Jumat, 25 Juni 2021

THE DEVIL ALL THE TIME (2020)

I can't believe I haven't written about this movie. One of the best all star movie.. Film yang bikin saya kepikiran sampai berhari-hari. Karena mungkin di dunia nyata, kejahatan bisa terangkai dengan sendirinya, tanpa motif berbelit-belit seperti dalam film detektif. Siapa orang jahat? Apakah orang jahat tahu bahwa dirinya jahat? Apakah dia merasa bahwa apa yang dilakukan benar sehingga terus melakukannya? Mana yang normal? Mana yang tidak normal? Apakah kita sebenarnya normal? 

This movie is soo good. Karena sudah agak lama, saya lupa untuk mereviewnya. Dan beberapa berita akhir-akhir ini mengungkit ingatan saya tentang film ini. Have you heard? Tentang seorang wanita dan suaminya yang menyiksa dan akhirnya membunuh keponakannya sendiri? Dua anak kecil yang tidak tahu apa-apa, ayahnya mendekam di penjara, dan ibunya sudah meninggal, terpaksa tinggal di rumah bibinya. Siapa sangka bibi dan suami ke-duanya dengan tega menyiksa kedua anak itu sejak tahun 2019, dan akhirnya mengubur hidup-hidup sang kakak, sedangkan adiknya dibiarkan terlunta-lunta di pinggir jalan. Setelah ditelusuri, ternyata ayah dari kedua anak itu dipenjara karena membunuh suami bibi yang menyiksa mereka. How in the world? Rangkaian kemalangan seperti itu datang pada dua anak kecil yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan dosa orang tuanya? 

Dan juga berita keluarga seorang penyanyi jaman saya kuliah dulu. Yang seolah baik-baik saja, ternyata mengalami KDRT berkepanjangan. KDRT beruntun yang melibatkan orang lain dan entah bagaimana akhirnya KDRT ini akhirnya jatuh ke anaknya. Mungkin kalimat saya membingungkan. Ya karena kasus ini juga membingungkan. Semua saling melapor sehingga saya menyimpulkan bahwa anak ini korban dosa orang tuanya. Bukan orang tuanya yang menyakiti anak ini, tetapi anak ini yang mendapat imbasnya.

Anyway, that's a real life horror. The Devil All The Time adalah cerita fiksi karya Donald Ray Pollock, yang menceritakan bagaimana manusia saling terhubung melaui aksi kejahatan turun temurun. Berlatar belakang keluarga Kristen taat. Di sebuah kota kecil di West Virginia, Amerika, tahun 1930an, seorang tentara - Willard Russel, baru pulang bertugas di perang dunia ke-dua. Dalam perjalanannya Willard bertemu Charlotte dan saling jatuh cinta. Mereka menikah dan dikaruniai seorang anak bernama Arvin. Keluarga kecil ini pindah ke sebuah desa bernama Knockemstiff. Mereka adalah orang-orang sederhana dengan pemikiran sederhana. Semua baik-baik saja, sampai suatu hari Charlotte divonis kanker yang di masa itu belum ada obatnya. Willard menggila, sampai membunuh dan menyalib anjing kesayangan Arvin untuk dipersembahkan pada Tuhan, supaya Tuhan menyembuhkan istrinya. Mungkin kesalahan memahami agama dan setengah karena trauma di masa perang, membuat Willard kehilangan akal sehat. Charlotte pun meninggal, dan di malam itu juga, Willard menyayat pergelangan tangannya di bawah bangkai anjing yang sudah disalibnya. Arvin terlunta-lunta dan akhirnya harus tinggal bersama nenek dan pamannya.

pic from: https://en.wikipedia.org/wiki/The_Devil_All_the_Time_(film)

Beruntung nenek dan paman Arvin adalah orang yang juga taat beragama, sehingga walaupun hidup penuh kesederhanaan, Arvin tumbuh menjadi anak baik dan bertanggung jawab bersama saudara tirinya - Lenora. Lenora juga seorang yatim piatu. Ibunya - Hellen Hatton, meninggal dibunuh suaminya sendiri, Roy Laferty. Seorang young Preacher yang suka melakukan hal-hal ekstrem di mimbarnya. Keluarga yang berisi anak-anak yang kehilangan orang tua dengan cara mengerikan ini hidup damai. Sampai datanglah seorang Reverend muda yang akan menyebabkan rangkaian kemalangan anak-anak ini. Rev. Preston Teagarden. Seperti sudah saya tulis tadi, keluarga ini adalah orang-orang sederhana dengan pemikiran sederhana. Lenora sering dibully karena terlalu religius. Arvin tidak terlalu suka berdoa. Berdoa di bawah salib selalu membawanya kembali ke malam dimana dia menemukan ayahnya bersimbah darah di bawah bangkai anjing yang di salib. Arvin hanya mengantar dan menemani neneknya dan Lenora ke Gereja. 

Suatu hari, Arvin mengantar Lenora ke Gereja, dan meninggalkannya karena ada urusan di tempat lain. Dan sejak saat itu, Lenora tidak mau diantar lagi oleh Arvin ke Gereja. Keluguan Lenora membuat Arvin dan neneknya tidak mencurigai apa-apa. Sampai akhirnya Lenora tiba-tiba gantung diri. Sekali lagi, Arvin harus ditinggalkan orang yang disayanginya dengan cara yang mengerikan. Dia mendapat info dari bagian forensik bahwa Lenora meninggal dalam keadaan hamil. Lenora tidak pernah pergi kemana-mana sendiri kecuali ke Gereja. 

Di sisi lain di masa lalu, saat Willard baru bertemu Charlotte, Sandy - teman Charlotte di sebuah diner, juga bertemu lelaki idamannya - Carl, yang tidak dia sadari, akan membawa Sandy dalam kehidupan rumah tangga mengerikan. Carl dan Sandy memiliki hobby aneh, mengajak makan siang lelaki asing yang butuh tumpangan di jalan, lalu membuat mereka berfoto erotis dengan Sandy, dan membunuhnya dengan kejam. Dalam misi pembalasannya pada Rev. Teagarden, Arvin nantinya juga harus menghadapi duo pembunuh berantai ini. 

Cerita selanjutnya silahkan ditonton sendiri.. haha..  

Ini bukan cerita detektif. Tidak ada pembunuh yang harus ditebak. Semuanya mengalir begitu saja. Mental kita akan dibuat naik turun dengan bagaimana orang-orang ini terhubung dalam rangkaian kemalangan yang mengerikan, bukan rangkaian kisah cinta seperti dalam film Love Actually. Durasi 2 jam 18 menit tidak akan membuatmu mengantuk. Saya agak rancu dengan usia Arvin, sepertinya dia sudah lulus SMA, karena diceritakan lebih tua dari Lenora. Tapi yah, tahu lah muka si Tom Holland yang kurang mendukung peran orang yang sudah lulus sekolah. Kalau di novelnya, Arvin mendapat hadiah Luger German dari pamannya di usia 15 tahun. Sepertinya dia dikeluarkan dari sekolah karena suka berantem. Dan seperti biasa, yang ada di film pasti sudah disesuaikan supaya lebih "pantas" untuk dilihat daripada novelnya. Contoh, adegan Willard mengorbankan anjingnya pada Tuhan supaya istrinya sembuh. Di novel, adegan itu was far worse than that. Willard bersedia berdoa lagi walaupun tidak pergi ke Gereja. Dia membuat tempat berdoa sendiri di tengah hutan dekat rumahnya. Dengan sebuah salib besar dan meja kayu di bawahnya. Willard menyebutnya prayer log. Sejak istrinya divonis kanker, dia mengajak Arvin untuk berdoa dengan lantang di prayer log itu, sampai-sampai suara mereka terdengar di seluruh desa. Karena kegilaannya, Willard bahkan membunuh hewan-hewan di jalan dan menggantung mereka sampai membusuk di sekitar prayer log itu. Mempersembahkannya pada Tuhan. Dan juga kisah hidup duo pembunuh, Carl dan Sandy yang penuh kemalangan yang akhirnya membuat otak Carl menjadi twisted.  

Film berlatar belakang kehidupan pedesaan Amerika ini, yang sering kita lihat di film-film, punya aksen kental, malah diperankan kebanyakan oleh orang-orang non Amerika. Tom Holland, Bill Skarsgard, Rob Pattinson, Mia Wasikowska, Sebastian Stan, Jason Clarke dan Henry Melling. Robert Pattinson sebagai Rev. Teagarden was sooo gooooddd.. Sebaik-baiknya dia jadi Ceddric Diggory di Harry Potter atau jadi Edward Cullen di Twilight, di film ini, believe me, you will hate him with all your heart. 


P.S. maaf kalau saya pakai istilah asli dari filmnya, Reverend dan Preacher, karena saya tidak tahu bdedanya dan takut salah kalau pakai "Pastur" dan "Pendeta"        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

39

Kalau kata film Tusuk Jelangkung, hari lahir dan weton orang itu akan terulang tiap 39 tahun. Jadi misalnya lahir tanggal 9 Maret 1993, Sela...