Selasa, 08 Juni 2021

SO YOU CHOOSE KARAOKE

Sudah runtuh pertahanan Taiwan terhadap the mighty corona.. Entah sejak kapan dan bagaimana saya kurang tahu. For your info, Taiwan terkenal hebat menghadapi corona karena masih merupakan bagian dari ROC tapi penderita COVID 19 di bawah 100 pasien sampai sekitar bulan Februari atau Maret 2021. Saat virus mulai merebak, yang kalau tidak salah di imlek tahun 2019, bulan Desember. Teman lab saya sebelum liburan imlek memberi tahu kami untuk berhati-hati dan rajin memakai masker karena akan ada virus berbahaya dari China. Di lebaran imlek, akan banyak orang pulkam ke China, dan mungkin mereka akan membawa penyakit itu saat kembali ke Taiwan. Mungkin berita itu ada di TV atau medsos Taiwan, hanya saja kami tidak bisa membaca atau memahami semua isi berita. haha.. So, saat lebaran imlek dan berita covid muncul, Taiwan sudah menutup akses dari China. Itu kabarnya, faktanya seperti apa kita tidak tahu. 2 minggu pertama berita itu menyebar, kami tidak diperbolehkan sering-sering keluar asrama. Hanya boleh keluar beli bahan makan dan kegiatan-kegiatan yang penting. Horrornya berita covid di China dan dunia membuat kami semua ketakutan. Bahkan mahasiswa Indo di China yang mendapat beasiswa sama seperti kami juga dipulangkan.

Dua minggu berlalu, penambahan kasus sangat rendah, dan kami pun akhirnya diperbolehkan berkegiatan seperti biasa. Tetapi, sebenarnya Taiwan menutup pintu. Semua pendatang dari luar negeri diwajibkan tes PCR dan menjalani karantina di hotel selama 2 minggu. Dan kami pun melenggang hidup seperti tidak ada wabah zombie di dunia ini. Sementara di Inggris dan negara-negara lain kabarnya banyak bisnis tutup gara-gara covid, kami seperti kaum kaya raya di film "Land of the Dead". Di sini kami hidup seperti biasa. Tidak pakai masker pun tidak apa, kecuali saat naik kendaraan umum. Saat negara lain heboh lockdown, kami di sini malah jalan-jalan berdarma wisata bersama manusia dari negara-negara lain. Saat mahasiswa di negara lain harus sekolah online, saya di sini bahkan masih kagok memakai aplikasi zoom atau google meet. Saya pernah iri pada teman-teman yang mendapat beasiswa di China karena mereka masuk ke kampus top, tapi ternyata mereka dipulangkan juga dan entah kapan bisa kembali. Saat Australia down, saya jadi bersyukur tidak lulus AAS. Begitu juga saat US jadi nomor 1 di webometric covid19, saya bersyukur nilai TOEFL kurang 5 poin dari batas minimal pendaftaran beasiswa saat itu. Anyway, saya menjaga diri untuk tidak takabur, hanya menyimpan semua itu dalam hati dan tidak sombong dengan kehidupan yang luar biasa di Taiwan ini.

But then, sepertinya ketidaksombongan saya tidak bisa mencegah masuknya the mighty corona ke Taiwan. haha.. yaelah.. Siapa gueh gitu.. ndak lebih berarti dari kotoran kuku bayi fir'aun.

Suatu hari, tiba-tiba ada berita munculnya penularan lokal. Dimana orang yang terjangkit tidak pernah pergi atau bertemu orang dari luar negeri. Taipei down, New Taipei down, Hsinchu down.. satu persatu kota yang dekat dengan akses perjalanan internasional runtuh pertahanannya. Sehari bisa ratusan orang terjangkit. Dan semakin lama, mendekat ke kota saya, Taichung. Tidak terelakkan lagi. Lebih-lebih, wabah itu akhirnya masuk ke kampus saya. Tidak jelas mahasiswa itu mendapat virus itu dimana. Jadi, saat ada seseorang terjangkit, dinas kesehatan akan melakukan tracking kemana saja mereka pernah berkunjung sebelum merasa tidak enak badan. Dan hasil trackingnya sungguh membagongkan. Anak ini pergi karaoke, makan di resto hotpot, snack di cafe, warung milktea dan masih banyak lagi tempat hepi-hepi yang dia kunjungi. Dan itu dalam sehari, on a school night! What the F, girl! Saya tidak mengutuk kenapa dia terkena virus. Penyakit, rezeki, semua sudah ditakdirkan. Saya hanya takjub dengan kemampuan financial anak ini untuk hepi-hepi. 

Just FYI lagi, biaya hidup di sini untuk orang negara Asia Tenggara yang tidak bekerja, terhitung tinggi. Sekali makan menu kantin, minimal dirupiahkan sekitar 25000 - 30000. Maka bayangkan dia karaoke, hotpot, ngopi di cafe, milktea. WOW! Dan dengar-dengar, patient zero di kampus saya ini anak S1 internasional. Dan fyi lagi, mahasiswa S1 internasional di kampus ini, setahu saya hanya dari Indonesia, Malaysia, Philippines, Vietnam dan Mongolia. Jadi, WOW.. dia pasti kaya raya. Saya judgemental banget ya? haha.. 

So yah, beginilah keadaan kami sekarang. Memang tidak lockdown, atau belum lockdown. Tapi yang terjangkit sudah di atas 10000, dengan sekitar 9000 kasus aktif. Kami tidak boleh di ruangan berisi lebih dari 5 orang dan kegiatan outdoor tidak boleh lebih dari 10 orang. Saya tidak mau ke pasar karena ada shift nomor ganjil genap KTP untuk masuk pasar. Tidak mau naik bus juga karena naik bus berarti kita berada di ruangan dengan lebih 5 orang. Vaksin sudah mulai datang, tetapi entahlah, sepertinya harus bayar. 

Semoga ini semua segera berlalu. Karena tiba-tiba saya rindu jalan-jalan bareng manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...