mereka tidak segera kiamat, saya jadi bosan dan malas nonton. 

FYI, saya tidak menonton serial ini saat diputar awal tahun 1994, karena saat itu berarti saya masih kelas 3 SD. haha.. Nonton serial ini full pas kuliah, dan sama seperti RM, saya juga belajar bahasa Inggris US slang dari film ini. Paham sedikit banyak budaya anak muda New York di masa itu juga dari serial ini. New York ya.. Bukan US secara keseluruhan, karena mereka ber-6 ini muter-muter aja di cafe, tempat kerja, apartemen. Hehe..

Kalau tidak salah, beberapa waktu lalu, serial ini ditayangkan lagi, entah di Netflix atau HBO, dan kalau tidak salah, mendapat review yang agak kurang baik. Karena yah, serial itu adalah penggambaran kehidupan di masa itu. Dan di masa itu, banyak hal-hal yang tidak cocok dengan pemikiran orang masa kini. Misalnya, homophobic atau karena serial ini memang nampak pemainnya kurang "berwarna". Sebagai penikmat film horor sejak tahun 90an, kita juga tahu kalau di film Hollywood, "orang berwarna" selalu mati duluan. Tetapi di masa itu saya belum sadar kalau hal seperti itu termasuk bentuk rasisme. Sampai akhirnya keluarlah film-film macam "Crash", "Scary Movie" atau "Evolution" yang terang-terangan menyebut kalau membunuh "orang berwarna" duluan itu adalah rasis. Seriously, di masa itu, kita menyebut aktor berkulit hitam dengan sebutan "ne*ro", karena banyak telenovela yang memang menggunakan istilah itu, dan kami tidak tahu kalau istilah itu  sebenarnya istilah terlarang dan sangat offensive di luar sana.

Anyway, di luar pemikiran orang yang terlalu dalam itu, saya sangat menikmati serial ini dan beberapa kali putar ulang episode-episode favorit. Bagaimana orang-orang yang menurut kita nampak perfect itu ternyata juga struggle menghadapi kehidupan, bagaimana mereka sama-sama meniti karir sampai sukses hidup mandiri di kota besar dan bagaimana mereka selalu kompak saling mendukung satu sama lain lebih dari keluarga. Banyak contoh baik dari film ini. But yah, sometimes, we need to let go.. Let it that way. The ending was very good. Everyone was happy. Sama seperti Ada Apa Dengan Cinta, kita tidak butuh sinetron untuk menjelaskan kelanjutan cerita Cinta dan Rangga.

Honestly, saya kangen melihat member Friends ini. Tapi tidak untuk membicarakan masa itu. Karena masa itu terlalu lama. Dan walaupun saat itu tidak ada infotainment Indonesia yang membahas kehidupan aktor dan aktris film ini, kita bisa lihat perubahan drastis penampilan Chandler di setiap season. Di satu season dia nampak fresh, di season lain dia nampak tua, kadang gemuk, kadang kurus. Entah masalah apa yang dihadapinya saat itu, dan saya yakin dia tidak ingin kembali mengingat semua itu. That's why, we have to let go. Biarlah karakter-karakter ini hidup dalam memori kita. Walaupun diberitakan ada kemunculan BTS dalam Friends Reunion, tidak membuat saya tertarik untuk menontonnya. Karena saya yakin, acara ini terlalu menyakitkan untuk karakter kesayangan saya, Chandler.

Pic from IMDB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...